NovelToon NovelToon
Love Journey In September

Love Journey In September

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Nabila

Dikala kehidupan yang kamu jalani tidak berjalan dengan apa yang kamu mau, hanya bisa berharap bahwa ada keajaiban untuk memberikan kebahagiaan. namun siapa sangka bahwa ada kejutan di hari-hari yang kamu jalani, di awali masa sekolah yang berwarna dengan masalah percintaan yang membuat menjadi gundah. akankah mereka bisa kembali bersama???

*Pantengin keseruan mereka dengan para tokoh yang emosional.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awan kelabu

~ Mengucapkan selamat tinggal pada seseorang berarti mengucapkan terimakasih atas semua yang telah kamu lakukan untuk ku.

"Arghhhhh!!!! Kenapa sih harus terjadi pada pertemanan kita!"

Nick dengan tajam langsung berbicara, "Kecilkan emosi lo, yang ada buat Nayesha semakin tertekan."

"Apa tidak ada cara lain untuk bisa cepat menemukannya?"

Nick pun seakan berpikir, "Bisa kalo faktor alam mendukung."

"Tapi di sini anginnya kencang, bagaimana bisa mendukung coba." balas Pandu.

Diffran pun dengan geram langsung menyahut, "Jangan bilang begitu! Seharusnya lo berdoa yang baik-baik agar cepat ketemu."

Pandu meringis saat Diffran menyembur dengan kalimat sadisnya,

"Gue juga selama ini doa nya yang baik-baik, lagian siapa sih yang senang melihat kejadian seperti ini?"

Nick pun dengan cepat melaraikan sebelum perang keduanya akan di mulai,

"Sudah-sudah gue ada tugas penting, dengarkan dengan baik."

"Apa?"

Nick pun langsung memberikan rencananya kepada Diffran dan Pandu, tatapan keduanya sangat sulit di artikan saat Nick menjelaskan tentang menyuruh membawa Nayesha untuk balik ke Indonesia.

"Aku sudah mengatakan kepada Nayesha untuk pulang ke Indonesia selebihnya kita menjalankan rencana yang satunya."

Mereka berdua langsung terdiam sejenak lalu menanggapi dengan ekspresi mengerti,

"Baiklah."

Hingga ke esokan harinya aku bersih-bersih untuk pulang ke Indonesia, aku memang tidak bawa apapun selain tas biasa yang aku bawa saat kerja, ponsel dan juga uang. jadinya aku bisa membeli kebutuhan saat menginap di sini, sama halnya dengan mereka berdua yang hanya belanja kebutuhan sandang dan pangan seperlunya. setelah sudah selesai mandi aku memakai baju awalku memakai rajut tebal dan rok selutut, saat datang kemarin maklum pas di pasar swalayan hanya memebeli semacam pakaian dalam, dan kaos oblong.

"Kau sudah bangun?"

"Hm"

Langsung duduk dengan muka yang berlipat-lipat malas. Diffran, Pandu melirik bingung melihat ku yang datang dengan wajah yang melamun, tak lama Nick datang menghampiri ketiganya yang terdiam satu sama lain.

"Loh pagi-pagi kenapa wajah kalian seperti keset kusut?"

Kami memang sudah mengetahui keberadaan Nick, namun Diffran yang heran langsung mengkode tatapan mengarah pada Nayesha yang tidak bergeming.

"Sha, udah siap?"

Nayesha melirik, memang aku sedang melamun memikirkan dari pihak pencarian yang belum ngasih kabar apapun. mereka bertiga bernafas panjang sekaligus gusar yang seakan tahu dengan pikiranku.

"Owh iya Du, jagain Nayesha saat di perjalanan jangan lengah sama nih bocah kemarin aja sampe ingin bunuh diri."

Sontak aku menatap permusuhan saat mendengar ledekan dari Diffran, namun aku heran dengan kalimatnya saat menyuruh Pandu jagain. jagain? maksudnya si Pandu ikut pulang bersama ku begitu? pikir ku.

