Trauma karena perceraian membuat Clara jadi menutup hati pada siapapun. Tak mau lagi merasakan cinta, ataupun terlibat hubungan asmara.
Namun kehidupan Clara mulai berubah sejak kedatangan bos baru di kantornya. Pria yang lebih muda 7 tahun darinya itu, ingin memiliki Clara dengan cara apapun.
Aaron tak segan-segan menggunakan cara licik untuk menjerat Clara. Sampai-sampai si janda tak mampu lepas dari mantra cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Dada Clara bergerak naik turun akibat ciuman panas yang diterimanya.
Lidah Aaron menggeliat dalam mulut Clara, mengabsen tiap ruang di rongga mulutnya. Sedangkan Clara hanya bisa terdiam pasrah menerima ciuman yang memabukkan dari bos brondongnya.
Tidak ada penolakan dari Clara, Aaron jadi terus-terusan menciumnya, menyesap bibir ranum itu hingga suara decapan nya memenuhi seisi ruangan toilet yang hanya ada mereka berdua didalamnya.
Kemudian kedua tangan Aaron menarik lagi tubuh Clara, hingga dada mereka saling bersentuhan.
Ruangan begitu sunyi, keduanya larut dalam suasana panas dan lembab. Akhirnya Aaron melepaskan ciumannya, lalu menatap mata Clara yang sangat indah menurut-nya.
"Berikan aku kesempatan, aku bisa gila melihatmu yang ingin menikahi pria lain." Aaron berkata lirih, sambil mengusap bekas saliva di bibir Clara.
Namun Clara tetap diam....
PLAK!!
Clara menampar cukup kencang, sampai suara tamparan itu menggema di ruangan.
Aaron kaget luar biasa, ditambah lagi sorot mata kebencian yang Clara perlihatkan padanya.
"Berikan kunci itu dan jangan pernah menyentuh ku lagi!!" bentak Clara, amarahnya terpancar jelas di wajahnya.
Dari pada membuat Clara makin marah, akhirnya Aaron memberikan kunci itu. Clara pun tak mengulur waktu, cepat-cepat dia keluar dari sana. Meninggalkan bos brondongnya sendirian di dalam toilet wanita.
Tap tap tap tap.
Suara langkah kaki Clara, ia berjalan cepat, sambil menahan sesuatu.
"Aku mau pipis!!" ucapnya dalam hati, merasakan gejolak tak tertahankan yang akan segera meledak di bawah sana.
Akhirnya Clara masuk kembali ke dalam toilet tentu saja, toilet dilantai yang berbeda.
.
.
Malam telah tiba, satu hari lagi ini akan segera berlalu dengan cepat. Aaron duduk termenung di sebuah restoran kelas atas, ia termenung memandangi kota malam Jakarta.
"Bosque..." panggil Rebecca, yang sedang duduk menghadapnya.
"Ah...iya maaf." Aaron mengusap kasar wajahnya, entah sudah berapa kali ia mengabaikan Rebecca, membiarkan wanita itu berbicara sendirian.
"Ada apa dengan anda dari tadi terus saja bengong, lalu pipi kanan anda sepertinya lebih berwarna merah dari pada yang sebelah kiri." ucap Rebecca, memperhatikan penampilannya bos-nya dengan detail.
"Mungkin kau salah lihat..." jawab Aaron singkat, lalu lanjut memotong daging steak menu makan malam.
Rebecca menyesap wine, sambil menatap licik kearah bos-nya yang tampan.
Cekrek!!
Pintu kamar hotel terbuka, Rebecca membopong tubuh bos-nya. Mereka berdua berjalan sambil terhuyung-huyung.
Bruk.
Rebecca sengaja merebahkan tubuh Aaron di ranjang hotel, lalu ia mendekatinya.
Samar-samar Aaron melihat wajahnya yang sedang tersenyum nakal itu, ia tau saat ini dirinya sedang di jebak. Setelah makan malam tadi, Aaron merasa sedikit pusing, kepalanya berkunang-kunang. Ditambah ada aliran panas menjalar kebagian intinya.
