Khusus Area Anuu dan banyak anuu
# Jangan cari sesuatu yang faedah, ga bakal nemu😂😂😂
Arka dan Naura adalah saudara angkat yang selalu bersama, keduanya menjalin percintaan setelah bertemu kembali.
Hingga keduanya dipersatukan dalam ikatan pernikahan.
Namun keinginan mempunyai keturunan begitu syulit.
Apalagi pernikahannya tidak diketahui oleh orang tua Arka.
Bagaimana mereka berdua mendapatkan kebahagiaan dengan mempunyai keturunan.
Nahhhhh
Ikutin aja
Walau ga ada faedahnya
Banyak mengandung anuuu
harap bijak dalam membaca😂😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Arka dan Naura akhirnya mandi bersama, bahkan kini matahari sudah meninggi, karena kejadian tadi kembali diulang hingga keduanya kelelahan.
Selesai mandi Arka dan Naura mencari sarapan, meski sudah lewat dari hari biasanya.
Rencana hari ini pasangan itu ingin menghabiskan waktu dipantai, karena rencana untuk hari esok keduanya akan berkunjung ke Dream Museum Zone Bali.
Naura memakai dive suit untuk menikmati suasana pantai Kuta, sementara Arka menggunakan swimming trunks.
Keduanya berlarian sambil bergandengan tangan, tawa lepas keduanya sambil bermain ombak yang menerpanya.
Arka berlarian dan dikejar oleh Naura, hingga Naura menangkap Arka kemudian naik ke atas punggung Arka.
Hari ini Naura tampak bahagia, bahkan canda-tawa mengiringi setiap waktu yang berlalu.
Bahkan Arka tidak membiarkan Naura mengingat kembali kejadian semalam, karena tidak ingin Naura kesakitan akibat mengingat masa lalu.
Hingga sore hari pun tiba, Arka dan Naura kembali ke hotel tempatnya menginap, keduanya diselimuti kebahagiaan saat ini.
"Mau mandi lagi?" Tanya Arka kepada Naura yang akan masuk ke kamar mandi.
"Engga, mau buang air kecil." Sahutnya.
Naura pun segera menyelesaikan urusannya, karena sehabis itu Naura ingin makan.
Semenjak ke pantai Naura dan Arka memang belum makan, hanya mengisi perut dengan beberapa makanan ringan.
Meski begitu, keduanya tetap bersemangat dan tanpa kenal lelah, karena ini pertama kalinya Naura dan Arka menikah dan berlibur
Banyak hal keduanya lalui, ketika sebelum menikah, Naura selalu berharap Arka datang kembali dari kuliah diluar negeri.
Karena hanya Arka lah yang tahu setiap permasalahan pada dirinya, bahkan setiap suka dan dukanya.
Keduanya saling melengkapi satu sama lain, bahkan ketika Arka merindukan kakaknya Aqueena, Naura lah yang menjadi pengobat nya.
Begitu juga ketika Arka berkeluh kesah tentang orang tuanya yang tidak menemuinya pun, Naura lah yang selalu ada disisinya.
Dan kini keduanya dipersatukan dalam ikatan pernikahan, membuat keduanya merasakan kebahagiaan tersendiri.
***
Hari berganti hari, Naura dan Arka sangat menikmati liburannya, meski Naura dan Arka kelelahan karena mengejar target memberikan cicit untuk Kakek Abimana, namun itu tidak menjadi kendala untuk bahagia.
Kini keduanya sudah kembali ke Jakarta, karena Arkan mendapatkan kendala proyek di luar pulau.
Terlebih saat ini sedang gencar-gencarnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah, dan Naura ada di bidangnya.
Saat sampai di rumah kontrakan Naura, Arkan sudah menunggu keduanya, dan meminta Naura serta Arka untuk ke rumah orangtuanya.
Pak Hendra berharap Naura bisa membantu, meski saat ini belum selesai liburannya bersama Arka.
"Liburan aja belum selesai, masa suruh balik sih!" gerutu Arka namun didengar oleh Arkan.
"Papa yang mau!"
"Lu ga bisa?"
"Aku kan orang baru Ka!, belum paham!" Sahut Arkan, kemudian mengikuti Arkan dan Naura masuk kedalam rumah kontrakan.
Naura ke belakang untuk mengambilkan minuman, sementara Arka membawa koper masuk kedalam kamar.
"Padahal suruh pulang karena mau dikasih rumah baru sih!" Gerutu Arkan setelah keduanya meninggalkan di ruang tamu.
Setelah beberapa saat Naura datang memberikan Arkan minuman kaleng, sebab memang hanya ada itu saja saat ini.
"Kenapa?" Tanya Naura, karena Arkan menatap dirinya.
"Itu dileher merah semua!" celetuk Arkan sambil menunjuk leher Naura.
Naura menutup mulutnya dengan telapak tangan, kemudian menoleh ke arah Arka yang baru keluar kamar.
"ARKA...!!"
Arkan tertawa, karena Naura tampak malu, dengan wajah yang memerah kemudian berlari ke arah Arka.
"Kenapa?"
