NovelToon NovelToon
The Unstella : Antagonist Talent

The Unstella : Antagonist Talent

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Masuk ke dalam novel
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Estellaafseena

Hal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri.

***
Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku.

Namun, semua hilang saat jiwaku bereinkarnasi ke dunia lain, di tubuh yang berbeda sebagai seorang antagonis dalam novel romantis kerajaan.

Petualangan ku dimulai, di Akademi Evergreen menjadi seorang antagonis.

***
"Aku tidak melakukannya karena keinginanku, melainkan ikatan yang melakukannya." - Aristella Julius de Vermilion

[COPYRIGHT FYNIXSTAR ]

[INSPIRATION FROM ANIME]
1. RAKUDAI KISHI NO CAVALRY
2. GAKUSEN TOSHI ASTERISK
3. CLASSROOM OF THE ELITE

[ENJOY]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Estellaafseena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER XXXV

"Waktu semakin menipis! Pertandingan akhir ini akan segera berakhir!"

Ried tertawa, mengusap rambutnya yang berjambul. Dia mulai besar kepala melihat waktu yang semakin menipis. Tersisa dua menit dari waktu tantangan Kaisar. Dia merasa menang telak, telah mutlak menjadi pemenang.

Envy mengusap wajah, mencoba memutar otaknya yang sudah lama tidak ia gunakan untuk berpikir panjang. Ia sekilas menatap ke arah Raja Demonic, ayahnya yang kini seakan menatapnya penuh makna dari pandangan Envy. "Jika gagal, kau akan tahu akibatnya." Kurang lebih seperti itu kalimat yang di tangkap oleh Envy saat menatapnya.

Dia menggelengkan kepala, mencoba fokus. Sesekali ia menoleh pada Stella. Busur yang ia genggam bergetar seakan menahan amarah.

'Tidak bisa dibiarkan.' Envy mengatupkan rahangnya, berteriak nyaring seraya ia melesat cepat. Pedangnya terayun pada Liam yang berada di depannya.

Ekspresi Liam yang tenang sedikit berubah terkejut, kecepatan Envy bertambah dari sebelumnya. Kedua pedang mereka beradu, menimbulkan suara nyaring. Stella melirik ke arah Envy yang seakan tidak akan berhenti menyerang.

Liam yang bisa mengimbangi kekuatan Envy segera membalas serangannya. Beberapa kali Envy terpental, namun segera bangkit dan kembali melesat, melupakan sejenak luka lebam dan goresan di sekujur tubuhnya.

Tidak ada waktu mengkhawatirkan Envy, tubuh Stella terpelanting sekali lagi saat kedua kekuatan saling bertabrakan. Ried ikut pula terpental karenanya, namun masih berada dalam keseimbangan tubuh, dia berada di posisi berdiri, melesat ke arah Stella yang hendak bangkit.

Ried dalam satu detik muncul di depan Stella, pedangnya terangkat. Stella mengatupkan rahangnya, ingin menghentakkan busurnya kedepan sebagai tameng, namun pedang Ried sudah tertahan oleh pedang lain. Envy muncul di depan Stella, terpental karena kekuatan yang tidak seimbang dengan Ried. Kaki Envy bisa saja patah saat menahan pedang Ried.

Stella segera menghentakkan busurnya saat itu juga, memukul perut Ried dengan angin yang berkumpul, memadat pada pukulannya. Sama dengan teknik yang digunakan Ried di tendangan sebelumnya. Ried terpental, sekilas tubuhnya terseret beberapa meter.

Stella menoleh pada Envy yang bangkit perlahan, menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, membuat ringisan kecil di wajahnya. Liam seakan sudah tidak memiliki tenaga lagi, berusaha bangkit dengan tumpuan pedang bergerigi.

Ried bangkit, memegang perutnya, dia tertawa, "Lumayan sekali. Namun waktumu benar-benar akan segera berakhir."

Benar. Waktu terus berjalan, tersisa satu menit. Ried mengangkat tangannya ke depan, tubuhnya bercahaya, memunculkan tiga lingkaran sihir besar sekaligus, berdiameter dua meter. Semua orang berseru tertahan tak percaya. Lingkaran sihir sebesar itu, sangat jarang, langka, dan kuat.

Ried tersenyum miring, bangga. Waktu terus berjalan, kini menunjukkan detik ke empat puluh, "Kau tidak akan bisa mengalahkan tiga lingkaran sihir ini!"

Salah satu lingkaran sihir mengeluarkan petir, menyambar di tengah studion menimbulkan suara nyaring yang sangat kencang. Lantai studion retak karena sambaran tersebut.

Semua orang juga berpikir, sudah dipastikan siapa pemenangnya. Envy yang melihat betapa dahsyat nya kekuatan Ried menelan ludah. Tidak ada harapan, itu yang ada dalam benaknya yang sudah tak tahu lagi harus apa.