"Sial!! Dia memberikan aku obat perangsang!!" pikir Aaron, lalu memaksakan dirinya untuk bangun.
"Tolong jangan pergi, temani aku malam ini." Rebecca menahan tangan Aaron, dan menatapnya dengan wajah memelas.
"Aagghhh!!" Aaron berteriak kesal dan menipisnya kasar.
"Bukankah anda sudah menyukaiku, aku juga tidak keberatan jika anda mau menyentuh ku." Rebecca mencoba menggodanya, sambil memperlihatkan belahan dadanya.
"Jangan mendekat, kau ku pecat!!" Aaron membentaknya, kemudian cepat-cepat lari dari kamar jebakan itu.
Sambil menunggu lift tiba di bawah, Aaron menelepon sang supir, menyuruhnya bersiap menjemput di depan pintu lobby.
Blam.
Cepat-cepat Aaron masuk ke dalam mobil, sebelum ada yang mengejar.
"Pulang ke rumah bos?" tanya sang supir.
"Tidak, antar aku ke kantor!!" perintahnya.
Sang supir langsung tancap gas menuju gedung kantor.
.
.
Disisi lain.
Clara sedang bersiap untuk tidur, baru saja ia selesai mandi dan mengeringkan rambutnya.
Drrtt drrtt...!!
Tiba-tiba ponselnya bergetar, muncul nama 'Bos Brondong' di layar ponselnya.
"Haduh mau apa lagi dia." dengus Clara, memutar malas kedua bola matanya.
Drrtt drrtt...!!
Drrtt drrtt...!!
Namun hpnya terus bergetar hingga puluhan kali.
"Ada apa, malam-malam menggangguku!!" bentak Clara, akhirnya ia mengangkat telepon dari Aaron.
"Cepat datang ke kantor, aku butuh kamu." ucapnya dengan suara parau.
"Hahh!! Apa kamu sudah tak waras lagi, ini sudah jam 20.30!!" tentu saja Clara menolak.
"Cepat datang kemari, kalau tidak!! Kamu akan menyesal, karena aku akan menghilang untuk selamanya!!" ancam Aaron ditelepon.
Perkataan itu membuat tubuh Clara merinding takut.
"Dasar brondong gila, jangan bilang di mau bundir..!!"
"Stop!! Jangan berbuat gila kamu!! Aku gak akan termakan sama ucapan bohongmu ini." Clara memaki di telepon.
"Hahaha, oke lihat saja besok, berita kematian ku akan muncul dimana-mana." lagi-lagi Aaron mengancam.
"Jangan!!" sudah pasti Clara takkan sanggup jika Aaron benar-benar menghilang dari hidupnya.
Prang!
Tiba-tiba terdengar suara kaca pecah ditelepon, mendengar suara itu, Clara langsung panik dan berpikiran yang tidak-tidak.
"Kamu tunggu disitu, jangan lakukan hal yang gila!! Aku akan segera datang!!" teriaknya panik di telepon.
Clara cepat-cepat mengambil jaketnya, lalu memesan ojek online. Tak menunda, Clara turun kebawah lobby apartemennya menggunakan tangga darurat, saat tiba di lobby, beruntungnya si ojek online langsung datang menjemput, di tengah malam begini.
"Antar saya ke gedung kantor Pharrell ya pak." ucap Clara terengah-engah, ia memasang helm di kepala.
Si mas ojol langsung tancap gas menuju kesana.
Sesampainya di gedung kantor, Clara langsung berlari masuk melalui pintu lobby.
"Loh bu Clara, kok malam-malam begini datang kesini?"
"Huf..huf...huf..., a-ada dokumen yang harus saya selesaikan pak, tolong nyalakan liftnya ya." pinta Clara pada si pak Satpam yang sudah ia kenal selama 3 tahun bekerja.
Ting.
