NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA

TAKDIR CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / CEO / Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Revan adalah pria tampan dan pengusaha muda yang sukses. Namun di balik pencapaiannya, hidup Revan selalu berada dalam kendali sang mama, termasuk urusan memilih pendamping hidup. Ketika hari pertunangan semakin dekat, calon tunangan pilihan mamanya justru menghilang tanpa jejak.

Untuk pertama kalinya, Revan melihat kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri. Bukan sekadar mencari pengganti, ia menginginkan seseorang yang benar-benar ingin ia perjuangkan.

Hingga ia teringat pada seorang gadis yang pernah ia lihat… sosok sederhana namun mencuri perhatiannya tanpa ia pahami alasannya.

Kini, Revan harus menemukan gadis itu. Namun mencari keberadaannya hanyalah langkah pertama. Yang lebih sulit adalah membuatnya percaya bahwa dirinya datang bukan sebagai lelaki yang membutuhkan pengganti, tetapi sebagai lelaki yang sungguh-sungguh ingin membangun masa depan.

Apa yang Revan lakukan untuk meyakinkan wanita pilihannya?Rahasia apa saja yang terkuak setelah bersatu nya mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Sekutu

Surya menarik napas panjang setelah menerima laporan mengenai apa yang dilakukan istrinya siang tadi. Ia memijit pelipis, perasaan kecewa menumpuk di dada.

“Kenapa kamu tega melakukan ini, Mira… apa yang ada di pikiranmu?” gumam Surya lirih. “Kamu sama sekali tidak menghiraukan peringatanku. Apa lagi yang akan kamu lakukan hanya demi memenuhi keinginanmu? Kenapa kamu tidak pernah berubah…”

Surya terdiam. Pikiran yang kacau membuatnya tiba-tiba teringat pada seseorang, seseorang yang pernah mengisi hatinya bertahun-tahun silam.

“Bagaimana keadaanmu sekarang… Astaghfirullah, apa yang kupikirkan,” ucapnya cepat, menepis kenangan itu.

Ia mencoba kembali fokus pada berkas-berkas yang tadi akan ia kerjakan, tetapi pikirannya tetap tak mampu melepaskan diri dari ulah istrinya.

Untuk sekarang, aku cukup mengawasi apa saja yang akan kamu lakukan, Mira. Aku ingin melihat sejauh apa dirimu berani bertindak. Dan aku pastikan, putraku tidak akan bernasib sama seperti yang pernah kualami, batin Surya.

Untuk Revan… aku juga harus pastikan ia tidak menjadikan Eliana sebagai alat hanya untuk menghindari Celin, tambahnya lagi

Saat pikirannya semakin kacau, terdengar ketukan di pintu ruang kerjanya.

Tok… tok… tok…

“Masuk,” ucap Surya.

Pintu terbuka, seorang pelayan masuk dan menundukkan kepala. “Maaf, Tuan, makan malam sudah siap.”

“Baik, terima kasih.”

“Baik, Tuan. Saya permisi.” Pelayan itu keluar perlahan dan menutup pintu.

Surya merapikan berkas-berkasnya, lalu beranjak menuju ruang makan.

“Pa,” sapa Revan ketika keduanya berpapasan.

“Re, kamu juga baru turun,” ucap Surya.

“Iya, Pa. Papa kenapa? apa ada sesuatu yang papa pikiran,” tanya Revan, sambil memperhatikan wajah ayah nya.

“Tidak apa-apa. Ayo, kita ke ruang makan. Nenek dan mamamu pasti sudah menunggu.”

Mereka berjalan beriringan. Benar saja, di meja makan sudah ada Miranda dan Nenek Sonya.

“Surya, kamu kenapa? Kamu kelihatan tidak sehat,” tanya Sonya begitu menantunya duduk.

“Tidak kok, Ma. Hanya banyak pekerjaan, dan akhir-akhir ini cukup banyak hal yang harus diperhatikan,” jawab Surya, menyendok makanan sambil melirik Miranda sekilas.

