Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Setelah Dafa dan Dhani berangkat sekolah, Ira buru - buru membereskan pekerjaan rumah. Karna pagi ini ia harus keruamh budenya. Terlambat sedikit aja budenya pasti memarahi dirinya.
"Sudah siap, dek?" tanya Haris yang kembali pulang kerumah untuk mengantarkan istrinya kerumah budenya yang jaraknya lumayan jauh dari ruamhnya. Dari pada istrinya naik angkot lebih baik ia antar sendiri.
"Sudah, mas. Ayo kita jalan." Ira duduk di jok belakang motor suaminya. Perlahan Haris menjalankan motornya membelah jalan yang macet disana sini. Lima belas menit berlalu, Ira akhirnya sampai juga disebuah rumah yang sudah terpasang tenda dan banyak orang yang lalau lalang keluar masuk rumah.
"Mas aku masuk dulu." pamit Ira sambil mencium punggung tangan suaminya.
"Iya, dek. Mas jalan dulu, kalau mau pulang telpon mas aja." Haris menghidupkan aplikasi ojolnya dan pergi meninggalkan istrinya.
"Assalamualaikum. " ucap salam Ira pada semua yang sudah datang dulu dari dirinya.
"Waalaikumsalam." jawab yang lain ramah.
"Akhirnya kamu datang juga Ira. Buruan kebelakang, cuci beras dan langsung masak saja." perintah budenya ketus tanpa basa basi.
"Baik, bude. Mari ibu - ibu." Ira terpaksa mengikuti perintah budenya. Di lihat tak ada satu pun orang disana, bearti ini harus dia sendiri yang kerjakan. Ira mulai mencuci beras dan memasaknya pakai dandang yang sudah ia panaskan terlebih dahulu. Peluh bercucuran membasahi wajahnya karna uap nasi yang mesti ia masak.
"Ira, kenapa nasinya belum matang juga?" teriak budenya membaut wanita itu kaget dan hampir saja menumpahkan beras yang hendak ia cuci. Untung hanya sedikit beras yang tumpah kelantai, sehingga ia sedikit merasa lega.
"Ira kenapa berasnya kamu tumpah, itu beras mahal. Memutuskan akan sanggup membelinya." sarkas bude dengan mata melotot menatap keponakannya itu.
"Maaf bude, tadi aku kaget saat bude memanggil." Karna merasa bersalah dan tidak mau budenya makin marah, Ira buru - buru minta maaf.
"Dasar bodoh ! pekerjaan kaya gitu aja kamu ga becus. Kamu kira bude ga rugi. Dasar orang miskin. Pokoknya bude ga mau tau beras - beras itu harus kamu masak semunya termasuk yang tadi kamu tumpahi." hardik bude membuat Ira malu karna mengundang perhatian ibu - ibu yang lain. Ira menahan bulir bening yang sudah menganak di sudut matanya.
"Maafin aku, bude." hanya kata itu yang sanggup Ira keluarkan.
"Makanya jadi orang miskin jangan belagu. Baru disuruh masak nasi aja udah menumpahkan beras. Rugi bude tau Beras yang kamu tumpahi harganya berkali lipat diatas beras yang kamu makan sekeluarga." tidak henti - hentinya bude memaki dan menghina Ira.
Ira merasakan sesak dadanya, air mata yang tadi ia coba tahan sudah tak terbendung saat mendengar makian dan hinaan dari budenya. Tubuhnya gemetar menahan ketakutan. Ira menghapus air matanya agar budenya tidak melihat ia menangis bisa - bisa ceramah budenya makin panjang dan tajam. Buru - buru Ira kembali melanjutkan pekerjaannya.
Ia memilih diam dan pura - pura tidak mendengar mulut kotor budenya. Ibu - ibu yang lain hanya melihat saja tanpa ada yang berani ikut campur karna buka keluarga. Mereka malas nanti malah kena getah karna membela Ira. Mereka tidak mau mendengar mulut bawel yang tidak ada saringan sama sekali.
...****************...
Assalamualaikum kk, terimaksih sudah mampir dan terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak biar thor semakin semangat menulis bab selanjutnya 😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik