NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama

kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.

Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 - Batasan Mana Dan Fisik.

Keseharianku kembali menyenangkan setelah kematianku serta pengulangan waktu enam tahun kebelakang, bermain bersama protagonis kecil, mendapati kehangatan keluarga Dave dan Liria, kini semua terasa berbeda dengan keberadaan Agoy dipihakku.

Tahun 666 bulan 6 tanggal 16, sudah seminggu semenjak pengulangan waktu terjadi, kini setiap malam tiba, waktu dimana semua orang tertidur.

Aku menghabiskan waktu di alam terbuka, melampaui batasan fisik, mendalami potensi Mana, hanya malam yang aku punya.

“Hanya kita dan malam...” mendelikan mata pada bulan yang indah tak berbintang.

Agoy yang kini menyatu pada gelap malam, diantara siluet pepohonan.

“Kata-katamu seperti hero game MOBA yang Mananya boros banget.” sinis Agoy dengan ucapan yang aku ketuskan.

Tubuh anak berusia empat tahun, mustahil untuk berakselerasi dengan nyaman dengan kaki pendek serta badan yang gemulai, mode dewasa diusiaku saat ini hanya membuat Mana menjadi bocor.

Jarak usia, perlu Mana yang berlebih.

Jika kamu ingin menggunakan tubuh usia dua puluh tahun, artinya Mana mu harus sejauh enam belas tahun mendatang.”

Semakin dekat jarak usia, semakin kecil Mana yang diperlukan.

Aku kembali mengingat ucapan Agoy beberapa hari lalu, mode dewasa itu terlalu berisiko.

Dengan kapasitas mana yang kecil, dikarenakan usia yang masih terbilang dini, mendalami Mana memiliki batas tertentu.

“Aku bukan Natasya yang terlahir dengan bakat.”

Lain cerita dengan fisik, tubuh akan terus berkembang.

“Agoy, haruskah kita berlatih pencak silat?” Seruku pada bayanganku sendiri.

“Sepertinya memang bagus, bumi tempatmu berasal dengan bumiku, memiliki banyak kesamaan, hanya sifat kita saja yang berbeda.” Sembur Agoy menyepakati.

“Mari kita pakai pengetahuan bumi di dunia ini!” Serempak aku bersama Agoy, diantara bayang-bayang pepohonan penuh suara jangkrik.

Aku memulai sikap paling dasar, tujuan pencak silat bukan hanya memperdalam ilmu bela diri semata, melainkan pernapasan, ketangkasan, juga ritme pertarungan.

Memperkuat otot tubuh secara alami, sama halnya dalam hal olahraga lainnya.

Sikap dasar atau kuda-kuda, kumulai dari sikap dasar pertama.

“Kuda-kuda adalah akar pondasi agar tubuh stabil, mari kita seiraskan sesuai usia tubuh ini.”

“Kuda-kuda tengah.”

membukakan kaki selebar bahu, kedua lutut ditekukan, badan ditegakkan, posisi tangan mengepal disamping tubuh. Kemudian mempertahankan posisi kuda-kuda tengah selama beberapa waktu.

lima menit, kakiku sudah terasa lemas, batasan pertama. Kulepas sikap kuda-kuda tengah.

“Oy, sebaiknya lakukan istirahat setelah satu kuda-kuda, ingat tubuhmu masih anak-anak.” Saran Agoy, setelah kuda-kuda tengah kulepaskan.

Aku menjawabnya, dengan wajah penuh semangat.

“Baiklah, bagaimana jika begini, bertahan lima menit artinya beristirahat lima menit.”

Dengan Agoy, waktu terasa sangat jelas, ia menghitung dalam dunia batin seberapa lama aku bertahan.

Istirahat lima menit, lalu melanjutkannya.

Sikap kuda-kuda depan. Satu kaki depan menekuk ke depan dan satu kaki lurus ke belakang, lalu kucondongkan tubuhku kedepan.

Kaki silih berganti posisi antara kaki kanan dan kiri. Belakang dan kedepan.