"Isss, kamu sih bikin tanda di leher!" celetuk Naura kemudian masuk kedalam kamar.
Arka hanya bengong melihat Naura yang berlari menjauh, kemudian Arka menuju ke ruang tamu.
"Ya udah sono pulang, besok gue ke rumah!" Ketus Arka kepada Arkan saudara kembarnya.
Arkan menggerutu kesal, karena Arka mengusirnya.
"Baru minum seteguk!"
"Bawa!!"
Arka pun menyeret Arkan keluar dari rumahnya, agar Arkan segera pulang ke rumahnya.
Mau tak mau Arkan pun pulang meski masih kesal terhadap Arka.
Setelah kepergian Arkan, Arka kembali masuk kedalam rumah menemui Naura yang berada di kamar.
"Ada apa?" Tanya Arka kepada Naura yang berada didepan cermin.
"Nih!" Tunjuk Naura di area lehernya, tampak disana kulit berwarna merah, dan begitu banyak.
Arka hanya tersenyum, kemudian mendekati Naura yang masih memoles dengan foundation, agar tidak terlihat oleh siapapun nantinya.
"Hasil karya suami, masa di hilangin!" Celetuk Arka kemudian memeluk Naura.
"Haiss, tidak gitu juga kali!"
Lama kelamaan, Arka kembali membuat tanda merah, membuat Naura mendorong tubuh Arka hingga jatuh ke kasur, dan Naura pun ditariknya.
Naura berada diatas tubuh Arka, membuat Arka semakin bergairah, terlebih gundukan milik Naura menekan adik kecil Arka.
Tak terelakkan lagi, keduanya pun melakukan penyatuan kembali, meski keduanya masih kelelahan karena habis pulang dari berlibur.
Beberapa saat kemudian keduanya pun membersihkan diri bersama.
Beruntung Arkan sudah pulang, dan pintu rumah sudah dikunci oleh Arka, membuat keduanya leluasa tanpa busana kesana-kemari.
"Enak kali ya begini, ga pakai baju dan celana!"
"Hais, itu milikmu gelantungan begitu!" Sahut Naura.
"Kenapa?, pingin lagi?"
"Lemes!"
Keduanya tertawa, kemudian masuk ke kamar kembali untuk berpakaian yang pantas, sebab malam ini, keduanya ingin makan di luar.
***
Keesokan harinya, Arka dan Naura menuju kerumah Pak Hendra, orang tua Arka, memenuhi permintaan papanya.
Arka mengendarai mobil yang biasa dipakai Naura, sebab motor miliknya masih dipakai oleh Arkan.
Sesampainya di kediaman orang tua Arka, Naura disambut mama Diana, meski belum lama tahu jika Naura adalah menantunya.
Namun kasih sayang mama Diana terhadap Naura bukan lagi sebagai menantu, namun seperti putrinya sendiri, hingga saat datang, Naura disambut dengan istimewa.
"Bagaimana liburannya?" Tanya mama Diana kepada Naura.
"Cape Tante!" Sahut Naura.
"Kok Tante sih?, mama dong!, sekarang kan sudah menjadi putri mama!" Sahut Mama Diana yang kemudian cipika-cipiki dengan Naura.
Arka tersenyum melihat kedekatan mamanya dengan Naura, meski memang jarang bertemu ketika berada di rumah kakeknya.
Namun tanpa sepengetahuan Arka, Naura sering berkunjung ke rumah ini, terutama untuk memberikan laporan perusahaan serta menjenguk papanya ketika sakit.
"Sarapan dulu yuk!" Ajak Mama Diana kepada Arka dan Naura.
"Sudah mah!" Sahut Arka yang kemudian mengambil secangkir kopi yang dibawakan oleh asisten rumah tangga milik keluarganya.
Pak Hendra keluar dari kamar, untuk menemui Arka dan Naura, kemudian duduk disebelah Arka.
"Nak, ini hadiah dari papa dan mama atas pernikahan kamu dan Naura." Ucap Pak Hendra kemudian memberikan berkas kepada Arka.
Disana terdapat sertifikat rumah bersama kunci rumahnya, dan satu berkas lagi berupa kepemilikan kendaraan roda empat untuk Arka dan Naura.
Arka menatap papanya kemudian beralih ke arah mamanya yang mengangguk.
"Terima nak, papa dan mama minta maaf, karena mengabaikan mu selama ini, begitu juga dengan Naura yang memang sudah lama mama anggap sebagai anak sendiri."
Mama Diana sempat meneteskan air matanya, yang kemudian sekarang dengan tangan kanannya.
Kemudian mama Diana bercerita banyak hal, megenai Arka yang selama ini bersama kakeknya, hingga beranjak dewasa, mama dan papanya hanya bisa melihat Arka dari jauh.
Itu semua karena keinginan kakeknya, Abimana Atmajaya Mahendra, serta Nenek Mia Selasih Kusumaningsih.
Mama dan Papa Arka bercerita banyak hal tentang masa lalu Arka, dan hal itu membuat Naura menunduk sedih, mengingat orang tuanya yang sudah tiada.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung...