NovelToon NovelToon
Benih Pahit Berbuah Manis

Benih Pahit Berbuah Manis

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak
Popularitas:32.9k
Nilai: 5
Nama Author: Volis

Shanaira Monard tumbuh dalam keluarga kaya raya, namun cintanya tak pernah benar-benar tumbuh di sana. Dicintai oleh neneknya, tapi dibenci oleh ayah kandungnya, ia menjalani hidup dalam sepi dan tekanan. Ditengah itu ada Ethan, kekasih masa kecil yang menjadi penyemangatnya yang membuatnya tetap tersenyum. Saat calon suaminya, Ethan Renault malah menikahi adik tirinya di hari pernikahan mereka, dunia Shanaira runtuh. Lebih menyakitkan lagi, ia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tengah mengandung anak dari malam satu-satunya yang tidak pernah ia rencanakan, bersama pria asing yang bahkan ia tak tahu siapa.

Pernikahannya dengan Ethan batal. Namanya tercoreng. Keluarganya murka. Tapi ketika Karenin, pria malam itu muncul dan menunjukkan tanggung jawab, Shanaira diberi pilihan untuk memulai kembali hidupnya. Bukan sebagai gadis yang dikasihani, tapi sebagai istri dari pria asing yang justru memberinya rasa aman.

Yuk ikuti kisah Shanaira memulai hidup baru ditengah luka lama!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35. Pantai dan Barbeque

Shanaira mengusap matanya yang basah dengan punggung tangan, menarik napas dalam-dalam, berusaha menata suaranya yang masih bergetar.

“Aku… aku pikir sudah nggak akan merasa sesakit ini,” ucapnya pelan. “Tapi ternyata… aku masih bisa dilukai dengan cara yang bahkan nggak pernah aku bayangkan.”

Karenin tak menyela. Ia tetap berlutut di hadapan istrinya, menatap wajah Shanaira dengan sorot yang penuh perhatian.

“Tadi… Ethan datang,” lanjutnya. Suaranya nyaris serupa bisikan. “Dia tahu aku sempat ke rumah sakit, dan entah kenapa… dia bisa ada di hotel ini juga.”

Alis Karenin langsung mengerut. Tapi ia menahan diri, membiarkan Shanaira melanjutkan.

“Dia bilang… aku seharusnya menggugurkan kandungan ini, supaya kami bisa kembali seperti dulu…” Mata Shanaira kembali berkaca-kaca. “Dia bilang akan membujuk orang tuanya, menceraikan Claira, dan—dan kita bisa mulai dari awal. Seolah-olah semua ini cuma kesalahan yang bisa dia hapus begitu saja…”

Karenin menghela napas panjang, menundukkan kepala sejenak, lalu memejamkan mata. Rahangnya mengeras.

Shanaira melanjutkan, suaranya semakin lirih. “Aku kecewa… bukan cuma karena ucapannya, tapi karena dulu… aku mencintainya. Aku benar-benar percaya dia adalah tempatku pulang.”

Ia menatap Karenin dengan mata penuh luka. “Dan sekarang, aku sadar… betapa mudahnya dia mengkhianati semuanya. Menganggap hidupku, tubuhku, dan anak ini… sesuatu yang bisa dibuang.”

Karenin perlahan mengangkat tangannya, menyentuh pipi Shanaira yang masih basah. “Lihat aku,” ucapnya lembut tapi tegas.

Shanaira menatapnya dalam diam.

“Kamu sudah jauh lebih kuat dari yang kamu kira. Dan kamu nggak sendiri sekarang. Aku di sini. Selalu,” kata Karenin. “Anak ini—dia bagian dari kamu. Dan kalau kamu mengizinkan… aku juga ingin jadi bagian dari kamu dan dia.”

Air mata Shanaira mengalir lagi, tapi kali ini bukan karena luka—melainkan karena sesuatu yang hangat menjalari hatinya. Ia mengangguk perlahan, kemudian bersandar ke dada Karenin.

Karenin memeluknya erat, seolah ingin menyampaikan lewat dekapannya: kau aman di sini… bersamaku.

