Menaklukan Hati Mertua

Sebuah kebenaran memang harus diungkapkan, seperti yang saat ini dilakukan oleh Ruben. Dia baru saja menginjakan kakinya di hotel Prison

Langkah demi langkah Ruben terjal, dia masih mengekor Alisa yang saat ini sedang berjalan menuju lobby Hotel Prison.

Seorang pria asing menggenakan topeng menyambut Alisa dengan pelukan hangat

Ruben dibalik tembok membulatkan mata ia tak percaya bahwa Alisa bisa melakukan hal sekotor itu dibelakangnya, tapi Ruben tak sama sekali sakit hati, dia malah tersenyum sangat lebar melihat pemandangan itu yang akan menjadi bukti besar kepada Jingga.

Ruben mengabadikan moment kemesraan antara Alisa dan Pria asing bertopeng menggunakan ponsel pintar berlogo apel.

Ceklik!

{Foto tersimpan}

"Pria bertopeng itu siapa sih? Aku jadi penasaran," batin Ruben.

Pria asing dan Alisa berjalan menuju kamar hotel dengan merangkul mesra satu sama lain.

"Ngapain sih kamu masih saja pakai topeng. Aku sudah tahu kamu siapa, Arga," ucap Alisa.

"Jangan banyak protes, tugasmu melayaniku malam ini," ucap Arga sambil membuka topengnya.

"Aku ini bukan pemuas nafsumu, ingat aku sedang hamil," ucap Alisa.

"Tenang, sayang. Aku akan melakukannya secara perlahan. Tak akan kasar dan membahayakan anak dalam kandunganmu," bisik Arga.

"Ingat tujuan kita sudah tercapai, jadi untuk apa sih aku melakukan semua ini, kita saja tak saling mencintai," ucap Alisa.

"Kita memang tidak akan saling mencintai, tapi kita akan saling membutuhkan," ucap Arga.

"Kita! enak saja kamu bilang kita, itu si mau kamu saja untuk aku dijadikan alat pemuasmu," protes Alisa.

Sontak mendengar pembicaraan Alisa, Ruben tersentak kaget. Ia tak menduga sama sekali kalau selingkuhan Alisa adalah Arga.

Ruben menggelengkan kepalanya. Dia pun segera menghampiri Ruben dan Alisa yang saat ini sudah berdiri dipintu masuk kamar sambil bercumbu mesra, dan moment itu direkam langsung oleh Ruben.

"Wow, terusin dong adegan uhuw romantis kalian. Biar satu dunia tahu bahwa Arga, CEO Senopatih main gila sama istri orang lain," ucap Ruben.

Sontak mereka berdua melirik kearah kamera Ruben yang sedang merekam, lalu Arga berusaha merebut ponsel milik Ruben untuk menghapus apa yang sedang mereka lakukan, namun sayangnya Ruben lebih cepat gerakannya untuk menyimpan ponsel itu dalam saku jaketnya.

"Jangan berani sentuh ponselku," ucap Ruben.

Bugh!

Arga berusaha terus mengambil ponsel Ruben, namun Ruben menepis semua pukulan dari Arga, bahkan Ruben memukulnya balik.

Bugh!

"Rasakan ini! semua rasa sakit dari pukulanku tak sebanding dengan semua rencana busuk yang kamu lakukan bersama Alisa!" geram Ruben

"Mas Ruben, aku bisa jelaskan," ucap Alisa sambil memisahkan pertengkaran diantara mereka.

"Tak perlu kamu jelaskan apapun, bukti ini sudah cukup membuktikan bahwa anak yang dalam kandungan itu memang bukan anakku," ucap Ruben.

"Ini anakmu," kilah Alisa.

"Jangan coba berani membohongiku, Alisa," ucap Ruben.

"Aku tidak bohong, kamu harus percaya padaku kalau anak dalam kandungan ini adalah anak kamu," Kilah Alisa.

"Terserah, aku ingin kita bercerai. Aku talak kamu, aku talak kamu, aku talak kamu," ucap Ruben.

Secara agama Ruben sudah menalak sah Alisa, namun secara hukum Ruben akan mengurusnya secara resmi.

Beberapa hari kemudian,

Setelah Ruben berhasil membawa semua bukti kepada Jingga tentang perselingkuhan yang terjadi antara Arga dan Alisa.

