Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.
"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa dia?
"Pagi, Pak," sapa Bhaskar saat melewati rumah Pak RT, sementara pemilik rumah tersebut membenarkan kacamatanya melihat seseorang yang menyapa dari sisi jalanan.
"Oh, Bhaskar, pagi. Mau kemana kamu sama Liam?" Pak RT menatap Bhaskar dan Liam bergantian.
"Cuman mau jalan-jalan pagi, Pak."
"Ohh, iya-iya."
Bhaskar cengengesan sembari berjalan beriringan dengan Omnya. Ternyata suasana di desa masih sama saat Bhaskar meninggalkannya, hanya beberapa orang sudah mulai bertambah umur, namun semuanya tampak sama saja. Sawah-sawah terbentang luas sangat rapi dengan cahaya matahari hangat menyingkirkan kabut dingin di udara.
"Liam! Mau kemana?" tanya seorang petani wanita yang mendongakkan kepalanya ke arah jalanan.
"Jalan-jalan pagi sama Bhaskar, Bu," jawab Om sembari tersenyum ramah.
"Kalau dilihat-lihat kalian sedikit mirip ya? Sama-sama cakep." Wanita itu mengibaskan tangannya dengan suara tawa kecil.
"Ibu bisa aja, kalau gitu kami lanjut jalan-jalan ya, Bu? Semangat bekerja!!"
"Iya, semoga Bhaskar tetap nyaman di sini meski udah lama di kota ya?"
"Iya, Bu."
Lantas, Om dan Bhaskar lanjut berjalan menyusuri jalanan sawah dengan sesekali bercanda ringan yang membuat suasana tidak sedingin sebelumnya. Bhaskar berulang-ulang kali berdecak ketika seekor capung dan belalang terus mendekatinya, sedangkan Omnya hanya terkekeh melihat sikap Bhaskar yang terlihat risih.
"Berarti bukan cewek aja yang suka kamu, serangga pun juga suka," canda Liam yang membuat Bhaskar semakin kesal.
"Tapi aku nggak suka, Om. Nggak bisa bebas." Bhaskar mengibaskan tangannya mengusir serangga-serangga itu mendekat.
"Liam!!" Seorang wanita berpakaian dress panjang bermotif bunga dengan lengan tangan pendek berlari ke arah Liam dan Bhaskar dari belakang.
Suara seorang wanita yang tidak asing lagi di telinga Om membuat pria itu menoleh dan tersenyum bahagia. Ia menatap wanita itu mendekat, tetapi saat sudah dekat, Liam dikejutkan dengan aksi wanita itu yang mendadak melingkarkan tangannya ke lehernya untuk memeluknya.
Ponakannya malah terdiam, melihat kemesraan kedua orang di depannya seraya menutup mulutnya tidak percaya. Omnya sangat jarang dekat dengan wanita, apalagi berpelukan, ia sudah terkejut jika Omnya akan menikah, tetapi saat menyaksikan hal ini secara langsung, Bhaskar tidak lagi meragukannya.
"Lyra, ada Bhaskar," bisik Liam pada wanita yang memeluknya erat dengan tersenyum bahagia.
Sontak Lyra melepaskan pelukannya dan melirik Bhaskar yang juga menatapnya. "E-ehm, maaf. Perkenalkan, saya Lyra, umur saya 24 tahun dan bekerja sebagai seorang guru SMA dalam mata pelajaran fisika di desa ini dan ju-"
"Nggak usah seformal itu kali, Kak. Abis ini juga jadi keluarga," sahut Bhaskar.
Lyra terdiam sesaat sebelum tiba-tiba mendekati Bhaskar yang membuat laki-laki itu terkejut karena mendadak mendapati perlakuan aneh dari wanita di depannya. Lyra mencubit kedua pipi Bhaskar dengan tersenyum dan melirik Liam yang hanya geleng-geleng kepala. "Dia juga lucu, nggak kayak cerita kamu kalau dia susah diajak bicara."
Bhaskar tidak menyangka jika Omnya yang kaku mendapatkan jodoh yang sangat terbalik dengan sifatnya. Lyra memiliki aura yang lebih berwarna dan humoris, tidak seperti Liam yang kaku, memang ada sisi hangatnya, tapi Omnya itu benar-benar kaku jika dihadapkan orang lain kecuali urusan pekerjaan, apalagi wanita.
"Om cerita apa aja soal aku ke kakak?" Bhaskar lega ketika Lyra menarik tangannya kembali, jika tidak pipinya bisa memerah.
