Who Is?

Jika saat ini Mahen sedang bermain perasaannya bersama Laura, berbeda dengan Anna yang tak hentinya menggerutu karena sampai detik ini Mahen sama sekali tidak menghubunginya. Berkali-kali Anna mencoba tetapi tetap saja ponsel Mahen tidak dapat dihubungi.

Pekerjaannya di toko terbengkalai, Zoya menjadi sasaran utama padahal wanita itu sama sekali tidak melakukan kesalahan. Zoya hanya bisa menggerutu dalam hati, ia rasanya ingin berhenti saja.

"Zoya kamu jaga toko ini, aku akan pergi," ucap Anna dengan begitu angkuh.

"Baik Nona," jawab Zoya memaksakan senyumannya.

Shereena yang sudah ikut kerja bersama Anna pun langsung mencebikkan bibirnya saat Anna telah pergi bersama mobilnya.

"Lihatlah wanita itu, baru juga jadi tunangan Tuan Mahen tetapi gayanya sudah selangit. Kamu belum tahu saja dia seperti apa dulunya. Ternyata hanya manis di awal. Pantas Tuan Mahen tidak betah. Heran, sudah tahu wanita itu sangat menyebalkan tetapi tetap saja Tuan Mahen menjadikannya tunangan." Shereena mulai membuka topik pembahasan, Zoya pun tertarik dan turut menimpali.

"Kamu benar, Sher. Aku pikir dia itu benar-benar baik, ternyata setelah bisnis parfumnya sukses dan dijadikan tunangan oleh Tuan Mahen tidak lama kemudian dia sudah menunjukkan wajah aslinya," ucap Zoya. Wanita ini berdecak kesal.

"Aku kasihan pada Tuan Mahen, semoga saja kelak dia menemukan wanita yang tepat. Mereka baru bertunangan, aku harap tidak sampai menikah," ucap Shereena penuh harap, ia kemudian menjatuhkan dagunya perlahan di atas meja.

Zoya mengangguk mengamini ucapan Shereena. Hampir semua pelayan di rumah itu menjadi tidak senang dengan Anna yang selalu saja marah dan marah. Bukan rahasia lagi jika Mahen sering meninggalkannya karena Anna yang mulai menunjukan sifat buruknya.

Andai saja Laura masih bersama mereka, Zoya pasti tidak akan merasa sebosan ini. Sekarang ia tidak tahu harus mencari Laura ke mana. Belum lagi adiknya si Aurora menanyakan kabar kakaknya semalam, Zoya hanya bisa mengatakan jika Laura bekerja lembur. Entah setelah ini apalagi yang akan ia jadikan alasan.

'Laura, Laura. Sudah ada Kenzo yang begitu sempurna, mengapa justru kamu tinggal? Ada alasan yang kuat yang tidak aku ketahui. Laura itu tidak kekurangan apapun bahkan dia masih perawan. Malam itu 'kan di kelab terjadi ledakan. Laura tidak jadi menjual keperawanannya pada Tuan Mah— Oh my God! Bukankah Tuan Mahen adalah orang yang pernah membeli Laura? Apakah —'

Zoya mulai mengumpulkan ingatannya dan mengaitkan peristiwa dahulu dengan diusirnya Laura oleh Mahen tanpa sebab. Ia menarik kesimpulan bahwa Laura tidak melakukan kesalahan apapun, mungkin Tuan Mahen meminta uangnya kembali dan Laura tidak bisa membayarnya sehingga ia diusir.

'Aku harus bertemu Tuan Mahen!'

****

Lea menatap tamunya yang tak diundang dan sudah duduk di ruang tamu tanpa dipersilakan. Sebenarnya Lea malas menemuinya karena wanita ini sudah beberapa kali datang seakan ingin menerornya saja.

"Ada apa lagi Anna? Mau menggeledah rumah saya untuk mencari Mahen? Dia tidak ada di sini," sindir Lea yang baru saja sampai di ruang tamu.

"Bukan seperti itu, Bibi. Aku hanya ingi. tahu apakah kalian mendapatkan kabar dari Mahen atau tidak. Aku tidak bisa menghubunginya, mungkin kalian bisa," ucap Anna menerangkan.

"Jika kamu tidak bisa, berarti kami pun sama," jawab Lea sedikit ketus.

Anna mendengus. Ia memang tidak suka dengan Paman dan Bibi Leon ini. Dulunya mereka cukup ramah tetapi entah mengapa Anna merasa mereka justru tidak menyukainya, lagi pula Mahen memilihnya sehingga ia tidak perlu mengiba pada mereka.