*****

Mentari mulai merendah di ufuk barat, memancarkan semburat jingga keemasan yang memantul di permukaan laut. Angin sore bertiup lembut, menyibakkan helai-helai rambut Shanaira yang dibiarkan terurai. Di sampingnya, Karenin berjalan dalam diam, tangan mereka bertaut erat.

Suara ombak yang berkejaran di bibir pantai menjadi latar yang menenangkan. Sesekali Karenin melirik Shanaira dari samping. Gadis itu masih menyisakan sembab di matanya, namun rona wajahnya sudah sedikit lebih tenang.

“Aku tahu tempat ini nggak bisa menghapus apa yang kamu rasakan hari ini,” ucap Karenin perlahan, memecah kesunyian. “Tapi… aku harap setidaknya bisa sedikit bantu kamu merasa lebih ringan.”

Shanaira menunduk, menggenggam jemari tangannya sendiri. “Terima kasih sudah membawaku ke sini,” gumamnya pelan.

Karenin mengangguk, kemudian memandangi matahari yang mulai turun ke ufuk barat. “Kau suka matahari terbenam, kan?”

Shanaira tidak langsung menjawab. Matanya ikut menatap langit yang perlahan berubah warna. Dalam kilau senja itu, kenangan-kenangan masa lalu kembali membayangi—tentang seseorang yang pernah menjanjikan masa depan bersamanya, lalu meninggalkannya di altar pernikahan.

Namun di sampingnya kini ada pria lain. Bukan pria dari masa lalunya, tapi seseorang yang sejauh ini selalu hadir dan berusaha melindunginya.

“Aku pernah menyukai senja karena selalu punya cerita,” bisik Shanaira. “Tapi sekarang, aku hanya ingin senja ini membawa pergi semua rasa sakit yang tersisa.”

Karenin menoleh, memperhatikan wajah Shanaira dengan seksama. “Kalau kau ingin menangis lagi, tak apa. Tapi kalau kau ingin diam saja, aku juga akan diam. Aku hanya ingin kau tahu, kau tidak sendirian sekarang.”

Shanaira menoleh, menatap Karenin dalam-dalam. Ada ketulusan yang tak bisa disangkal dari sorot matanya.

Dan untuk pertama kalinya hari itu, Shanaira tersenyum kecil. “Terima kasih, Karenin. Karena kamu selalu ada dan selalu mendukungku, walau semuanya terasa kacau.”

Karenin mengangkat bahu seolah tak perlu dijelaskan. “Aku juga nggak tahu kenapa bisa begini. Tapi satu hal yang pasti—aku nggak akan biarkan kamu menjalani semua ini sendirian.”

Shanaira tertawa kecil, lirih. “Kamu selalu tahu cara bicara yang bikin hati tenang.”

Sejak mereka pertama bertemu Karenin selalu memancarkan rasa kepercayaan yang membuat orang lain merasa aman.

“Kalau begitu, tugas suami membuat istrinya terseyum sukses hari ini,” sahut Karenin setengah bercanda.

Mereka berhenti di sebuah batu datar, duduk berdampingan. Laut dan langit seolah menyatu dalam siluet jingga dan emas. Shanaira menghela napas panjang.

“Entah kenapa… rasanya jauh lebih ringan sekarang.”

“Pantai memang bisa menyembuhkan,” ujar Karenin sambil menatap langit, lalu menoleh padanya. “Tapi yang paling kuat menyembuhkan itu kamu sendiri, Shanaira. Kamu kuat, lebih dari yang kamu kira.”

Shanaira menatapnya sejenak, lalu tersenyum. Senja itu jadi saksi, bagaimana luka perlahan sembuh. Bukan karena waktu, tapi karena seseorang yang mau menemani melewati luka itu, tanpa syarat.

*****

Langit mulai menggelap, menyisakan warna lembayung yang berangsur memudar di balik cakrawala. Setelah puas menikmati senja, Karenin menggandeng tangan Shanaira kembali ke area hotel, menuju gazebo yang telah ia pesan sebelumnya.

