NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Keabadian

Perjalanan Menuju Keabadian

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur
Popularitas:11M
Nilai: 4.8
Nama Author: Noviant Juan

Proses Revisi. Disarankan jangan membaca dulu.

Alur VERY++++ Slow.

KARYA INI TERISNPIRASI DARI NOVEL KING OF GODS, KARYA FAST FOOD RESTAURANT

Weng Lou merupakan seorang anggota Klan Keluarga Weng yang berasal dari keluarga cabang. Dia berhasil masuk kedalam Keluarga Utama setelah berlatih dengan sangat keras dan menjadi seorang jenius berbakat didesanya.

Namun, dirinya yang merupakan jenius di keluarga cabangnya bukanlah siapa-siapa di keluarga utama. Banyak sekali jenius beladiri yang berasal dari keluarga utama. Namun meski begitu, ia tetap berlatih dengan keras agar tidak tertinggal dari yang lain.

Hingga suatu malam, dia mengalami kejadian aneh, dan berakhir dengan dirinya mendapatkan sebuah kitab. Kitab yang membuat kehidupannya berubah. Dari seorang pecundang, menjadi seorang jenius .

Nama kitab itu adalah "Kitab Keabadian". Dan dengan kitab itu, ia akan menuju 'Keabadian'.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noviant Juan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 38. Dasar Pondasi Tingkat 3 Puncak

Ayah Weng Lou, Weng Li setelah menikah dan memiliki anak merasa tidak perlu lagi untuk berlatih beladiri, dia hanya perlu bekerja dan menghidupi keluarganya.

Namun kejadian di Desa Sungai Biru membuatnya berpikir kembali, betapa pentingnya menjadi kuat.

Jika saja dia memiliki kekuatan lebih dari pada saat itu, mungkin kepala cabang keluarga Weng Desa Sungai Biru, Weng Xialong tidak akan mati karena melindunginya.

Setelah mereka pulang kembali ke Kota Bintang Putih dan menjual semua bagian tubuh Beruang Iblis Hitam yang nereka bawa. Dirinya nulai berlatih kembali menggunakan sumber daya yang ia beli menggunakan uang dari hasil penjualan bagian tubuh Beruang Iblis Hitam.

Dia mulai melatih kembali teknik-teknik beladirinya yang sudah mulai tumpul dan mempelajari perubahan elemen yang dulu dia menyerah karena tidak pernah bisa.

Karena yang diperbolehkan berlatih di Lapangan Latihan Beladiri hanya para murid, ayah Weng Lou berlatih di luar Kota Bintang Putih tetapi tidak sampai masuk kedalan Hutan Kematian.

Bukan karena ayah Weng Lou takut atau apa, tetapi dia tidak ingin jika dirinya sampai ada serangan binatang buas yang mengganggu dirinya di saat latihan.

Meski begitu, terkadang dia dia berburu binatang buas yang bisa diambil dagingnya dan bermanfaat jika di konsumsi untuk dibawa pulang dan dimasak oleh istrinya.

Bagian tubuh yang penting akan dia ambil dan jual sisanya akan langsung dia kubur didalam tanah untuk menghindari datangnya binatang buas.

Hari ini seperti biasa, dia berlatih di dekat perbatasan Kota Bintang Putih. Karena sudah rutin kesini setiap harinya, dia membuat sebuah pondok kecil untuk beristirahat.

"Teknik Tombak Angin, gerakan pertama, Sayatan Angin!"

Ayah Weng Lou menyerang sebuah pohon setinggi 4 meter dengan sebuah tebasan vertikal (atas kebawah/bawah keatas) dan membuat pohon itu langsung terbelah menjadi dua.

Belum selesai dengab serangan barusan, ayah Weng Lou melanjutkan serangannya.

"Teknik Tombak Angin, gerakan kedua, Hembusan Maut!"

Kini serangannya menjadi tebasan horinzontal dan membuatnya menjadi 4 bagian.

"Teknik Tombak Angin, gerakan ketiga, Liukan Angin!"

Tombak ayah Weng Lou menyerang dengan begitu cepat, rentetan tebasan dan tusukan tercipta hanya dalam beberapa detik.

Pohon yang semulanya utuh kini tinggal potongan-potongan kecil saja.

"Huuu....aku rasa cukup hari ini. Aku harus membeli beberapa pisau kecil sebagai senjata rahasia," ayah Weng Lou menuju kearah pondok kecil yang ia buat.

Dia duduk dan beristirahat sejenak sebelum pergi dari situ dan masuk kembali ke Kota Bintang Putih menuju ke toko senjata milik Tuan Gong. Dia berniat mencari pisau kecil yang akan digunakan sebagai senjata rahasia disini.

