Bosku Buaya Darat

Berita Caterina yang datang dengan anak Chris menyebar cepat. Hingga kabar tersebut tiba di telinga Deborah sang nenek yang langsung mendatangi Chris dan menanyakannya secara langsung. Wanita tua itu datang dengan wajah marah dan kesal. Hingga saat tiba di ruangan Chris dia langsung melayangkan tongkatnya untuk memukul Chris.

"Cucu kurang ajar sialan! Tidak tahu diri."

"Aduh Nenek!" Chris melindungi kepalanya dengan kepalan tangan.

"Sudah aku bilang jangan suka mempermainkan wanita. Lihat dari akibat perbuatanmu!" serunya kesal.

"Ya ampun, Nenek. Dengarkan aku-" tak peduli ucapan Chris, Deborah terus mengejar Chris hingga pria itu keluar dari ruangannya.

"Bocah sialan! Kemari kau!" melihat pemimpin perusahaan di kejar wanita tua para karyawan Chris melihat tanpa bisa berbuat apapun. "Nenek kau bisa membuat wibawaku hancur di depan mereka." Chris menunjuk karyawannya.

"Apa peduliku!" ucap Deborah. Hingga Jessy keluar dari ruangannya dengan kotak kardus di tangannya. Gadis itu baru saja merapikan barang- barangnya hendak pergi. Namun dia justru mendengar suara ribut-ribut hingga segera keluar.

"Nenek dengar penjelasanku dulu!" Chris berlindung di balik tubuh Jessy.

"Kau!" Mata Deborah menatap Jessy lalu menghela nafasnya. "Ayo kita bicara."

....

Deborah menatap Jessy dan Chris bergantian. Keduanya saling menunduk dan tak ingin melihat satu sama lain.

"Sekarang apa yang akan kalian lakukan?" tanyanya dengan tegas.

Chris mendongak sementara Jessy masih diam dengan menunduk. "Aku tetap akan menikahi Jessy." dan kali ini Jessy mengangkat wajahnya.

"Lalu bagaimana dengan anak itu?" tanya Deborah lagi.

"Dia bukan anakku."

Deborah berdecak. "Lalu apa gunanya tes DNA jika kau tetap menyangkal?"

"Nenek hasil tes itu palsu."

"Bagaimana kau membuktikannya kalau itu palsu?"

"Nenek aku akan-" belum selesai Chris berbicara Jessy segera berdiri.

"Maafkan aku, Nyonya. Aku sudah tidak ada urusan dengan Tuan Chris. Aku juga sudah berhenti bekerja. Jadi aku tak ada kepentingan apapun lagi dengan ini." Chris tertegun mendengar ucapa Jessy.

"Jessy." Chris menatap tak percaya.

Sementara Deborah menghela nafasnya melihat kotak berisi barang- barang Jessy. "Aku tahu kau kecewa pada Chris. Tapi, bisakah kau memberi cucuku kesempatan?"

Jessy menunduk dan terdiam. Kesempatan apa yang Deborah maksud, sementara diantara mereka tak pernah benar-benar ada hubungan apapun.

"Jujur aku tak pernah merasa sesuka ini pada wanita Chris. Bahkan pada Caterina pun aku tak suka meski dulu Chris sangat mencintainya." Jessy menatap Deborah. "Aku langsung tertarik padamu karena aku tahu kau gadis yang baik." Wanita tua itu kembali menghela nafasnya. "Dan aku berharap kalian bisa bersama. Tapi, ya ... pria brengsek ini ... biarkan saja dia. Gadis baik sepertimu tak cocok dengan Chris," ucap Deborah akhirnya.

"Nenek..." Chris memprotes. Bukannya mendukungnya Deborah justru membiarkan Jessy pergi.

"Kalau begitu aku permisi dulu, Nyonya." Jessy mengangguk hormat lalu segera pergi. Dia tak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan Chris.

"Nenek kau harusnya mencegah Jessy pergi." Chris menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Jika aku yang melakukannya, apa perjuanganmu?" Chris menipiskan bibirnya. "Sekarang bagaimana caranya kau membuktikan anak itu bukan milikmu. Jelas aku tidak akan membiarkan keturunan keluarga kita tak di akui."

Chris menghela nafasnya. "Aku yakin itu bukan milikku. Karena ... ." Chris berbisik di telinga Deborah hingga wanita tua itu membelalakan matanya.

.....

Jessy duduk dengan meminum minumannya di gelas kecil yang di sediakan bartender. Di sebelahnya ada Mina yang menemani dan mengusapi punggungnya.

"Jadi permainannya sudah selesai?" Jessy mengangguk. "Sekarang apa rencanamu?" tanya Mina lagi.

"Aku akan pulang."

"Pria brengsek itu." Mina sudah dengar beritanya dari Jordy, jika ada seorang wanita yang datang dan mengaku jika dia memiliki anak bersama Chris.

Mina mengarahkan tubuhnya pada Jessy. "Kau sungguh akan pulang?" Jessy mengangguk.

"Aku bahkan sudah memesan tiket." Mina membelalakan matanya terkejut.

"Kau tidak memberitahuku lebih dulu?"

"Maaf aku tidak bisa datang ke pernikahanmu." Jessy terkekeh.