Lift berdenting, Clara sudah sampai di lantai tempat ia bekerja, sekaligus juga ruangan kerja Aaron.
Clara merinding saat melihat ruangan gelap gulita, namun ada secercah cahaya dari dalam ruangan si bos, sudah jelas Aaron masih berada didalam ruangannya.
Cekrek.
Tanpa mengetuk Clara membuka pintu secara langsung dan ia melihat Aaron yang sedang merebahkan dirinya diatas sofa sambil menutupi wajahnya yang merah.
Clara juga melihat botol minum anggur yang pecah berkeping-keping. Untung saja anggur didalamnya sudah habis, tidak akan mengotori lantai.
"Aaron bangun!" pekik Clara berkacak pinggang.
Namun Aaron tak merespon.
"Bangun jangan tidur disini!" ucap Clara sekali lagi, kali ini ia menepuk-nepuk lengan Aaron.
Hap!
Tangan Clara ditangkap lalu ditarik, hingga ia jatuh kedalam pelukannya.
Clara mendelik menatap wajah Aaron yang tampak sangat putus asa itu.
"Clara aku merindukanmu sayang." ucapnya lirih, matanya pun berkaca-kaca, ia sangat terharu Clara masih mau datang, menunjukan kalau Clara masih sangat peduli padanya.
Mendengar kata-kata lembut itu, sudah pasti Clara juga ingin menangis. Tapi keputusannya sudah bulat, ia tak ingin menjalani hubungan bodoh yang akhirnya akan disakiti dan ditinggalkan.
"Uuhhgg!!" Clara menutup hidungnya, aroma alkohol begitu menyengat, ia tak tahan dan cepat-cepat beranjak dari pelukan Aaron.
"Sudah puas kamu, lihat aku mau datang malam-malam begini." ketusnya kesal, ia membelakangi Aaron, guna menutupi wajahnya yang sedang merona.
Aaron ikut berdiri. "Tidak!! Aku takkan puas, sebelum kamu kembali lagi jadi milikku seperti dulu." ucapnya keras kepala.
"Hahh..!!" Clara menghela nafas kasar.
"Dengar!! Percuma kamu terus memintaku dan memohon dengan cara apapun, aku tidak mau punya suami brondong, kenapa harus aku yang kamu kejar, ada banyak wanita muda yang lebih cantik dan baik, daripada aku."
"Aku cuma mau kamu, tidak menginginkan wanita lain!"
"Aaron!!" Clara memekik kesal.
"Lebih baik aku mati, daripada melihat kamu jadi milik pria lain!!" sanggah Aaron, sekali lagi ia menangkap lengan Clara, menggenggamnya dengan kuat.
"Lepaskan atau aku akan menjerit!!" ancam Clara.
"Coba kalau bisa."
"Hmmp!!" sekali lagi Aaron menciumnya dengan paksa, mendorong tubuh Clara hingga menabrak ke tembok.
Bibir hangat itu memangutnya dengan lembut, Clara dibuat mabuk kepayang. Hingga tak tanpa sengaja tangannya menyentuh sesuatu yang sudah mengeras dibawah sana.
Glek!
Mata Aaron langsung melotot dan melepaskan ciumannya, tak disangka Clara malah menyentuh miliknya.
"Kamu mau...?" tanya Aaron, seketika wajahnya berubah merona saat Clara menyentuh adiknya.
"Ti-tidak tadi itu, a-aku tak sengaja." sanggah Clara, terus menggelengkan kepala, namun matanya menatap kebawah sana.
"Ayo sentuh lagi, dia cuma bereaksi sama kamu..." ucapnya tak tahu malu.
Perkataan itu, membuat Clara terdiam sembari menahan nafas, seketika jantungnya berdebar-debar sangat cepat, gairahnya pun sudah naik, hingga ke ubun-ubun.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
kaget sih dgn kelanjutan kisah arron,sebenarnya apa dan siapa sih arron,msh tekateki nih 🤔🤔