"Ho? Kau ingin pisau kecil? Tidak tombak kecil?" gurau Tuan Gong.

"Baiklah, sampai jumpa-" ayah Weng Lou melangkah krluar dari toko.

"Baik baik! Kau sama sekali tidak biaa diajak bercanda," Tuan Gong segera pergi mengambil sekotak besar yang penuh dengan pisau-pisau kecil dengab berbagai macam bentuk.

Dia lalu meletakkannya didepan ayah Weng Lou untuk dia lihat.

Ayah Weng Lou kemudian memeriksa semua pisau-pisau itu, mencoba mana yang paling cocok dia gunakan.

Setelah mencoba selama 5 menit, dia memilih empat buah pisau berbentuk sama. Dia lalu melemparkannya kearah tiang yang berjarak 5 meter darinya.

Syyyyt-! Tck! Tck! Tck! Tck!

Empat buah pisah itu menancap dengan sempurna ditiang itu, tanpa getaran sedikitpun di ke empat pisau.

"Aku beli 4 ini, berapa?" Tanya ayah Weng Lou menoleh ke Tuan Gong.

"Masing-masing pisau itu seharga 55 koin perak. Kuberi kau harga teman, 300 koin perak."

Bugh!

Ayah Weng Lou memukul perut Tuan Gong.

"Harga teman dari mana?! Kau tidak perlu pura-pura bodoh seperti itu!" Ayah Weng Lou melemparkan sebungkus koin perak kepada Tuan Gong. Isinya 200 koin perak.

"200 koin perak, aku hanya membawa itu saja, kau bisa datang kerumah untuk menagih sisanya," ucapnya sambil melangkah ketiang yang menancap 4 pisau yang dia lempar sebelumnya.

Setelah mengambilnya, ayah Weng Lou pergi keluar dari yoko senjata Tuan Gong.

"Hah, sialan. Jika aku tau tadi lebih baik aku naikkan lagi harganya," keluh Tuan Gong sambil memasukkan kantong uang itu kedalam bajunya.

Dia memandang punggung ayah Weng Lou yang semakin tak terlihat.

***

Dirumah Weng Lou.

Weng Lou, Weng Wan, dan Weng Hua sibuk berlatih menggunakan sumber daya latihan yang berguna meningkatkan praktik mereka.

Suasana hening membuat hembusan angin terdengar merdu. Mereka sangat berkonsenterasi dalam menyerap sumber daya yang mereka gunakan.

Beberapa menit kemudian, Weng Hua membuka kedua matanya dan menghela napas panjang.

"Huu....Dasar Pondasi tingkat 3 puncak, tidak aku sangka akan secepat ini mencapinya."

Weng Hua menatap Weng Lou dan Wang Wan yang ada di sampingnya. Dia hanya melihat Weng Wan sekilas saja, tatapannya terpaku pada Weng Lou yang masih menyerap sumver daya dengan wajah serius.

Tak lama kemudian.

"Ghaa...ini benar-benar hebat! Dasar pondasi tingkat 3 puncak hanya dalam waktu kurang dari sebulan, siapa yang akan percaya hal itu?" Oceh Weng Wan setelah berhasil menyerap semua sumber daya yang diberikan kepadanya.

Dia melihat sekitarnya. Weng Hua sudah selesai menyerap sedangkan Weng Lou masih belum selesai menyerapnya.

"Sudah berapa lama?" Tanya Weng Wan.

"Entahlah, aku juga baru saja selesai," Weng Hua mengangkat bahu.

Weng Wan berdiri dari tempatnya dan meluruskan pinggangnya yang terada pegal.

"Sepertinya sebentar lagi waktu makan malam, aku harus segera pulang. Beri tahu Lou aku berhasil mencapai Dasar Pondasi tingkat 3 puncak lebih dulu dari pada dia," kata Weng Wan sambil berjalan kearah pintu kamar.

"Tidak perlu repot-repot, aku sudah mendengarnya. Aku tidak menyangka akan butuh waktu lebih lama untuk menyerapnya dan menembus ke tingkat puncak."

Weng Lou membuka kedua matanya. Dia melihat kearah Weng Wan yang berdiri di pintu kamarnya. Lalu pandanganya beralih ke Weng Hua yang dari tadi memandanginya.

"Hm? Ada apa dengan wajahku?" Tanya Weng Lou kepada Weng Hua.

"Ti-tidak ada apa-apa! Aku hanya berpikir wajahmu mirip dengan ayahmu!" jawab Weng Hua sambil mengalihkan pandangannya daru Weng Lou.

