Dikhianati oleh dua orang yang paling ia percayai—tunangannya dan adiknya sendiri—Aluna Kirana kehilangan semua alasan untuk tetap hidup. Di tengah malam yang basah oleh hujan dan luka yang tak bisa diseka, ia berdiri di tepi jembatan sungai, siap menyerahkan segalanya pada arus yang tak berperasaan.
Namun takdir punya rencana lain.
Zayyan Raksa Pradipta, seorang pemadam kebakaran muda yang dikenal pemberani, tak sengaja melintasi jembatan itu saat melihat sosok wanita yang hendak melompat. Di tengah deras hujan dan desakan waktu, ia menyelamatkan Aluna—bukan hanya dari maut, tapi dari kehancuran dirinya sendiri.
Pertemuan mereka menjadi awal dari kisah yang tak pernah mereka bayangkan. Dua jiwa yang sama-sama terbakar luka, saling menemukan arti hidup di tengah kepedihan. Zayyan, yang menyimpan rahasia besar dari masa lalunya, mulai membuka hati. Sedangkan Aluna, perlahan belajar berdiri kembali—bukan karena cinta, tapi karena seseorang yang mengajarkannya bahwa ia pantas dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Zayyan segera menarik tubuh Tasya mundur. "Tasya! Apa yang kau lakukan?!"
"Tanyakan pada wanita tak tahu diri ini! Dia sudah menyerang tunanganku semalam! Mengaku-ngaku bahwa Niko masih ingin kembali padanya! Apa-apaan itu, hah?!"
Aluna, yang masih berusaha menenangkan napasnya, menatap Tasya dengan sorot mata terluka namun tetap tegar. "Aku tidak tahu apa yang dikatakan Niko padamu, tapi dia yang memaksaku. Dia menyerang ku lebih dulu. Aku tidak pernah berniat untuk kembali padanya."
"Omong kosong! Kau hanya iri karena Niko memilihku! Kau tidak tahan melihat kami bahagia, jadi kau menyerang Niko dan menyebarkan fitnah!"
"Cukup, Tasya!" seru Zayyan dengan suara rendah namun penuh tekanan. Suaranya menggema dalam butik yang sebelumnya hening.
Tasya menatap Zayyan, sedikit terkejut. "Apa maksudmu? Kau menyuruhku diam setelah apa yang wanita kampungan ini lakukan pada tunangan ku?"
"Maksudku, kau tidak tahu apa-apa tentang siapa sebenarnya pria yang kau pertahankan itu. Aku ada di sana malam itu. Aku yang menghentikan Niko ketika dia memaksa Aluna. Kau tahu kenapa dia berdarah? Karena aku yang memukulnya. Bukan karena Aluna."
Tasya terlihat goyah.
"Daripada menuduh Aluna seenaknya, mungkin kau harus bertanya pada tunanganmu sendiri kenapa dia masih mengganggu mantan kekasihnya bahkan menjelang pernikahan."
Tasya menggertakkan giginya, tapi Zayyan belum selesai.
Ia mengambil kotak putih dari balik meja, membukanya dan menunjukkan kain brokat dan potongan renda yang belum sempat dijahit sepenuhnya. "Ini gaun pengantinmu. Tapi aku rasa kau tidak pantas memakainya."
Aluna menunduk, hatinya bergetar melihat gaun yang telah ia buat dengan penuh luka itu.
"Kau seharusnya malu, Tasya. Meminta Aluna—perempuan yang dikhianati oleh kalian—untuk menjahitkan pakaian sakral yang seharusnya penuh berkah dan ketulusan. Apa kau tidak punya rasa hormat sama sekali?"
Tasya mulai mundur, sorot matanya mulai panik.
Zayyan menatapnya lurus. Tatapannya begitu dingin, tajam, dan menghujam.
"Jika kau masih punya sedikit saja rasa hormat pada dirimu sendiri, jangan pernah datang ke sini lagi. Jangan pernah ganggu Aluna. Atau aku sendiri yang akan pastikan kau dan Niko tidak bisa mendekatinya sedetik pun."
Tubuh Tasya bergidik. Wajahnya pucat.
Tanpa berkata apa-apa lagi, ia memutar tumitnya dan keluar dari butik dengan langkah terburu-buru. Pintu butik tertutup keras di belakangnya, meninggalkan keheningan yang menyesakkan.
Zayyan menoleh pada Aluna. Gadis itu masih berdiri di tempatnya, wajahnya pucat namun matanya bersinar tegar.
"Apa kau baik-baik saja?"
Aluna mengangguk pelan. "Terima kasih... sudah membelaku."
Zayyan melangkah mendekat, merengkuhnya dalam pelukan. "Aku akan selalu ada untukmu, Aluna. Selalu."
Dan di tengah butik yang masih berantakan oleh emosi tadi, dua jiwa yang pernah patah itu berdiri saling memeluk—mengumpulkan kembali serpihan harapan dan keberanian untuk melangkah ke depan.
Hari itu, langit memang kelabu, tapi di dalam sana, hati Aluna mulai melihat seberkas cahaya kecil, hadir dari seseorang yang tak hanya tinggal, tapi juga berjuang untuknya.
Setelah berusaha membuat perasaannya tenang, Aluna kembali meminta Zayyan untuk segera pergi bekerja. Sementara itu di tempat lain, Tasya yang merasa geram sekaligus penasaran dengan kata kata yang diucapkan oleh Zayyan mengenai tunangannya yang sebenarnya memaksakan kehendaknya kepada Aluna, memutuskan untuk mendatangi kediaman Niko untuk menanyakan kebenarannya.
itu sakitnya double
bdw tetap semangat/Determined//Determined//Determined//Determined/