Flower Florencia hidup dalam tekanan—dari keluarganya yang selalu menuntut kesempurnaan hingga lingkungan universitas yang membuatnya merasa terasing. Di ambang keputusasaan, ia memilih mengakhiri hidupnya, namun takdir berkata lain.
Kim Anderson, seorang dokter tampan dan kaya, menjadi penyelamatnya. Ia bukan hanya menyelamatkan nyawa Flower, tetapi juga perlahan menjadi tempat perlindungannya. Di saat semua orang mengabaikannya, Kim selalu ada—menghibur, mendukung, dan membantunya bangkit dari keterpurukan.
Namun, semakin Flower bergantung padanya, semakin jelas bahwa Kim menyimpan sesuatu. Ada alasan di balik perhatiannya yang begitu besar, sesuatu yang ia sembunyikan rapat-rapat. Apakah itu sekadar belas kasih, atau ada rahasia masa lalu yang mengikat mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
“Apakah jawabanku cukup jelas?” tanya Kim, suaranya tenang namun mengandung ketegasan yang tak bisa dibantah. Sorot matanya menusuk lurus ke arah Shelly.
Shelly menatapnya dengan tatapan memohon, hatinya mulai goyah, dan gengsi perlahan runtuh.
“Kim, kita telah lama kenal… Kenapa kau menolakku begitu saja?”
Kim menarik napas pelan, menahan emosi yang mulai menyusup di balik ketegasannya.
“Menolak tidak perlu banyak alasan, Shelly. Aku bahkan telah memberi satu jawaban, itu sudah cukup. Tapi kalau kau masih berada di sini dan terus memaksakan kehendak, maka hubungan kita sebagai teman pun akan putus sekarang juga.”
Nada bicaranya tidak meninggalkan ruang untuk perdebatan. Suasana di ruang tamu itu pun terasa semakin menyesakkan.
Shelly mencoba bertahan, meski matanya mulai memerah, bukan hanya karena marah, tapi juga karena hatinya terluka.
“Tapi… bagaimana kau bisa menjelaskan ini kepada keluargamu? Mereka pasti tidak akan setuju.”
Kim menatapnya tajam, kali ini dengan sorot yang menunjukkan bahwa ia sudah memutuskan segalanya jauh-jauh hari.
“Kebahagiaanku, aku yang akan tentukan sendiri. Aku tidak butuh orang lain—termasuk keluarga—untuk membuat keputusan untukku.”
Di sudut ruangan, Flower berdiri kaku. Matanya menatap lantai, seolah ingin bersembunyi dari kenyataan yang baru saja ia dengar.
“Kakak Kim pasti sangat mencintai gadis itu… siapa yang begitu beruntung bisa mendapatkan cintanya? Sepertinya aku yang berlebihan… Selama ini aku salah paham, mengira kalau Kakak Kim mungkin memiliki sedikit perasaan terhadapku,” batin Flower.
Tak lama kemudian, Shelly melangkah pergi meninggalkan rumah itu dengan langkah berat. Tumit sepatunya menghentak lantai marmer, seolah menyuarakan amarah dan kecewa yang tak bisa ia ucapkan lagi.
Kim berbalik menatap Flower yang masih berdiri di tempatnya, sedikit memalingkan wajah. Ia mendekat, lalu menatap wajah gadis itu dengan tatapan lembut.
“Flower, maaf atas kejadian ini. Apakah wajahmu masih sakit?” tanyanya, suaranya lebih pelan dari biasanya, terdengar tulus dan penuh perhatian.
Flower menunduk sedikit, lalu menggeleng sambil tersenyum tipis.
“Tidak lagi. Tamparan ini… tidak sebanding dengan rasa sakit yang dia alami,” ucapnya pelan. Ia lalu mengangkat kepala, menatap ke arah pintu. “Kakak Kim… apakah dia akan baik-baik saja?”
Kim ikut menoleh ke arah yang sama, lalu mengangguk perlahan.
“Dia sudah dewasa dan mandiri. Hanya memutuskan pertunangan tanpa cinta… tidak akan membuatnya terpuruk,” jawabnya dengan nada yakin.
“Tapi… dia mencintaimu,” ujar Flower lirih, nyaris seperti bisikan, namun cukup terdengar oleh Kim.
Kim tersenyum samar. Ia mengangkat tangan dan menyentuh kepala Flower dengan lembut, mengacak sedikit rambutnya.
“Mencintai sepihak tidak akan membawa kebahagiaan,” ucapnya pelan, seolah mengandung makna lebih dalam dari yang ia ungkapkan. Setelah itu, ia pun beranjak pergi, meninggalkan Flower yang masih terdiam.
Flower hanya bisa memandangi punggung Kim yang semakin menjauh. Langkahnya tegap, tak ragu sedikit pun.