"Pandu ikut pulang?"

Sesuai dengan rencana dari Nick, mereka memutuskan untuk Pandu ikut bersama yang akan Nayesha akan pulang hari ini, namun tentang Pandu yang juga ikut pulang tidak ada yang memberi tahu kepada Nayesha.

"Iyalah memang lo mau nyasar di pesawat?"

"Lah gue kan ingat pesawat yang waktu itu."

"Beda Nayesha!"

"Lah apa bedanya sih?"

Diffran yang mendengar jawaban dari ku malah mendengus sebal, saat terjadi perang mulut tentang penerbangan. namun Diffran menjawab dengan bingung untuk menjelaskan.

"Udah pokoknya gitu. lo pulang sama Pandu." Aku hanya memutar mata ku malas, lalu Diffran mengambil sesuatu dari saku jacketnya.

"Nih paspor sama visa, jangan sampai ketinggalan."

Aku pun langsung mengambilnya, "Gue di bikinin juga?"

"Kalo enggak bikin, petugas bandara bakal tidak ngizinin lo naik pesawat." jelas Diffran.

"Bukannya kalo ngurus dokumen kaya gini tuh lama ya?" cakap ku bingung.

"Iya benar, tapi bikin paspor kalo mendesak bisa tapi bayarnya lebih mahal." ungkap Diffran.

•Layanan percepatan paspor sekitar Rp 1.000 juta dan ditambah dengan biaya biaya paspor Rp 350 ribu, sedangkan paspor biasa 48 halaman sekitar Rp 650 ribu.

•Sedangkan visa bisa bikin lewat website, paling lama 4 hari kerja bisa di cek di gongle nya masing-masing.

"Giliran gue aja gak mau di bikinin." cibir Pandu.

"Hei! bukannya tidak mau tapi kau punya hutang kepadaku." balas Diffran sehingga mereka berdua yang perang mulut.

"Hutang bagaimana?" Bingung Pandu kepada Diffran.

"Sebulan yang lalu mobil kau rusak siapa yang benerin?"

Pandu langsung menjawab, "Yelah cuman itu doang."

Diffran menggeleng tak setuju, "Lalu di jam istirahat kau mengambil makanan siapa yang bayarin?"

Pandu yang mendengar langsung terkejut saat Diffran mempermasalahkan hal sepele seperti itu.

"Hoh, perhitungan gitu?" Tak lama aku dan Nick hanya bisa melihat mereka yang tidak saling mengalah justru sama-sama keras kepala satu sama lain.

Dengan malas mendengar perdebatan mereka aku langsung berdecak sebal kepada keduanya.

"Stop! Jika mau berdebat lanjut saja ring boxing sana."

Mereka berdua langsung menatap ku dengan menyerengit seakan tidak salah mendengar lontaran dariku.

"Kita lagi bukan debat tinju!!!!!"

Sebelum aku pergi menggunakan taxi, sejenak menghembus nafas ku pelan saat sangat berat untuk balik ke Indonesia dengan keadaan seperti ini. Harapan satu-satunya adalah berdoa untuk Diffran dan Nick segera menemukan setelah aku sudah kembali ke Indonesia.

"Jangan lupa kabarkan aku tiap hari."

"Tidak usah khawatir, kami pasti akan mengabarkan jika ada kabar perkembangan."

Diffran dengan santainya ikut menimpali,

"Udah bocah lo pulang aja, gausah memikirkan hal dewasa."

Aku dengan malas langsung menginjak kaki Diffran untuk melenggang pergi ke arah taxi, spontan Diffran terkejut saat merasakan nyeri pada kakinya sama halnya dengan kedua pemuda yang menyaksikan kejadian tersebut.

"Hei! Pandu. Cepatlah atau aku tinggal." teriak ku saat melihat Pandu yang belum bergeming, ketiganya tersadar mendengar teriakan dari ku dengan memandangnya kompak. Tak lama Pandu bergegas menyusul untuk segera masuk ke dalam taxi.

Setelah acara perjalanan kemarin, aku sudah kembali masuk bekerja di Sk group, selama berjalan kaki aku selalu menyemangati diri sendiri untuk harus bisa mengesampingkan dengan masalah pribadiku. saat tiba di ruangan melihat semua pegawai fokus pada tempatnya masing-masing dengan suasana yang hening membuatku bernafas lega saat tidak ada masalah di sini, sekiranya pikiranku sedikit tenang.

Saat istirahat, kami semua berhamburan untuk membeli makanan namun di koridor aku berpapasan dengan Diven, aku tersenyum walaupun dengan wajah yang pucat Diven tetap menanggapi senyumanku.

"Kau sudah kembali bekerja?"

Mendengar pertanyaan darinya langsung segera membalas, "Iya Pak! kalo begitu saya pemisi."

Diven menatap punggung ku yang menjauh ada raut bingung di wajah Diven namun tidak bisa mengungkapkan kepada gadis itu.

Sudah genap memasuki 12 hari, aku termengu menatap layar ponsel berharap Diffran ataupun Nick memberikan kabar yang terbaik, mencoba menghubungi dan memberikan pesan namun tidak ada balasan dari keduanya. masih menatap layar ponsel dengan melihat pesan yang ku kirim 2 hari yang lalu saat mereka memberi kabar. tapi sekarang mereka tidak memberiku kabar apapun. Melihat aku masih duduk di bangku Sinta dan Nina menghampiriku dengan mengajak ku membeli makan bersama. jaraknya tidak jauh dari kantor seperti masakan rumahan, saat menunggu pesanan dari arah luar terdapat pemuda dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Sontak alisku menyerengit saat melihat pelaku tersebut adalah Pandu yang juga berada di tempat makan, ada apa dengannya? pikir ku.

Pandu yang ingin berbicara terdengar suara keras dari tv dengan penyampaian berita membuat kami berempat juga ikut menyaksikan yang sedang banyak di pertontonkan.

Permisa! kejadian jatuhnya pesawat menuju Canada jatuh di sebrang laut Alaska. kini para korban sudah di larikan ke rumah sakit, dan juga korban yang hilang sudah ditemukan. 7 korban selamat dan 20 lainnya meninggal dunia.

Akupun tersentak dengan jantung tak karuan saat mendengar tayangan berita tersebut saat mendengar bahwa para korban sudah di temukan, ada rasa gundah saat mengetahui banyak korban yang meninggal. berharap data yang terselamat ada nama teman ku di sana, namun aku termengu saat melihat kakek tua seakan sedang melakukan ke saksian.

Tragedi ini sangat membuatku cemas saat kontak pesawat seperti terguncang, di saat itu di dalam pesawat di bawah kursi ku tidak ada pelampung membuat ku bertanya kepada petugas yang ada di sana. mengingat bahwa aku sudah lansia mungkin ajalku akan dipercepat namun aku salah ada seorang pemuda baik hati yang memberikan keselamatanya untukku, sempat aku kembalikan kembali namun dia tetap menolak bahwa dia sudah mempunyai alat bantuan yang lain. aku berpikir bahwa dia baik-baik saja dengan harapan aku bisa berterimakasih kepadanya, tetapi takdir menyanyanginya. dia seperti malaikat untukku aku dan sekeluarga hanya bisa mendoakan kebaikannya.

Pandu juga ikut mematung, dirinya ingin menyampaikan hal ini namun beritanya sudah lebih di dengar oleh Nayesha. melihat ekspresi Nayesha yang tegang ingin memberi ketenangan pada gadis itu namun melihat Nayesha yang berlari membuat Pandu dan kedua temannya terkejut, tanpa berpikir panjang Pandu bergegas mengikutinya.