Aku meneruskan latihan pencak silat dari dasarnya, belum tentang pukulan atau cara bertarung yang sesungguhnya.

Dari sikap kuda-kuda tengah, dilanjutkan sikap depan.

Begitu pula dengan; kuda-kuda belakang; kuda-kuda samping; kuda-kuda silang.

Semua teknik dasar kupelajari untuk melampaui batasan fisik tubuh, mempertajam olah tubuh.

Untuk satu tujuan, menjinakkan hewan dan monster dengan skill Tamer.

“Ingat ini... Skill Tamer harus melumpuhkan target terlebih dahulu, setelah target melemah baru gunakan skill, itu sebabnya dalam Tamer pertarungan dengan buruan harus terjadi, dan fisik tubuhmu harus lebih kuat...” Ujar Agoy, walau sudah ku mengerti tanpa diberitahu sekalipun.

Skill Tamer, skill penjinak, skill yang jarang ada di dunia ini, namun dianggap tidak berguna.

Tergantung monsternya, seberapa kuat monster maka semakin sulit untuk dijinakkan.

Karena monster kuat susah dijinakkan, kebanyakan orang memakai skill Tamer hanya untuk peliharaan dalam rumah, dianggap tidak berguna.

Namun tak sedikit dari mereka yang berhasil menjinakkan Wyvern, ataupun Behemort.

“Konon juga ada yang menjinakkan naga sih, katanya.”

Setelah mempelajari dasar pencak silat, kutahan materi latihan berikutnya, kini memperdalam Mana.

Aku terduduk menyila, bertanya pada Agoy.

“Hey ada yang ingin kutanyakan bayangan bodoh...” nada santai sarkasme tanpa maksud kekerasan.

“Hah, begitukah caramu meminta?” Walau Agoy sudah mengetahui apa yang ingin ditanyakan diriku.

Namun Agoy mengerti, dari percakapan biasanya akan ada potensi obrolan lain dan makna tersembunyi.

Seperti khas semua laki-laki saat berkumpul dengan rekan-rekannya, dari obrolan sederhana berkembang ke arah obrolan panas, lalu politik hingga membahas agama.

Agoy tetap mendengarkan pertanyaan yang sudah ia ketahui karena terikat batin dengan diriku.

“Saat kepalaku terpental dari tubuh, aku merasakan ketakutan luar biasa dari tubuhku sendiri, yang aku lihat dari kepala yang terpenggal.”

“Aku menyadari Ki dan Sewu, melalui titik Mana, mungkin ini memperdalam teknik baru yang sedang kurancang, Astra Sewu.”

Jelasku lalu melanjutkan.

“Astra Sewu itu berarti seribu panca indra, kunamai dari candi-candi Jawa tempatku berasal.”

“Apa mungkin Astra Sewu bisa digunakan ke ranah mati dan hidup? Maksudku merasakan sendiri nyawa seseorang.”

Teringat kenangan buruk, bukan berarti semuanya buruk, namun ada hal baik didalamnya. Agoy menimpalinya.

“Coba kita pikirkan, yang kamu rasakan titik mana dalam tubuh, namun yang kamu rasakan itu ketakutan, bukan seperti menggunakan Sewu dan Ki, bukan detak jantung yang kamu rasakan, juga bukan napas yang kamu dengarkan melalui indra perasa.”

Lenganku memegang dagu dengan posisi terduduk sila, terlintas pondasi dasar mana.

“Mana yang terhubung melalui saraf menuju titik-titik Mana disekujur tubuh...”

“Bukan saraf penghubungnya? Apakah pusatnya? Jantung?”

Agoy kembali menjawab, dalam dunia batin Lala Rosalia.

Bukankah jantung itu pusat Mana? Mana terbesar dalam tubuh.

Suara itu bergeming dalam kepalaku, suara Agoy.

Aku menoleh pelan pada bayanganku sendiri, pada Agoy.

“Kenapa kamu... Bayangan yang tak memiliki jantung dapat hidup?” terheran tentang identitas Agoy sebenarnya di dunia ini, terlintas hal merepotkan lainnya.