"Banyak, meski pekerjaannya banyak, tapi kakak suka kalau dia cerita soal keluarganya di sela-sela kesibukannya."
"Kakak kok mau sama Om sih?" Bhaskar melirik Liam yang mengubah tatapannya menjadi tidak mengenakkan ke arahnya. "Jarak umur kakak juga beda jauh, kakak itu lucu, cantik, kayaknya orangnya seruan. Masa dapat orang kaku, susah ditebak, jarang pulang, dan bahkan aku pernah mikir kalau Om nggak suka cewek."
Liam sungguh geram dengan ucapan Bhaskar yang sudah sangat-sangat mengundang amarahnya. "Maksud kamu apa ngomong kayak gitu hah?"
Sebelum terkena amukan, apalagi Bhaskar takut jika Liam benar-benar memarahinya. Ia berlari kencang menghindari Omnya yang akan menarik tangannya. "Becanda, Om. Maaf, ampun-ampun."
Melihat kedua laki-laki itu berlari kesana-kemari dan memutari pohon mangga, Lyra tersenyum melihat kekasihnya yang jarang terlihat begitu bebas di hadapannya. "Entahlah, Liam benar-benar bikin kakak nyaman dan ngerasa tenang aja di dekatnya."
Ucapan Lyra seketika membuat Bhaskar menghentikan langkah kakinya. Tak tertinggal Liam juga menghentikan acara mengejar-ngejar Bhaskar dan berganti melihat kedua pipi Lyra yang memerah karena menahan malu saat mengucapkan hal tersebut.
"Kakak beneran cinta ke Om?" Bhaskar lagi-lagi melirik Liam yang hanya diam menunggu jawaban.
Walaupun hanya menganggukkan kepala dengan malu-malu, hal tersebut membuat Liam merasa senang dan memeluk Lyra tanpa menghiraukan Bhaskar yang melempar tatapan sinis.
"Yaudah, sana lanjutin ke-mes-ra-an-nya, aku mau jalan-jalan sendiri." Bhaskar berlalu begitu saja. Setelah melihat wajah bahagia Omnya, ia juga menyembunyikan rasa senangnya karena sangat jarang melihat wajah Omnya yang selalu tampak serius dan tegas tiba-tiba menjadi sebahagia itu.
Lagi-lagi Bhaskar berdecak karena capung di sawah itu mengikutinya, ia berjalan berhati-hati di tanah yang licin sembari membawa sandal di tangannya. Ia menundukkan kepalanya melihat jalanan yang mungkin saja berlubang dan ditumbuhi rerumputan agar tidak menginjaknya dan terjatuh. Akan tetapi, malah hal lain yang membuatnya terjatuh ke sawah dan merasakan punggungnya dingin karena basah.
Seorang gadis berbaju hoodie, bermasker dengan perban putih di keningnya dan plaster di leher itu menabrak Bhaskar sehingga laki-laki itu terhuyung ke belakang dan terjatuh ke sawah. Gadis itu juga terjatuh di atas Bhaskar, merintih menahan perih di lengan kirinya saat terkena air dari sawah.
"Lo kalau jalan lihat-lihat dong, gua jadi basah gara-gara lo nih. Minggir!" Bhaskar hendak membantu gadis itu dengan menarik tangannya yang masuk ke dalam tanah sawah. Namun, ketika Bhaskar menatap mata gadis tersebut, keduanya malah saling diam bertatapan.
"Na!" panggil seorang Kakek yang berjalan perlahan dengan memakai tongkat di pinggir sawah.
Gadis itu pun buru-buru beranjak dari atas tubuh Bhaskar dan lanjut melarikan diri dari seorang kakek yang kesusahan mengejarnya di sawah. Entah apa masalah gadis tersebut, tetapi Bhaskar kesal karena gadis itu tidak meminta maaf kepadanya.
"Kamu tadi sama Na, sekarang dia ke mana?" tanya Kakek tersebut ke arah Bhaskar yang sedang melihat pakaiannya basah dan kotor penuh lumpur.
"Maaf, Kek. Dia tiba-tiba lari gitu aja, aku juga nggak kenal dia," ucap Bhaskar sembari melihat raut wajah gelisah kakek tersebut. "Biar aku bantu, Kek."
Bhaskar membantu kakek itu berjalan di sisi sawah yang licin. Ia juga merasa aneh dengan dadanya, jantungnya berdegup cukup kencang sehingga membuatnya menjadi merasa tidak enak.
Siapa dia?
...••••...
...Bersambung....