Namun, Stella tersenyum tanpa gentar. Waktu tersisa tiga puluh detik, menuju lima belas detik. Tubuhnya bersinar biru dengan angin yang sedikit menggerakkan anak rambut dan seragamnya.

"Hanya tiga saja bangga." Stella bicara dengan datar. Dia menatap dingin, mengangkat tangannya ke depan.

Satu lingkaran sihir muncul berwarna biru dengan diameter tujuh meter. Orang-orang semakin dibuatnya terkejut, bukan hanya ukuran yang melebihi tiga lingkaran sihir Ried, namun dalam setiap milidetik, lingkaran sihir lain bermunculan. Stella mengubah arah tangannya, menjadi ke atas. Angin semakin bergerak kencang.

Dua, tiga, dua belas lingkaran sihir muncul di atas udara. Semua orang berseru.

"Apa?! Dua belas lingkaran sihir?!"

Mata mereka terbelalak hebat, ternganga tak percaya membuat hening seluruh studion. Layla dan Mexis sampai terdiam tak bisa berkata-kata. Kaisar menatap terbelalak, bahkan ketiga Raja, termasuk Ayahnya, Raja Vermilion menatap tak percaya, terkejut. Para Profesor di dalam ruangan, semuanya terdiam mematung dengan mulut terbuka. Mata semua orang membulat sempurna, pupil nya mengecil, begitu terkejut. Riana dan Leon yang berada di bangku penonton terbelalak hebat.

"Kekuatan, apa ini?"

Envy yang berada di dekat Stella saja tidak percaya, wajah Ried terkejut pucat.

Keheningan mereka terbuyar, begitu pula keterkejutannya saat Stella menjentikkan jari. Ctak! Dua belas lintas sihir bergabung menjadi satu, membuat diameternya lebih dari dua puluh meter.

Di waktu yang tersisa lima detik, Stella mengarahkan tangannya pada Ried yang sudah berdiri dengan kaki gemetar. Stella bergumam.

"Time over."

Bum! Lingkaran sihir raksasa itu mengeluarkan bola cahaya raksasa, melesat cepat ke arah Ried. Tersentak, Ried berteriak, mengarahkan semua lingkaran sihirnya untuk tameng. Berjaga-jaga, Liam melesat dengan seluruh tenaganya, hendak mendekat pada Ried tapi dia tertahan oleh Envy. Dia terpental karena Envy tiba-tiba muncul, menyerangnya begitu cepat.

Tiga detik terakhir, terdengar teriakan kencang dari Ried yang mulai tertelan oleh bola cahaya raksasa. Lalu bum! kedua kalinya. Terjadi ledakan cahaya yang membuat semua orang menutup mata.

Ledakan itu hanya sekejap, tidak sampai pada bangku penonton, cahaya kembali berkumpul, menjadi bola kecil, lalu lenyap di udara. Tubuh Ried sudah terbaring dengan pakaian hitam seperti terbakar atau tersambar petir, tersobek-sobek.

Tet!

Waktu tantangan berakhir saat itu juga. Napas Stella menderu kencang dengan detak jantung yang kencang pula berdetak. Dia baru saja mengaktifkan semua skill dalam satu waktu, kecuali Mythic yang masih dalam masa cooldown.

Di tenaga terkahir, dia menatap Kaisar dengan senyuman miring meski tipis. Kaisar yang masih terbelalak tak percaya, kini menoleh pada Fet, menarik kerahnya penuh amarah.

"Kau bilang dia berada di kelas E! Apa itu tadi?!" Dia berteriak membuat Fet gemetaran, "Itu, saya berani bersumpah! Semua data diri dari Aristella Julius sudah saya kumpulkan, dalam data itu tertera kelas E di identitas Evergreen!"

"Kau ajudan tidak berguna!" Kaisar mendorong tubuh Fet sampai terbanting ke lantai. Dia menatap Stella dengan wajah merah padam di bawah sana.

Stella tersenyum puas, berlutut satu kaki karena tubuhnya yang kehilangan tenaga. Benar. Ini sudah Stella rencanakan dari awal ia masuk di akademi dan bicara pada Profesor Egatha untuk yang pertama kalinya.

Mengingat satu hal dalam novel, 'Kaisar mengumpulkan semua data peserta Festival untuk menggulingkan satu-persatu peserta agar Ried bisa mencapai tujuh bintang dengan kewenangannya sebagai pemimpin benua.'

Maka dari itu, Stella memalsukan dan menyembunyikan kekuatan yang sesungguhnya.

"Profesor Egatha. Biarkan saya berada di Kelas E, tingkat E. Kelas rata-rata di akademi ini, dari semua murid Evergreen."

