JANDA PERAWAN CEO

BZZZZZZZ!

BZZZZZZZ!

"Halo anak laknat! Anak durhaka!"

"Pa, apa yang Papa lakukan? Jangan sakiti dia. Dia tidak bersalah." Andara memohon memelankan suaranya.

"Gara-gara dia, Wanda berani melawan dan meninggalkan Papa. Kamu juga berani menentang Papa!" suara Budi terdengar menakutkan.

"Pa, maaf, maafin Andara. Tolong jangan sakiti dia. Apa kemauan Papa?" Andara terus memohon.

"Datang ke alamat ini, kamu harus datang sendiri. Jika terbukti kamu membawa orang lain. Papa pastikan Wanita ini akan berkalang tanah, bertemu malaikat maut!"

"Baik, baik Pa. Andara akan ke sana sekarang juga."

Andara berlari menuju parkiran rumah sakit. Andara segera meluncur ke lokasi yang dibagikan Budi. Untuk pertama kalinya Andara merasa takut mendengar suara Budi yang menggelegar. Terlebih lagi ketika Andara melihat foto Yara yang ditodongkan pistol di kepalanya. Andara takut sisi buas Budi keluar. Budi bisa saja menghabisi Yara. Andara yakin ini semua hanya karena uang. Budi gila uang dan rela melakukan apa saja demi uang. Bahkan dia rela memeras Wanda anak kandungnya sendiri.

Perjalanan lumayan jauh, akhirnya Andara sampai di sebuah rumah sakit. Andara mencari ruangan UGD dimana Budi sudah menunggunya. Budi dengan penuh kesedihan menyambut kedatangan Andara. Budi menangis membuat Dokter dan perawat yang ada di sana tersentuh, menganggap Budi orang tua yang sangat sayang terhadap anaknya.

"Andara, yang sabar ya nak. Istrimu sekarat." Budi menangis histeris di depan Andara.

"Tuan, Ayah Anda sangat beruntung menemukan istri Anda. Dia selamat dalam kecelakaan. Tapi maaf dengan berat hati kami harus memberitahukan ini." Dokter itu menarik napas.

"Ada apa Dok?" Andara merasa terjadi sesuatu kepada Yara.

"Istri Tuan mengalami keguguran. Perutnya terbentur benda keras," kata Dokter

"Apa? Terus bagaimana keadaannya?" Andara mendekati Yara dan berdiri disampingnya.

"Kondisinya sangat lemah. Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk kesembuhannya. Permisi," Dokter dan beberapa perawat pamit ke luar ruangan UGD.

"Papa, mengapa Yara menjadi istriku?"

"Andara. Ini kesempatanmu untuk menjadi suaminya. Ini kan yang kamu inginkan?" Budi tertawa kecil.

"Tapi, aku baru saja menikah Pa."

"Dia tidak akan tahu. Dan suami wanita ini juga tidak akan pernah tahu keberadaan istrinya apakah masih hidup ataukah sudah berada di alam barzah."

"Tapi Pa ...."

"Jika kamu tidak menginginkannya bawa dia kembali kepada suaminya. Dan kamu jika ingin dia bernapas esok hari, cepat cairkan cek yang kamu berikan kepada Papa! Kalau tidak ...." Budi berdiri di samping Yara, memegang selang alat pernapasan Yara.

Kemudian Budi melipat selang itu, tidak berapa lama terdengar bunyi nyaring dari monitor yang berada di samping hospital bed Yara. Andara menatap ke arah Yara yang tubuhnya bergetar. Andara menepis tangan Budi dengam keras. Seketika oksigen kembali mengalir ke dalam selang pernapasan Yara.

"Papa! Apa yang Papa lakukan! Jangan main-main dengan nyawa orang!" Andara dengan nada sedikit diturunkan melotot ke arah Budi yang wajahnya tidak menunjukkan rasa penyesalan sedikit pun.

"Cairkan cepat!" Budi menyerahkan cek itu dengan jumlah nominal yang sama dengan yang diberikan Dokter Ozil.

"Baiklah, esok pagi cek itu akan cair. tinggalkan Yara. Itu harga yang Andara berikan. Jangan lagi mengusik kehidupannya," ujar Andara.

"Baiklah. Sampai jumpa." Budi keluar ruangan sambil bersiul dengan langkah sombongnya. Dipikirannya saat ini bagaimana caranya menghabiskan uang yang ada ditangannya.