Jingga pun membulatkan matanya begitu dia membuka semua foto dan hasil rekaman yang dibawa oleh Ruben, pada akhirnya Jingga percaya kembali kepada Ruben, ia pun segera meminta maaf kepada Ruben.

"Mas Ruben, maafkan aku yang sudah tak mempercayaimu," ucap Jingga.

"Ya, sayang. Aku akan selalu memaafkan kamu. Tapi kamu harus janji kalau kamu harus percaya sama semua janji yang aku ucapkan bahwa hanya kamu wanita yang aku cintai, tak akan ada wanita lain yang akan aku sentuh," ucap Ruben sambil menatap kedua mata Jingga.

"Ya, mas Ruben."

"Oh ya, satu lagi aku sudah menalak Alisa dan akan segera memproses perceraian secara sah, dengan begitu kamu akan menjadi satu-satunya istriku," ucap Ruben.

Jingga tersenyum lebar, lalu memeluk Ruben dengan sangat erat, lalu menatap Ruben dengan sangat lekat, mereka saling pandang penuh dengan cinta.

Ruben mendekati bibir Jingga yang mungil, mereka pun berciuman dengan penuh cinta saling menukar saliva, perlahan Ruben mencium leher jenjang mulus Jingga membuat aliran darah Jingga terangsang.

"Akh, mas..."

"Aku ingin melakukannya,"

"Tapi pelan ya, ingat kita punya baby yang harus dijaga diperut ini," ucap Jingga.

"Izinkan aku mengunjunginya," ucap Ruben.

Jingga mengangguk kecil, lalu Ruben pun segera menyambar kembali bibir Jingga dengan kecupan hangat, disertai gigitan kecil dileher jenjang Jingga, meremesa kembali buah melon milik Jingga, lalu mulai melucuti semua pakaian yang melekat pada Jingga.

Mereka pun bercinta tanpa kenal waktu dan tempat yang sempit di rumah susun.

*****

Keesokan harinya,

Mentari bersinar terang memenuhi keluarga Karindra.

Bramantyo, Kiara, Ruben, dan Jingga kembali kemansion utama Karindra.

"Kiara senang bisa kembali kemansion ini, Dad. Mansion ini banyak kenangan indah bersama Mom Jesi," ucap Kiara.

"Ya, seandainya Mom kamu masih ada kita pasti menjadi satu keluarga yang utuh, tapi semu ini karena gadis miskin ini," lirih Bram.

"Dad, tolong jangan salahkan Jingga lagi. Sekarang Ruben akan berikan bukti kepada Daddy bahwa Jingga tak bersalah," ucap Ruben sambil membuka laptop berlogo apel.

Semua mata tertuju pada layar monitor berukuran 14 inc itu, Ruben menunjukan sebuah bukti bahwa Jingga sedang bekerja diwaktu kejadian kecelakaan tersebut, serta Ruben juga mendatangkan orang suruhan Arga yang sudah menyabotase semua bukti.

"Maafkan saya, pak Bram. Saya hanya orang suruhan dari Pak Arga," ucapnya.

"Baiklah, saya maafkan. Sana pergi," usir Bram.

Bram mengusap kasar wajahnya, dia tak menduga kalau Alisa yang ditolong oleh Mom Jesi. Bahkan hasil bukti sebelumnya yang menunjukan Jingga adalah wanita yang diselamatkan itu semua hanya rekayasa dan editan.

"Bodoh banget aku ditipu oleh keponakan sendiri! ternyata menantu yang selama ini aku banggakan, dia adalah penyebab kematian istriku," geram Bram.

Bram pun segera meminta maaf pada Jingga dan merestui hubungan Jingga dan Ruben.

"Jingga mulai hari ini kamu panggil saya dengan sebutan Daddy juga karena mulai sekarang kamu menantu dikeluarga ini dan Daddy pastikan kamu dan Ruben akan menikah secara resmi," ucap Bram sambil memeluk hangat sang menantu.

"Terima kasih banyak, Dad." ucap Jingga.

Akhirnya perjuangan panjang Jingga untuk menaklukan hati mertua bisa tercapai. Ia merasa sangat senang bahwa sang mertua bisa menerima dirinya.

END.

Terima kasih semua yang setia membaca novel saya sampai hari ini.

mohon maaf kalau selama ini saya banyak salah.

Izin pamit untuk Hiatus sementara.