Profesor Egatha tersenyum, menyibakkan rambutnya sampai topi penyihir di kepalanya jatuh. Dia tidak mengira hal ini, ucapan Stella di waktu pertama mereka bertemu, benar-benar mengejutkan hari ini.

"Jangan bilang pada siapapun sebelum saya sendiri yang akan menunjukkannya pada mereka. Kekuatan Exclart, ataupun kekuatan yang tertanam pada jiwa saya saat ini."

Begitulah ucapan Stella di hari itu dan sekarang, lihatlah! Dia mengejutkan semua orang. Bahkan seluruh benua dan dunia yang menyaksikan hal ini.

"Astaga, dialah takdir Sacra Arbor Evergreen! Aristella Julius de Vermilion!" Pekik Profesor Egatha, begitu terkagum, terkejutnya ia. Jantung mereka berdebar karena perasaan girang yang begitu terpijar.

"Kemenangan... kemenangan yang luar biasa!" Saat Layla yang akhirnya membuka suara, berseru kencang dengan microfon di depannya, penonton bersorak kencang—dua kali lebih kencang dari sebelumnya.

"Putri..." Riana menatap dengan tubuhnya yang mematung. Wajahnya sedikit mengeras, mengambil napas dalam-dalam.

"Putri Aristella! Anda mengagumkan! Sangat keren! Hebat! Luar biasa! Akh! Bagaimana ini? Aku tidak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata!" Pada akhirnya wajah Riana begitu cerah berseri, berteriak kencang dengan melompat kegirangan di antara orang-orang yang juga berdiri, bersorak dengan ramai meriah. Heboh sendiri.

Leon mengusap wajahnya yang tegang, begitu tak percaya dengan apa yang ia saksikan.

Di sisi lain berbeda lagi, Aiden serta semua dewan akademi yang berkumpul dalam satu ruangan ribut. Aiden tersenyum, menatap layar besar di depannya, "Kau berhasil, Putri." Gumamnya.

"Hey, Ketua!" Salah satu dewan akademi menepuk pundak Aiden, membuatnya menoleh, kembali pada wajah datarnya. Dewan itu menyikut lengan Aiden, tersenyum jahil.

"Dia tunanganmu bukan? Itu keren! Dilihat-lihat dia cantik juga."

Wajah Aiden berubah masam, terlibat karena kesal. Kacamatanya menatap tajam pada dewan akademi itu, membuatnya tersenyum canggung.

"Kembali bekerja!" Satu kalimat tegas Aiden mampu membubarkan kerumunan dewan akademi yang ada di ruangan itu.

Dia menghela napas panjang, menatap layar sekali lagi. Wajah mereka—Envy yang menopang Stella, membantunya berdiri—terpampang jelas di layar. Wajah mereka lebam dengan luka goresan.

Aiden tersenyum tipis, bersedekap tangan, "Ya. Dia sudah melupakanku."

"Kemenangan akhir Festival StarLight Evergreen diraih oleh Aristella Julius dengan Envyren Safire!"

^^^つづく^^^

...ーARIGATO FOR READINGー...

...THANKS...

1
Eins
kak, gak mau di bukuin aja kah? aku mau beliii beneran dehh, atau e-booknya gitu?
lee ary
ayuh mulakan
syrd_hiyya
Suka dengan alur ceritanya. Adegan pertarungannya di jelaskan secara detail jadi kita bisa membayangkannya.
muti
ini seriusan envy sama stela GK bersatu/Sob//Sob/ pdhl mau liat mereka bucin.
𝚁𝚊𝚢𝚊♡
ehh kirain bakal berlayar
Monifa Shani
Kalau tidak salah, kalian sama-sama bokek, kan? Lebih hemat untuk memasak daripada membeli makanan
Ni Ketut Patmiari
Luar biasa
Ni Ketut Patmiari
semangat thor... ceritanya menarik👍
Darkness Crystal14
kak kok di wp di unpublish
Fyn_Casttle: maaf ya ... ketentuan kontrak NT/Cry/
total 1 replies
Jihan
Asli ini klo bnrn karam, sedih asli asksksk pls, udh trbang sm duo ini dhl..
Jihan
btw kak, klo di spam like, gbkl knp² kn ini?
Fyn_Casttle: amann
total 1 replies
Jihan
Kapal gue, mau merenung dlu sih, klo envy bnrn g sama stella😔
Jihan
maapkeun ktinggalan
Jihan
kak, ini knp jdi Aiden? kapal gue tnggelem kah?
Monifa Shani: Apa Envy akan melakukan hal sinting, lagi?
Jihan: selalu mantau dhl ka, eh bnrn up exchap, tpi mau merenung dlu sih grgr kapal gue..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!