NovelToon NovelToon
Runaways Of The Heart

Runaways Of The Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Mafia / Cintapertama
Popularitas:262
Nilai: 5
Nama Author: Dana Brekker

Darren Myles Aksantara dan Tinasha Putri Viena sama-sama kabur dari hidup yang menyesakkan. Mereka tidak mencari siapa pun, apalagi cinta. Tapi pada malam itu, Viena salah masuk mobil dan tanpa sengaja masuk ke lingkaran gelap keluarga Darren. Sejak saat itu, hidupnya ikut terseret. Keluarga Aksantara mulai memburu Viena untuk menutupi urusan masa lalu yang bahkan tidak ia pahami.

Darren yang sudah muak dengan aturan keluarganya menolak membiarkan Viena jadi korban berikutnya. Ia memilih melawan darah dagingnya sendiri. Sampai dua pelarian itu akhirnya bertahan di bawah atap yang sama, dan di sana, rasa takut berubah menjadi sesuatu yang ingin mereka jaga selamanya.

Darren, pemuda keras kepala yang menolak hidup dari uang keluarga mafianya.

Viena, gadis cantik yang sengaja tampil culun untuk menyembunyikan trauma masa lalu.

Genre : Romansa Gelap

Written by : Dana Brekker

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dana Brekker, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 10

Lantai 62 adalah puncak dari segala kesombongan Aksantara Tower, sebuah mahkota kaca yang menjulang dari jantung distrik bisnis Jakarta. Bangunan berkedok monumen ambisi satu keluarga yang terlalu lama dibiarkan berkuasa. Kenyataannya memang begitu.

Dari bawah, menaranya tampak seperti bilah obsidian yang ditancapkan ke bumi, warna hitam keperakan, berlapis panel kaca yang memantulkan cahaya pagi tanpa sekali pun membiarkan noda cacat menempel terlalu lama.

Struktur utamanya dibangun menggunakan komposit baja karbon kelas ekspor yang dipadukan dengan rangka inti titanium bersegel termal. Adapun pilar-pilarnya berdiri di atas fondasi sedalam dua puluh meter, dipasangi sensor getaran yang terhubung ke pusat kontrol internal. Darren pernah mendengar jika Aksantara Tower bisa mendeteksi langkah siapa pun yang masuk ke dalamnya.

Bagaimanapun juga, semua ini akan terasa masuk akal jika dilihat lebih dalam lagi. Lantai bawah diisi oleh perusahaan-perusahaan satelit milik grup Aksantara, seperti Maritime dan Hotels. Sedangkan di lantai menengah, firma hukum bergengsi menyewa ruang kantor dengan harga fantastis. Lalu di puncaknya terdapat Penthouse di mana Radmilo menghabiskan waktunya.

Perlu sertifikat bangunan sebagai bentuk validasi kekuasaan? Aksantara Tower punya setidaknya dua sertifikat mentereng, yakni Platinum GreenMark dan LEED Triple Platinum yang dipajang di ruang resepsi lantai satu.

Semuanya karena reputasi apik keluarga Aksantara itu sendiri. Nama Radmilo Surya Aksantara terus bertengger di jajaran orang paling kaya di republik ini, bahkan masuk daftar 100 orang terkaya dunia.

Dari betapa jernihnya setiap kaca yang disusun menyelimuti gedung, pusat kota Jakarta begitu jelas tersaji layaknya sebuah miniatur. Sementara hangat sinar mentari pagi seakan menghidupkan kembali kota itu dari dinginnya kegelapan malam.

Belum banyak pegawai yang sudah datang di kantor, namun ruang kerja Radmilo sudah terlampau gaduh.

“Signore, assicuratevi che la consegna sia discreta e nessuno deve sapere,” pintanya pelan namun tegas.

Tuan, pastikan pengiriman itu dilakukan secara rahasia dan tidak ada yang boleh tahu. (terjemahan)

Di balik mewahnya meja kerja yang terbuat dari kayu jati, Radmilo harus tetap mengambil keputusan. Dia berpengalaman, dia bijak mengambil keputusan demi kelangsungan bisnis keluarga dan itu yang membuatnya terus maju meski usianya telah menginjak 55 tahun.

Tatkala di seberang meja kerjanya, Saviero selaku putra pertamanya terus berjalan mondar-mandir tak tau diri. Sejatinya derajat Radmilo yang paling tinggi di keluarga ini. Ini bukanlah hierarki ekslusif Aksantara, melainkan hal umum yang harus dipahami oleh semua pihak yang terlibat dengan mereka.

Namun Saviero nan angkuh itu tak memperdulikan hal itu. Menurutnya konyol kala harus berbasa-basi dengan ayahnya sendiri, toh Radmilo juga telah berjanji bakal mewariskan perusahaan kepadanya suatu saat nanti.

Sementara Laras sudah jelas tidak memiliki kontrol terhadap Saviero karena status ibu tiri. Dia hanya bisa berdiri dekat dengan suaminya, menunggu hasil terbaik yang bisa di ambil dari rapat pagi hari ini.

“Ayah ini tak bisa dibiarkan lagi!” geram Saviero bukan main saat melihat ayahnya masih sibuk dengan ponselnya. “Darren mempermalukan kita! Pesta Calista seharusnya jadi lambang prestige, sekarang malah jadi bencana reputasi keluarga!”

Dari kecil, Saviero selalu tumbuh dengan keyakinan bahwa dialah putra mahkota keluarga Aksantara. Dia dibesarkan dengan ruang gerak yang terlalu longgar, tanpa diimbangi kasih sayang yang cukup. Kebebasan yang dalam kacamata anak kecil memang terasa seperti hadiah, namun ketika ia mulai dewasa, barulah Saviero sadar bahwa itu sebenarnya adalah bentuk pengabaian pada Aksantara.

Sementara si adik yang baginya dulu jauh dari kata payah justru berada di bawah bayang-bayang kendali sang ayah. Aneh memang. Banyak yang bertanya-tanya kenapa anak tertua dibiarkan bebas seperti angin, sementara si adik dikekang sedemikian rupa?

Darren dibentuk, diatur, dipantau. Setiap langkahnya seperti disorot lampu senter keluarga. Setiap kesalahannya dibahas. Setiap prestasinya disimpan rapi. Belum lagi dari kecil Darren selalu satu langkah lebih dekat dengan ibunya. Dan ketika ibunya meninggal, Darren berubah menjadi keras, dingin, kadang tampak seperti iblis kecil yang kelelahan menyembunyikan amarah. Namun anehnya, perubahan buruk itu justru membuat Radmilo semakin memperhatikannya, bukannya menjauh atau menghukumnya seperti yang Saviero harapkan.

Dia kerap kali mengadu ke ayahnya. Masalah utamanya iri dengki, namun terlalu sukar untuk diutarakan. Masalahnya ayahnya terlihat pilih kasih. Dia tahu, dan dia takut untuk membantah realita.

Dan ya, tak ada satu pun orang di rumah yang berani menyangkal. Darren memang jadi yang paling tampan di antara putra-putra Aksantara. Wajah soft, sorot mata tajam, kesan misterius yang membuat orang dewasa sekalipun sulit menebak isi kepalanya. Di SMA pun begitu. Darren selalu terlihat seperti seseorang yang ditakdirkan untuk sesuatu yang lebih besar, bahkan ketika ia sedang terperosok dalam neraka yang dia buat-buat. Dunia tetap memilihnya, bahkan jauh sebelum ia siap.

Saviero membencinya. Atau lebih tepatnya, membenci bagaimana dunia, termasuk ayahnya sendiri yang selalu memandang Darren dengan nilai tambah.

Ketika mereka beranjak dewasa, segalanya makin jelas. Ketika Saviero mulai masuk ke dalam bisnis keluarga, Radmilo seolah tak peduli. Sementara Darren yang bahkan menolak pulang, menolak terlibat, tetap menjadi pusat gravitasi setiap keputusan Radmilo.

Ketika Darren menjauh dari rumah, saat itulah tanggung jawab perusahaan dilempar begitu saja ke punggung Saviero. Tanpa arahan. Tanpa dukungan. Tanpa pengakuan bahwa selama ini ia juga anaknya.

Semua itu terasa seperti penghinaan yang dibungkus dalam kata kepercayaan.

Bagaimana bisa ayahnya menggantungkan masa depan keluarga kepada dirinya hanya setelah Darren hilang dari orbit?

Kenapa harus menunggu putra keduanya menolak, baru anak sulung dianggap berguna?

Sebutan Prince of Aksantara sungguh tidak layak untuk Darren Myles. Saviero begitu membencinya. Lebih dari siapapun.

“Sayang, tahan amarahmu. Ayahmu masih sibuk dengan rekan kerjanya,” Laras menimpali. Lantaran tak kuasa melihat anak tirinya berperilaku kurang ajar kepada suaminya.

“Bu, permasalahan cecunguk itu jauh lebih penting untuk saat ini, apa kau sekarang membelanya?!”

“Tentu saja Ibu lebih mengkhawatirkan kamu, Sayang.”

Asap mengepul ketika Radmilo selesai dengan urusannya. Telpon ia tutup, cerutu dengan huruf ‘A’ terbakar nikmat di sudut bibirnya. “Semua debat emosional ditahan dulu,” tegasnya sampai membuat Ares berjengit. “Seperti yang sudah aku katakan berulang kali, pamanmu, Adrastan tidak boleh tahu apa pun. Katakan padanya pesta Calista berjalan lancar. Stabilitas citra keluarga adalah hukum mutlak dan ini prioritas utama, lebih penting daripada mempermasalahkan adikmu.”

“Ayah.” Saviero lantas menghentikan langkahnya, napas tersengal-sengal karena emosi. Dia tahu hari ini pun dia akan kalah dari Darren. “Dia mempermalukan kita di depan seluruh tamu, termasuk investor asing. Tiga hotel utama Aksantara terancam… aku gak ngerti kenapa ayah masih belum bisa membuangnya.”

“Karena aku tidak pernah mengambil keputusan dengan emosi.” Radmilo meletakkan cerutunya di asbak kristal. Gesekan halus dari ujung cerutu memadamkan panas api. “Kau pikir semua bisa diselesaikan hanya dengan membuang satu anak bermasalah? Dunia ini lebih besar dari pesta Calista, Saviero. Kau harus belajar lebih banyak lagi.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!