Dibunuh oleh putrinya sendiri membuat Kayana bersumpah untuk membalas setiap perbuatan keji sang putri saat ia diberikan kesempatan untuk hidup kembali. Doanya terkabul ia diberikan kesempatan hidup lagi, apakah ia akan membalas dendam kepada sang putri atau luluh karena sang putri berubah menjadi anak baik???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epilog
Setahun telah berlalu sejak malam kelam itu. Rumah besar keluarga Wijaya kini dipenuhi udara yang lebih ringan. Tak ada lagi bayangan dendam yang mengintai di balik tirai. Di taman belakang, Putri duduk di bangku batu, ditemani Mala yang tampak jauh lebih tenang. Bunga-bunga bermekaran, seolah menyambut lembaran baru kehidupan mereka.
Vanesa kini meringkuk di balik jeruji besi. Setelah berbagai penyelidikan, pengakuan Russel, dan rekaman CCTV yang diselamatkan Mala dari hotel, semua perbuatannya terbukti. Ia bukan hanya pelaku kekerasan terhadap Putri, tapi juga pembunuh Nyonya Wijaya. Di ruang sidang, Vonis dua puluh tahun penjara dijatuhkan padanya. Tak ada tangis. Tak ada ampun. Hanya tatapan kosong dan penyesalan yang datang terlambat. Semuanya sirna—harta, kebanggaan, dan kekuasaan yang pernah ia banggakan.
Shela dan Haris juga tak luput dari hukuman. Keduanya terbukti merencanakan pembunuhan terhadap Putri demi mendapatkan warisan keluarga Wijaya. Kekayaan mereka disita negara. Dari pasangan ambisius dan licik, kini mereka hanya bayangan lusuh yang tak lagi dianggap di masyarakat. Rumah mewah mereka dijual, dan nama baik mereka terhapus dari daftar sosialita ibu kota.
Laston, pria yang sejak awal memendam banyak rahasia, akhirnya memberanikan diri menceritakan semuanya pada Mala. Tentang hasil tes DNA, tentang asal-usul Putri yang sesungguhnya, dan tentang kebusukan yang dilakukan Vanesa sejak kecil. Mala sempat terdiam. Matanya berkaca-kaca, bukan karena sedih, tetapi karena lega. Jawaban dari kegundahannya selama ini akhirnya muncul. Putri adalah darah dagingnya. Putri adalah anak yang ia lahirkan, namun sempat direnggut paksa oleh masa lalu yang kelam.
Putri sendiri awalnya menolak kenyataan itu. Ia masih setia pada wanita yang telah membesarkannya, wanita renta yang kini terbaring sakit namun tetap memancarkan cinta yang luar biasa. Meskipun ibunya yang sekarang memberi izin untuk tinggal bersama Mala, Putri menolak. Ia tak ingin meninggalkan ibu yang telah menggendongnya saat demam, memeluknya saat takut, dan mengusap air matanya saat dunia terasa kejam.
Namun Mala tak menyerah. Ia datang, bukan sebagai wanita kaya keluarga Wijaya, tapi sebagai seorang ibu yang rindu. Ia menunduk dan memohon di hadapan ibu angkat Putri, meminta izin untuk mencintai Putri, tanpa memisahkan mereka. Ia bahkan mengajak ibu angkat Putri tinggal bersamanya. Ketulusan Mala akhirnya melembutkan hati Putri. Ia perlahan membuka hati dan bersedia menerima kenyataan bahwa ia memiliki dua ibu: satu yang melahirkannya, dan satu yang membesarkannya.
Keluarga Wijaya menyambut Putri dengan tangan terbuka. Bahkan Nyonya Wijaya sempat menyentuh tangan Putri dan berkata, "Kamu cucu yang jauh lebih berharga dari semua berlian di rumah ini." Kalimat itu terus terpatri dalam ingatan Putri hingga hari ini.
Namun hidup baru Putri tak berjalan semulus yang dibayangkan. Rasa iri Vanesa yang terkurung dalam penjara tetap membakar hatinya. Sebelum ditangkap, Vanesa sempat menyelinap ke kamar Nyonya Wijaya. Saat pesta penyambutan Putri berlangsung, Vanesa mencoba mencuri harta keluarga dari brankas rahasia di kamar sang nenek. Ia tahu sandinya karena dulu Nyonya Wijaya mempercayainya.
Sayangnya, aksinya dipergoki oleh Nyonya Wijaya. Dalam kepanikan, Vanesa mendorong wanita tua itu dari balkon lantai dua. Tubuh rapuh itu menghantam lantai keras. Nyonya Wijaya tewas seketika. Kejadian itu menjadi puncak dari kehancuran Vanesa. Setelah semua bukti dikumpulkan dan fakta-fakta diungkap, ia tak lagi bisa mengelak.
Kini, rumah itu sunyi. Tapi bukan sunyi yang menakutkan, melainkan sunyi yang menenangkan. Putri kerap mengunjungi makam Nyonya Wijaya, meletakkan setangkai anggrek putih di atas pusaranya. Ia berjanji akan menjaga nama baik keluarga dan meneruskan kebaikan yang pernah diajarkan padanya.
Ia mendirikan yayasan atas nama Nyonya Wijaya, membantu anak-anak korban kekerasan, membiayai pendidikan mereka, dan memberikan tempat berlindung bagi mereka yang tak punya siapa-siapa. Ia ingin luka yang pernah ia alami berubah menjadi kekuatan untuk menolong sesama.
Di sebuah ruangan, tergantung potret besar Nyonya Wijaya. Di bawahnya tertulis kalimat yang menjadi filosofi hidup Putri:
"Harta yang sejati adalah kasih yang tulus dan keluarga yang memaafkan."
Putri menatap lukisan itu sore ini, bersama Mala dan ibu angkatnya yang kini tinggal bersama mereka. Tak ada dendam. Tak ada air mata. Hanya ketenangan, cinta, dan harapan yang tak lagi terhalang bayang-bayang masa lalu.
Dendam telah selesai. Kebenaran telah terungkap. Dan cinta, seperti yang selalu terjadi, menang pada akhirnya.
Tamat
Alhamdulillah setelah sekian lama dpt ujian akhirnya putri hidup dengan bahagia skrg!????
dan vabesa pun kok ya g ada kapok2 nya sih