“Jaga kesehatanmu, Surya. Ingat, tidak lama lagi pernikahan putramu berlangsung. Kita semua akan sibuk mempersiapkan banyak hal,” ucap Sonya mengingatkan.

“Tentu, Ma. Untuk itu aku pasti akan mempersiapkannya sebaik mungkin.”

Sonya menatap putrinya. “Dan kamu, Miranda… apa yang sudah kamu lakukan untuk mempersiapkan hari pernikahan putramu? Seharusnya sebagai ibu, kamu ikut ambil bagian.”

Miranda menegakkan badan, nadanya acuh. “Memangnya aku harus mempersiapkan apa? Mereka yang akan menikah. Biarkan mereka yang mengatur semuanya.”

“Nenek, sudahlah,” sela Revan sambil meletakkan sendok. “Tanpa campur tangan Mama pun, pernikahan kami tetap akan berlangsung.”

“Baiklah,” Sonya menghela napas. “Kalau begitu, biar Nenek saja yang turun tangan mengatur semuanya.”

Kemudian ia memandang Revan dengan tatapan serius. “Revan, ingat pesan Nenek. Kamu harus menjaga Eliana baik-baik. Nenek yakin… ada yang berniat tidak baik padanya.”

Revan mengangguk mantap. “Nenek tenang saja. Revan tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti Eliana.”

---

Waktu sudah lewat tengah malam, tetapi Celin belum juga beranjak dari bangku bar dimana ia berada sekarang.

Suasana klub malam dipenuhi dentuman musik dan lampu warna-warni, namun Celin tak peduli. Ia menatap kosong gelas minumannya yang hanya tersisa sedikit. Bartender pria di depannya sudah hafal ekspresinya dan terus sigap mengisi pesanan berikutnya.

Celin menghela napas berat. Putus asa, tetapi hatinya masih menolak menyerah.

Aku tidak boleh mundur. Aku harus mendapatkan Revan kembali, gumamnya sambil memutar-mutar gelas di ujung jarinya.

Tanpa ia sadari, tak jauh darinya seorang pria memperhatikannya sejak tadi. Senyum sinis muncul di bibir pria itu sebelum ia akhirnya bangkit.

Ini saatnya, pikirnya,lalu melangkah mendekati Celin.

“Hai. Sendirian?” sapanya dengan nada basa-basi.

Celin tidak menoleh. Tidak menggubris.

Pria itu tersenyum kecil, lalu duduk tenang di kursi sebelahnya.

Celin tetap diam, seolah hanyut dalam dunia pikirannya sendiri.

“Tidak perlu terlalu dipikirkan,” ucap pria itu pelan, namun jelas. “Jangan sampai kamu menyakiti diri sendiri. Masih banyak cara untuk mendapatkannya.”

Kata-kata itu membuat Celin akhirnya menoleh. Tatapannya tajam.“Apa maksudmu?”

Pria itu tersenyum miring. “Aku hanya mengingatkan. Masalahmu tidak akan selesai kalau kamu menghadapi semuanya dengan cara seperti ini.”

Celin mendengus kecil. “Kamu tidak perlu ikut campur. Ini urusanku. Lagi pula, kita bahkan tidak saling kenal.”

“Untuk mengingatkan orang, tidak perlu harus saling kenal bukan.” Ia mengangkat bahu santai. “Tapi kalau itu membuatmu lebih nyaman…perkenalkan namaku Aldo.” Pria itu mengulurkan tangan.

Celin menatap tangan itu sebentar, lalu mengabaikannya.

Aldo menarik napas pelan. Dia masih seperti dulu, batinnya.

“Kalau kamu mau,” ucap Aldo, suaranya turun lebih tenang, “aku bisa membantumu.”

Celin segera menoleh saat mendengar tawaran itu. Keningnya berkerut. “Membantu? Maksudmu apa? Siapa kamu sebenarnya?”