Langkah mereka terhenti di depan sebuah gazebo cantik yang berdiri menghadap laut. Tirai putih melambai pelan tertiup angin, dan lampu gantung kecil berkelip hangat di langit-langitnya. Meja kayu sudah ditata rapi, dengan alat barbeque siap digunakan dan beberapa kotak transparan berisi bahan makanan tersusun di sampingnya.

Shanaira tertegun sejenak saat melihat tempat itu. “Kamu... menyiapkan ini?” tanyanya pelan, ada sedikit keheranan di matanya.

Karenin menggeleng sambil tersenyum. “Nggak juga. Cuma minta gazebo biasa, tapi pihak hotel kayaknya niat banget.”

Shanaira menahan tawa kecilnya, tidak lepas tapi cukup terdengar. “Mereka pikir kita benar-benar pengantin baru, ya?”

Kini tak ada lagi kesedihan di wajahnya, telah tergantikan oleh senyuman dan tawa. Semua itu berkat usaha Karenin.

"Bukankah kita memang pengantin baru?" Karenin menatap Shanaira dengan alis tetangkat.

"Ada benarnya, sih." Shanaira menjawab malu-malu.

Karenin mempersilakannya duduk di gazebo lebih dahulu, sementara dirinya mulai menyalakan alat pemanggang di dekat gazebo dengan tenang.

Ia membuka kotak berisi bahan-bahan yang sudah dipersiapkan staf hotel tadi.

"Aku minta mereka ganti semua seafood dengan daging sapi dan ayam," ujar Karenin sembari menyusun potongan daging dan sayuran ke tusuk sate. "Karena kamu nggak bisa cium aroma amis, kan? Aku nggak mau kamu merasa mual dan muntah seperti tadi siang."

Shanaira duduk diam, menyandarkan tubuh di dinding gazebo. Tatapannya tertuju pada Karenin yang dengan cekatan menyiapkan semuanya. Tidak banyak kata, tapi perhatian itu terasa nyata.

Asap tipis mulai naik dari panggangan. Aroma daging yang mulai matang tercium samar, tak menyengat, tak memicu rasa mual. Karenin menjaga apinya dengan cermat, seperti memperlakukan masakan itu seolah-olah satu-satunya hal penting malam ini.

"Kamu tinggal duduk manis. Biar aku yang urus semuanya malam ini," ucap Karenin tanpa menoleh, suaranya tenang namun penuh kepedulian.

Senyum kecil terukir di wajah Shanaira.

1
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
kalea rizuky
karenin good boy
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
Myra Myra
dah terlambat
Asih Merta
kereeennn
Jane
Karenine …. Greaaattttt 🥰🥰🥰 Thank you thor 🙏🏻
Sri Solehhati
ceritanya seru
Sri Solehhati
keren suami siaga,,,, semangat
Sri Solehhati
kejam bgt ,semoga cepat terkuak ,,
ThinkerBells
Gak nyangka ceritanya bagus sejauh ini udah baca part 50up tiap part nya bikin panasaran deg-degan. Penulis santai banget bawa alurnya gak banyak percakapan tapi feel nya tetep dapet. Love banget sama karakter Shanaira dan Karenin meski alurnya lambat bikin gemesss tapi tetep nagih mau baca 😭😭😭 semoga bisa triple update yaaaa suka banget jadi kepo 😍😍😍😍😍 sebenernya ini adalah cerita yah pada umumnya tapi seriuss seru banget baca nya bikin nagih penasaran harap2 cemasss gueee 🤣🤣🤣
kalea rizuky
uda g usa kerja ada suami gt mentingin bayi aja lah bodoh
Rewind frederiksen
iya sihhhh
Asih Merta
terlalu berbelit2 ud keluar aja kasihan bayinya.
asihh..💖
perasaan shanaira kerja nya cm tdur makan doank
Asih Merta
ud memundurkan diri aja dari sana kamu kan lagi hamil tar terjadi apa apa lagi
Uthie
menarik 👍
Uthie
Coba mampir 👍
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
kalea rizuky
lanjut donkk bagus lo
kalea rizuky
cla qm. itu jalang sok playing victim deh paling qm yg jebak kan dasar uler
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!