"Ah? Ya, aku juga berpikir seperti itu," ucap Weng Lou sambil memegangi wajahnya.

"Kalau begitu kami pulang dulu."

Weng Hua buru-buru berdiri dan pergi dari kamar Weng Lou bersama dengan Weng Wan.

Begitu mereka berdua keluar dari kamar, kamar Weng Lou menjadi sunyi kembali. Weng Lou yang masih bingung dengan sikap Weng Hua memilih bangkit berdiri untuk meluruskan badannya yang terasa pegal dan kaku.

Saat masih meluruskan badan, Kitab Keabadiaan miliknya tiba-tiba bercahaya seperti yang pernah yang terjadi sebelumnya.

Weng Lou segera mengambil kitab itu dan membukanya. Dia langsung membuka di lembaran

ketiganya dan melihat sebaris kalimat bercahaya dilembaran itu.

Dia menunggu cahaya itu menghilang sebelum membaca apa yang tertulis disitu.

"Malam ini merupakan malam berdarah yang membuat bau amis tercium pekat. Tak akan ada yang menyadari malam pembantaian ini. Bersiap jika tidak ingin mati."

Weng Lou membaca tulisan itu dengan napas berat.

Dia tidak bodoh untuk menerjemahkan maksud dari tulisan itu. Hanya saja dia tidak tau dimana dan kapan waktunya.

Yang jelas itu tidak akan pernah terjadi jauh dari tempatnya berada.

Dia memutar otak dan berpikir dengan keras.

"Bersipa-siap jika tidak ingin mati...itu berarti rumahku sudah jelas masuk didalamnya. Sekarang yang terpenting kapan waktunya..."

Weng Lou bolak-balik di kamarnya mencoba menemukan jawabannya hingga tidak sadar ayahnya sudah berdiri di pintu kamarnya.

"Sedang apa Lou'er?" Tanya ayahnya sambil tersenyum hangat seperti biasanya.

"Ah tidak...aky hanya berpikir, sepertinya nanti malam akan ada yang datang mengetuk pintu rumah kita," jawab Weng Lou.

Ekspresi ayah Weng Lou berubah, wajahnya berubah serius. Dia yang mengajari Weng Lou tentang bahasa sinyal sebelumnya, dan dia mengerti maksud Weng Lou barusan.

"Siapa yang kau hajar?"

"Weng Ah."

"Maka ini akan sedikit sulit. Keluarganya pasti mengirim seseorang ditingkat Dasar Pondasi tingkat 7 setidaknga paling rendah tingkat 6 puncak sepertiku."

Ayah Weng Lou berjalan kearah jendela kamar Weng Loy dan melihat matahari terbenam.

"Namun selama kita sudah bersiap, itu pasti akan mudah. Ayah akan berlatih sebentar, sedikit dorongan lagi maka ayah akan menembus Dasar Pondasi tingkat 7."

Ayah Weng Lou meninggalkan kamar Weng Lou dan masuk kedalam kamarnya.

Weng Lou pergi menuju dapur dan memberitahu situsinya kepada ibunya, dan sikap ibunya berubah seperti ayahnya sebelumnya.

Sama seperti ayahnya, ibu Weng Lou juga mulai kembali berlatih beladiri, hanya tidak sesering ayah Weng Lou. Dia lebih meningkatkan tingkat praktiknya yang masih di Dasar Pondasi tingkat 5 puncak.

Sekarang dia sudah berada di Dasar Pondasi tingkat 6 awal, dia berhasil menembusnya seminggu yang lalu.

Membuat keluarganya memiliki dua orang praktisi beladiri Dasar Pondasi tingkat 6 dengan salah satunya akan segera menembus ke Dasar Pondasi tingkat 7.

Malam ini, mereka berisiap untuk pembantaian lainnya.

1
Eneng Eneng
Lumayan bagus cara mendarat ya
Serangan kenapa tdk habis habis
Babat Semua
Kasihan Bingbing
Ceritanya jadi gurauan
Yang terjadi bukan bertanding tapi berkelahi 🤣🤣🤣
Makin seru Tir
Masa Gu Lian kalah sama Weng Hua
keren bisa terbang
Bing Qian... leluhurnua
Ras Ilahi
Jadi Weng Lao tdk bisa ikut turnamen
Weng Lou bodoh amat keterlaluan
Latihan terus tapi Kuktivasinya tdk Naik ke Ranah
Pasti Lingling yang bangun
Nenek jahat rencanamu tidak berhasil
Weng Lou kesurupan Lagi
Siapa perempuan Tua yang ingin mbunuh keluarga Weng Lou
Beli baju baju dipasar agar tambah cantik
Balas Dendam.. 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!