Aldo menyandarkan lengan nya pada meja dan menatap Celin. “Ya, membantu,” jawabnya ringan. “Kamu ingin Revan kembali padamu. Sedangkan aku… aku ingin memiliki Eliana.”

Celin langsung memusatkan perhatian penuh padanya. “Kamu siapa? Apa kamu mengenal Eliana?”

“Tentu.” Aldo tersenyum tipis. “Aku bukan hanya mengenal Eliana… aku juga mengenal Revan.”

Celin memandangi Aldo matanya menatap tajam “Apa kamu bisa dipercaya?”

Aldo mengangkat alis. “Terserah. Kesempatan tidak datang dua kali.”

Celin menahan napas. Jujur Celin masih ragu dengan tawaran itu , tetapi juga terlalu menggiurkan untuk dilewatkan. “Apa yang bisa kamu lakukan?” tanyanya lagi. “Setahuku, Eliana bukan tipe gadis yang mudah didekati.”

Aldo menunduk sedikit, tatapannya gelap namun mantap. “Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.”

Celin merenung sejenak, baiklah aku terima tawaran mu." akhirnya Celin mengulurkan tangan. Dan menyebut kan namanya.

Aldo menerima uluran tangan Celin, menggenggamnya erat dengan senyum kecil yang nyaris tak terlihat.

“Permainan baru dimulai, Celin,” ucap Aldo dalam hati.

Aldo melepaskan genggaman tangannya perlahan. Musik klub masih berdentum keras, tetap tidak mengusik rencana antara Celin dan Aldo.

Celin menatapnya seolah baru saja menemukan sekutu paling penting dalam hidupnya. “Kalau kita bekerja sama, kita harus punya rencana. Kita tidak bisa sembarangan,” ucap Celin, suaranya lebih rendah.

Aldo mengangguk santai. “Tentu. Semua butuh proses. Termasuk membuat seseorang jatuh… atau tersesat.” Ia menatap dinding cermin bar di depan mereka, tetapi sudut matanya terus mengawasi Celin.

Celin menyibakkan rambutnya ke belakang. “Kalau begitu, apa langkah pertama?”

Aldo berbalik menatapnya, senyum tipis mengembang. “Langkah pertama? Mengenal kelemahan musuh.” Ia sengaja menekankan kata musuh, namun Celin terlalu fokus pada ambisinya sendiri untuk menangkap nada aneh itu.

“Baik,” ucap Celin mantap. “Aku akan lakukan apa pun.”

Aldo menyeringai kecil. “Aku tahu.”

Ia memberi isyarat pada bartender. Dua gelas baru langsung disodorkan ke meja. Cahaya lampu klub memantul pada permukaan minuman itu, menciptakan bayangan aneh di wajah keduanya.

Untuk sesaat, Aldo hanya memandangi Celin. Bukan dengan tatapan kekaguman, melainkan dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Kenapa menatapku begitu?” tanya Celin heran.

Aldo mengangkat gelasnya. “Tidak. Aku hanya memastikan… kamu benar-benar siap.”

“Untuk apa?”

Aldo mendekat sedikit. Senyumnya lembut, tapi matanya sama sekali tidak. “Untuk permainan yang kamu mulai sendiri.”

1
erviana erastus
ckckck revan2 beres kan dulu si celine baru happy2 sama elina .... 😏😏😏😏
erviana erastus
dasar j*******g giliran ninggalin revan nggak ngotak skrng mau balikkan 🤣 nggak laku ya say makax cari mantan
erviana erastus
ada rahasia apa dinnk lampir
erviana erastus
emak satu ini minta ditampar biar sadar
erviana erastus
ribet ... knp nggak langsung nikah aza .... satu lagi jalang dia yg pergi tp merasa tersakiti ... hei Miranda kamu tuh ya buka tuh mata lebar2 jadi tau kelakuannya si celine
erviana erastus
jadi orang nggak usah terlalu baik el, tuh calon pelakor didepanmu .....
erviana erastus
miranda ini batu banget, tipe emak2 sok kuasa 😏
erviana erastus
calon plakor mulai tampil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!