“Itu dia jawabannya, mungkin ikatan batin.”

“Saat aku memasuki dirimu ke dalam dadamu, saat di alam baka. Bukankah jantung adalah jawabannya? Sebagai pusat Mana.”

Aku bergumam dalam batin, terdengar Agoy, dunia batin Lala Rosalia, dunia kami berdua di dunia novel ini.

Hah... Jadi karena itu pusat Mana, niat terdalam jadi bocor dan menyebar.

Agoy menjawab, seolah tersenyum dalam bentuk bayangan diri, nadanya begitu halus.

“Ya, mungkin seperti itu, niat terdalam seseorang, Astra Sewu itu teknik sempurna, bukan hanya napas atau detak jantung, kamu bahkan bisa merasakan niat jahat dan baik seseorang dari dalam diri mereka, seperti menjadi nyawa seseorang tersebut, bukan hanya merasakan panas tubuh seseorang atau tubuhmu sendiri.”

1
AI
kata "di" dipisahkan jika menunjukkan tempat, lokasi, atau waktu.
xiang ma'ling sheng: saya catat kak
total 1 replies
AI
Kalau dialog tag itu ditulis didahului tanda koma sebelum tanda petik dan ditulis dengan huruf kecil.

Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.

Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
xiang ma'ling sheng: oalahhh, oke catat pak
total 1 replies
AI
tanyaku
AI
Anak berusia empat tahun itu jatuh dengan kepala membentur batu. Sudah jelas ia akan mati karena pendarahan di otak. Mungkin jiwanya pergi, dan aku yang menggantikannya.
AI
Lala, anak pemilik tubuh ini, terjatuh dari atas pohon saat bermain sendirian. Kepala bagian belakangnya terbentur batu besar sehingga membuatnya tak sadarkan diri selama empat hari.
AI
Dave dan Liria memang tidak pernah memberitahuku apa yang terjadi sebelum aku terbangun. Namun, aku sempat mendengar mereka berbicara diam-diam di balik pintu kamarku.
AI
Tulisan di chapter ini sedikit lebih baik dari prolognya yang kek cacing kepanasan. Meski begitu, penggunaan tanda bacamu buruk, huruf kapital masih salah, dan kata-kata yang harusnya dipisah malah disambung.
xiang ma'ling sheng: catat pak, saya akan tulis ulang.
total 2 replies
xiang ma'ling sheng
Terimakasih untuk semua yang membimbing saya dalam menulis, saya akan terus berkembang.

Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.

Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
xiang ma'ling sheng: Novel ini hanya awal pembentukan kisah utama.

Kisah utama sedang saya tulis dengan judul, Transmigration: Ki Hajar Dewantara Academy.

Untuk lebih lengkap silahkan cek di profil saya.
total 1 replies
AI
Layar laptopku bergetar pelan, garis tipis seperti retakan kaca merayap dari tengah, memecah warna menjadi semburan ungu pekat. Kilau cahaya menyelinap di celah-celah retakan, menyala seperti urat petir yang tertahan.

Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.

Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.

Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.

Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
AI: note, kata "masa-masa" w typo bjir, harusnya "sama-sama"
total 4 replies
Riska Mustopa
terus nulis sampe lu jadi bisa profesional
xiang ma'ling sheng: lah ada teteh /Facepalm/
bakal terus nulis sampai punya buku cetak sendiri
total 1 replies
Arlen࿐
aku yg komen di tiktok dengan nickname Arlen tadi, novel nya menarik bang, walau aku belum baca semuanya, semangat nulisnya!
xiang ma'ling sheng: wahhh makasih bg udah berkunjung, abang yang pertama dari tiktok baca novel ini
total 1 replies
Arlen࿐
kisah nyata kah?
xiang ma'ling sheng: sebagian nyata dan sebagian fiksi/Scowl/
total 1 replies
aurel
hai Thor aku sudah mampir yuk mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
xiang ma'ling sheng: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
xiang ma'ling sheng: shappp paman/Applaud/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!