"Sifatnya sulit ditebak… apakah dia memang menganggapku seperti adiknya? Tapi… kenapa? Rasanya seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan, batin Flower.
Di sisi lain kota, suasana ruang konferensi pers dipenuhi wartawan dari berbagai media. Sorotan kamera tak henti-hentinya mengikuti gerak-gerik seorang pria muda yang tengah duduk di balik meja panjang, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Wajahnya tampak tegas, namun jelas terlihat guratan penyesalan di balik tatapan matanya.
Wilson Florencia, salah satu pewaris keluarga Florencia yang dikenal sebagai salah satu keluarga terpandang, membuka konferensi pers dengan menarik napas panjang. Ia menatap lurus ke arah kamera, seolah berbicara langsung kepada masyarakat.
“Di sini, aku ingin menjelaskan,” ucapnya mantap namun tenang, “bahwa kejadian yang tidak menyenangkan belakangan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kami, keluarga Florencia.”
Ruangan menjadi hening. Para wartawan menahan napas, menunggu lanjutan dari pernyataan itu.
“Cici Florencia… bukan adik kandungku. Dia adalah anak yang diadopsi oleh kedua orang tuaku sejak kecil. Kami menerima dan memperlakukannya sebagai anggota keluarga—tanpa membeda-bedakan.”
Wilson menunduk sejenak, lalu kembali menatap kamera dengan tatapan penuh penyesalan.
“Namun sayang, Cici yang selama ini kami anggap keluarga… telah mengecewakan kepercayaan dan harapan kami. Dan di sini juga, aku ingin menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada adik kandungku, Flower Florencia. Karena kebodohanku… aku sebagai kakak kandung telah menyakitinya.”
Suara Wilson sedikit bergetar saat menyebut nama Flower. Ia menghela napas sebelum melanjutkan.
“Segala tindakan dan perilaku Cici adalah tanggung jawab pribadinya. Kami, keluarga Florencia, tidak terlibat dalam apa pun yang telah ia lakukan. Kami telah mengambil keputusan untuk mengusirnya dari keluarga. Dan jika suatu saat nanti terjadi sesuatu yang berkaitan dengan Cici, maka aku tegaskan… itu tidak lagi ada hubungannya dengan kami.”
Beberapa wartawan mulai mencatat setiap kata yang dilontarkan Wilson. Suasana mulai tegang, namun juga dipenuhi rasa simpati.
“Aku tahu, sebagai seorang kakak dan bagian dari keluarga, aku telah gagal membimbingnya menjadi orang yang berguna. Untuk itu, aku mohon maaf… kepada masyarakat, dan terutama kepada Flower, yang telah terluka karena kelalaianku.”
"Flower, Kakak minta maaf padamu. Kakak hanya berharap… kita bisa berkumpul bersama seperti dulu," ucap Wilson, menatap lurus ke arah kamera dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Ucapan itu menggema ke seluruh penjuru, tak terkecuali di lingkungan universitas tempat Flower menimba ilmu. Tayangan siaran langsung konferensi pers itu tersebar cepat di media sosial dan grup kampus. Mahasiswa yang selama ini menindas dan meremehkan Flower kini tak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Bisik-bisik mulai terdengar di lorong-lorong, di kelas, dan bahkan di taman kampus.
"Jadi… dia anak kandung keluarga Florencia?"
"Bukannya Cici yang selalu dipanggil 'Florencia' itu?"
"Gawat! kita sudah keterlaluan padanya..."
Di sisi lain, Flower duduk seorang diri di bawah pohon rindang, tempat yang selalu ia datangi saat ingin menenangkan diri. Ponsel di tangannya masih memutar siaran konferensi itu. Suara Wilson mengisi keheningan di sekitarnya. Ia memandang layar dengan mata nanar, bibirnya bergetar, tapi tak ada kata yang terucap.
Angin musim semi berhembus lembut, menerbangkan helaian rambutnya yang tergerai. Hatinya terasa penuh—antara haru, kecewa, dan ketidakpercayaan. Ucapan permintaan maaf dari kakaknya menyentuh hatinya, namun luka masa lalu belum sepenuhnya sembuh.
"Kenapa baru sekarang?" batinnya lirih.
"Setelah semua orang mempermalukanku... setelah aku merasa sendirian selama ini..."
Tetes air mata jatuh perlahan di pipinya, bukan karena lemah, tapi karena terlalu lama ia menahan semuanya sendirian.
Namun di balik air matanya, ada secercah kehangatan yang muncul—sebuah harapan kecil bahwa mungkin… hanya mungkin… keluarganya bisa kembali utuh.
terimakasih untuk kejujuran muu 😍😍😍 ..
sally mending mundur saja.. percuma kan memaksakan kehendak...
kim gak mau jadi jangan di paksa
ka Lin bikin penasaran aja ihhh 😒😒😒
penasaran satu hall apakah Flower akan pergi dari Kim atau bertahan sama kim 🤨