Tak terasa enam bulan berlalu. Setelah kecelakaan itu Farrel mengalami amnesia. Farrel sama sekali tidak mengingat Yara. Naldo, Anton dan Jack berusaha untuk mengembalikan ingatan Farrel dengan menunjukkan foto-foto pernikahan mereka.

Sementara itu Yara kembali ke Kota A. Andara, Vilda, Wanda dan Dokter Ozil sangat membantu kesembuhan Yara. Yara berangsur-angsur sembuh dari sakitnya. Setelah dua bulan berada di Kota P, Yara sangat merindukan suaminya. Andara dan Vilda membawa Yara ke kediaman Farrel.

Yara yang sudah lama menahan rindu setelah bertemu dengan Farrel, Yara menumpahkan semua kerinduannya. Tapi Farrel berubah, Farrel seolah menolak Yara. Farrel terasa asing.

Yara mendapatkan informasi dari Vilda, Farrel mengalami amnesia. Yara memakluminya. Selama empat bulan Yara tinggal bersama Farrel. Selama itu pula Farrel seolah-olah menghindar dari Yara. Yara selalu menyiapkan dan melayani keperluan Farrel. Farrel selalu pulang malam untuk menghindari Yara.

Akhirnya Yara merasa tidak betah di rumah. Hari ini hari sabtu, Farrel tidak bekerja. Setelah sarapan Yara menghampiri Farrel yang sedang menonton acara berita televisi. Yara dengan berat hati dan dengan sopan meminta izin kepada Farrel untuk pulang ke rumah orang tuanya. Farrel seolah tidak perduli.

"Kak Farrel, maaf jika selama ini aku membuatmu tak nyaman. Karena Kak Farrel masih belum mengingat siapa aku. Dan juga kehadiran ku mungkin membuat risih Kak Farrel. Mungkin setelah aku pergi Kak Farrel akan tenang. Cepat sembuh ya Kak. Mungkin kali ini aku pergi akan lama." Yara masuk ke dalam kamarnya.

Yara menangis sesenggukan. Yara sebenarnya tidak tega berpisah dengan Farrel. Tapi Farrel selama ini terus menghindar darinya. Selama empat bulan tinggal bersama, Farrel dan Yara tidur di kamar yang berbeda. Farrel sama sekali tidak ingin mengingat Yara. Yara tidak sanggup, Yara menyerah, Yara ingin sendiri.

Yara keluar dari kamarnya hanya membawa tas kecil untuk memuat dompet dan ponselnya. Yara meninggalkan semua pemberian Farrel. Yara yakin Farrel pasti memiliki wanita lain dihatinya. Farrel ingin memutuskan hubungan dengannya. Yara keluar dari rumah Farrel tanpa menoleh ke belakang.

Yara bertemu dengan Naldo di depan pagar. Yara mengatakan akan ke Kota M. Naldo meminta Yara untuk menunggunya sebentar. Naldo masuk ke dalam rumah Farrel.

"Farrel, Yara akan pergi ke Kota M. Apa kamu akan membiarkannya pergi?" tanya Naldo.

"Aku tidak mengenalnya. Aku tidak ingin membuang waktu atau memaksakan diri untuk orang asing." Jawab Farrel enteng.

"Apa dengan kata lain kamu melepaskan Yara?"

"Sudah aku katakan aku tidak mengenalnya! Yang ada di ingatan ku. Kami hanya melakukan pernikahan kontrak, aku membayarnya. Mungkin sebentar lagi kontrak kami akan berakhir." Farrel berdiri di depan jendela rumahnya.

"Apa kamu akan melepaskan Yara?" Naldo berdiri di samping Farrel.

"Kontrak kami akan berakhir. Aku pasti akan membebaskannya." Jawab Farrel.

"Baiklah, aku akan mengejarnya. Aku harap kamu tidak menyesal." Naldo sedikit berlari keluar dari rumah Farrel. Naldo mengejar Yara yang berjalan kaki.

Farrel tidak mengerti, mengapa semua orang sangat menyukai Yara. Bukankah Yara itu wanita murahan yang rela melakukan apa saja demi uang. Dia juga melakukan nikah kontrak dengan Farrel hanya untuk mendapatkan uang. Setidaknya itu yang dikatakan seorang perawat padanya. Perawat yang selama ini merawatnya di rumah sakit.

Farrel menghubungi seseorang.

"Hallo." Terdengar suara wanita.

"Datanglah ke alamat yang aku kirim. Aku menunggu." Farrel mematikan panggilan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...