Tanpa berpamitan Anna pergi dari rumah itu, di dalam mobil ia memukul setir mobil berkali-kali. Ia bisa gila jika sehari saja tidak mendapat kabar dari Mahen. Di pikirannya selalu dipenuhi dengan hal-hal negatif.

"Bagaimana aku tidak berpikir negatif jika kamu sering pergi tanpa kabar?!" pekik Anna. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan tetapi bukankah hal itu adalah sesuatu yang lumrah dilakukan? Kami sudah bertunangan dan aku tidak mau kehilangan Mahen. Mengapa dia tidak mengerti juga? Padahal aku sudah dengan sukarela memberikannya, apakah dia benar-benar selingkuh?"

Dengan perasaan kesal Anna pun pergi, ia memacu kecepatan mobilnya dengan begitu kencang, amarah telah membuatnya menggadaikan keselamatannya di jalan.

Setelah Anna pergi, Lea tidak berhenti mengomel. Tidak sabar rasanya menunggu Mahen pulang, Lea akan menarik telinganya dan meminta Mahen untuk melarang tunangannya itu datang ke kediaman keluarga Shan.

"Heran deh, Mahen menemukan wanita seperti itu dari mana? Apakah dia benar anaknya musuh Papi? Mungkin benar juga sih, tidak ayah tidak anak sama-sama menyebalkan!" gerutu Lea, ia memang belum diberitahu oleh Leon.

****

Tidak menemukan Mahen di rumah pamannya, Anna memutuskan untuk pergi ke rumah sakit tempat di mana Mahen bekerja sebagai seorang psikiater. Ia berharap bisa mendapatkan informasi dari sini dibandingkan dengan mendatangi kantor paman Mahen.

Anna yang sudah dikenali oleh perawat yang menjadi asisten Mahen pun langsung disambut dengan hangat. Ia diajak masuk ke ruangan milik Mahen dan mereka duduk di sofa pengunjung.

"Nona Anna, senang bertemu Anda di sini. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Cleo.

"Ya, aku sedang mencari Mahen. Apakah dia datang untuk bekerja hari ini?" tanya Anna.

"Oh Tuhan Mahen tidak bekerja, Nona. Tadi pagi beliau menghubungi saya dan mengatakan dia akan memperpanjang cutinya untuk dua hari ke depan," jawab Cleo.

Anna terbelalak, Mahen bahkan menghubungi Cleo dan menambah masa cutinya. Mengapa Mahen sama sekali tidak mengabarinya?

Tangan Anna terkepal erat, ia benci dengan keadaan ini. Apa yang dilakukan Mahen saat ini hingga dia menambah masa liburnya? Ini tidak bisa dibiarkan, Anna harus mencari di mana Mahen berada.

"Baiklah Cleo, aku permisi dulu," ucap Anna yang masih berusaha bersikap ramah di tengah amarahnya.

"Ya Nona, hati-hati," ucap Cleo.

Setalah Anna berbalik badan, wajahnya langsung terlihat merah padam. Satu-satunya orang yang saat ini harus ia datangi adalah Jack, asisten Mahen itu pasti tahu di mana Mahen berada.

Butuh waktu hampir satu jam Anna mengendarai mobilnya dan ia sudah sampai di kantor. Anna yang diketahui sebagai tunangan Mahen pun disambut dengan baik.

"Aku ingin bertemu dengan Jack, tolong panggilkan," titah Anna.

Setalah beberapa menit menunggu Jack akhirnya datang. Ia merasa gugup berhadapan dengan Anna yang pasti akan menanyakan soal Mahen.

"Di mana Mahen bersembunyi?" tanya Anna to the point.

'Benar, 'kan?'

Jack yang tidak boleh dicurigai oleh Anna pun memasang tampang biasa saja. "Nona, Tuan Mahen berada di markas. Dia tidak bisa kembali dalam dua hari karena dia sedang terluka. Dia tidak ingin membuat Nona merasa khawatir makanya dia tidak menghubungi Anda. Tolong jangan beritahu Tuan Mahen nanti jika saya yang membocorkan rahasia ini," ucap Jack dengan ekspresi wajah dibuat sesedih mungkin.

"A-apa? Jadi Mahen terluka? Ya Tuhan ...! Bagaimana keadaannya sekarang Jack?" cecar Anna, ia hampir saja menangis karena dirinya yang salah paham pada Mahen.

"Tuan sudah baik-baik saja, hanya perlu beristirahat," jawab Jack. 'Lebih tepatnya dia sedang bersenang-senang dan melimpahkan semua pekerjaannya padaku. Sial sekali!' gerutu Jack dalam hati.