"Cih! Siapa yang akan menikah. Aku bahkan tidak bilang, iya." Wajah Mina tiba-tiba bersemu.

Melihat itu Jessy semakin tertawa."Tapi, Tuan Jordy sudah menyiapkan segalanya." Mina menunduk tersenyum.

"Kenapa bicara tentang aku, kita di sini untuk membicarakan kamu." Harus Mina akui jika Jordy membuktikannya dengan bertindak cepat untuk memilikinya, dan dia sedikit terharu dengan kesungguhan pria itu.

Jessy tersenyum."Tidak ada yang perlu di bicarakan tentang aku. Semuanya hanya lelucon yang menyebalkan." Jessy menghela nafasnya, lalu menggenggam tangan Mina, "Jika nanti Tuan Jordy menyakitimu, hajar dia, okay?"

Mina mengangguk. "Kali ini aku tidak akan diam."

"Bila perlu buat perjanjian pra nikah agar dia tak berani macam- macam."

"Haruskah aku mengambil semua hartanya kalau dia selingkuh?"

"Itu ide yang bagus." Keduanya tertawa.

"Aku harap kau bahagia." Jessy memeluk Mina. "Jaga dirimu baik- baik."

"Kau juga. Semoga di Indonesia sana kau dapat pria baik hati dan mencintaimu." Jessy hanya tersenyum.

Baru saja akan melepas pelukannya Jessy mengeryit melihat Caterina memasuki ruangan VIP. "Caterina," gumamnya.

"Siapa?" Mina melihat ke arah tatapan Jessy.

"Dia yang mengaku memiliki anak dengan Chris."

"Haruskah kita menyelidikinya?"

"Maksudmu?"

"Kita tak tahu dimana kita akan mendapat kebenaran." Mina menarik Jessy untuk pergi ke arah dimana Caterina pergi.

"Kau gila, bagaimana kita bisa masuk. Ini ruang VIP. Lagi pula saat masuk Caterina akan mengenaliku."

Mina menyipitkan matanya melihat seorang pramusaji berjalan mendekat ke arah mereka. "Aku tahu."

....

"Kau yakin ini akan berhasil?" tanya Jessy dengan merapikan seragam pramusaji di tubuhnya.

"Tidak masalah, benarkan, Joan?" Mina menoleh pada pramusaji yang ternyata teman kuliah mereka. "Aku sangat bersyukur punya teman seorang pramusaji."

"Kalian ini." Joan mencebik. "Jangan lebih dari lima menit. Kalau bosku tahu aku akan di pecat."

"Kau tenang saja, ini tidak akan lama." Mina mengambil spidol dari tas Jessy lalu membuat sebuah tompel di pipi Jessy agar Caterina tak mengenali Jessy. Beruntung isi tas Jessy masih lengkap sebab gadis itu dari kantor langsung kesana.

"Sudah," ucap Mina dan mendorong Jessy keluar dari toilet dan langsung mendorong troli pesanan ruangan yang sudah di sewa Caterina.

...

Jessy mengetuk pintu lalu mendorong pintu untuk membawa troli, namun baru saja kakinya masuk Jessy tertegun dengan apa yang di lihatnya.

"Pesanan anda Nona." Jessy menunduk untuk menekan tombol rekam di ponselnya, lalu meletakan makanan di atas meja.

"Bagaimana kalau Chris bisa membuktikannya." tangan Jessy berhenti sesaat sebelum melanjutkan kegiatannya meletakan satu persatu pesanan di atas meja.

"Kau tenang saja, aku hanya perlu membayar petugas rumah sakit untuk memalsukan hasil tes lagi." Jessy mengerjapkan matanya. Ternyata Chris benar, anak itu bukan miliknya. Dan kedua orang ini merencanakan hal buruk pada Chris.

"Tapi Chris tidak memberitahu dimana dia akan melakukan tes. Bagaimana kau memalsukannya," ucap Caterina.

Lawan bicara Caterina berdecak. "Kau tenang saja. Saat tiba cukup beritahu aku. Biar aku yang urus semuanya."

Tiba-tiba Caterina melihat ke arah Jessy membuat Jessy menunduk. "Kenapa lama sekali?" katanya dengan nada ketus.

"Maaf, Nona. Aku hanya belum terbiasa," ucap Jessy dengan menegakkan tubuhnya.

"Kalau begitu saya permisi." Jessy berbalik pergi. Namun langkah kakinya terhenti saat kembali mendengar ucapan Caterina.

"Terserah yang penting anakku memiliki ayah. Sisanya terserah padamu."

Lawan bicara Caterina tertawa. "Kau pikir aku tak tahu kau ingin hartanya juga? Aku tidak lupa alasan kau pergi dulu. Hanya karena perusahaan akan bangkrut kau meninggalkan Chris begitu saja. Kau tidak tahu Chris bisa dengan mudah membalikkan keadaan. Bodoh," makinya.

Jessy tak bisa tak terkejut mendengar alasan Caterina meninggalkan Chris, dia mengepalkan tangannya dengan kesal, lalu menghela nafasnya.

Setelah menguasai dirinya Jessy kembali mendorong trolinya keluar ruangan VIP itu dengan menghela nafasnya lega.