Mendengar berita tersebut seakan tidak percaya dengan semuanya memutuskan untuk berlari menuju suatu tempat namun langkah ku terhenti saat melihat orang yang ramai dengan memakai baju hitam, aku berdiri lemas saat melihat sebagian orang membawa karangan bunga. aku menggeleng dengan menitikkan air mata mencoba memukul diriku sendiri bahwa ini adalah hanya sebuah ilusi.

Diffran yang memberitahui Pandu tentang jasad Daniell yang sudah ketemu saat melakukan pencarian dengan rekannya Nick. Diffran dan Nick juga ikut mengantarkan ke Indonesia sebab di sini lah Daniell di lahirkan untuk melakukan proses pemakamanya. dengan melihat aksi ku Diffran datang untuk menahan tubuh ku saat belum bisa menerima semuanya, ini bagai mimpi buruk bagiku melihat semua kenyataan yang pahit.

Diffran, Nick dan Pandu tak kuasa melihat ku terisak tetapi kita semua juga sama merasakan terpukul kehilangan seperti diriku.

Di tempat lain, Ailee memeluk peti tempat Daniell beristirahat, melihat wajahnya yang tampan kini memucat hingga tangisannya semakin menjadi.

Zeo berada di belakang Ailee hanya bisa terdiam menunduk, membiarkan gadis itu meluapkan tangisannya untuk terakhir kalinya. kedua orang tua Daniell yang jarang mengunjungi turut bersedih melihat anak satu-satunya pergi untuk selamanya.

Ailee yang masih bersedih dengan memeluk peti Daniell seakan dia enggan untuk melepaskannya, Ibu Daniell menghampiri Ailee mencoba untuk menenangkannya karena kita harus melakukan proses pemakamannya.

Kami berempat langsung memasuki rumah Daniell yang ramai, dan kami berada sedikit jauh untuk melihat ritual pemakamannya, aku tersenyum kecut saat melihat foto Daniell saat lulus sma. dia terlihat bahagia di foto tersebut, aku kembali terisak pelan mengingat dulu kami selalu bertengkar sebagai tetangga. masih tidak percaya bahwa baru saja dia merawat ku sakit dan berkumpul dengan kami setelah berapa tahun sibuk mengejar mimpi masing-masing.

Membuang pandanganku merasa sakit, apa ini yang di maksud dengan menyuruh ku mencari pengganti? dada ku terasa sesak, tidak bisa kupungkiri melihat takdir ku.

Aku sudah melepaskan Ahza di masalalu dan melihatnya menikah namun sekarang aku harus melepaskan orang yang ku sayangi lagi? rasanya di tinggal selamanya dengan orang tersayang itu sakit ya? mau itu keluarga sekalipun, apalagi orang yang selalu menjadi pelindung kedua selain tuhan bukan pelindung (hal-hal gaib).

Kami berempat menunduk, hanya mampu menyaksikan karena agama kami berbeda, cukup datang tidak perlu mendoakannya.

Di ruang sini, semua orang terselimuti kesedihan yang mendalam atas kematian mendiang bernama Daniell Nabhaan Batara yang meninggal pada usia 32 tahun.

Dengan ini kami harus merelakan kepada sang penciptanya.

Awal dari cinta yang rumit hingga pertemanan dalam bentuk keluarga sudah berakhir, mau seberat apapun kau menggengam akan ada masanya kau harus merelakannya. Saying farewell to someone means saying thanks you for everything you have done for me (Mengucapkan selamat tinggal tinggal pada seseorang berarti mengucapkan terimakasih atas semua yang telah kamu lakukan untuk ku).

... Bersambung....

1
➳βC᭄☠Agatha☠ ᴹᴿ᭄°ℛᵉˣ
ayo saling dukung kak ..gantian mampir ya....
butterfly.bloom: Siap 🔥
total 1 replies
Naruto Uzumaki
Kurang tidur hanya untuk baca cerita ini, sekarang tolong cepat update
butterfly.bloom: Terimakasih sudah mampir🙏,,,,Bab selanjutnya sudah ada ya kak
total 1 replies
Marii Buratei
Bagus banget ceritanya, thor jangan berhenti menulis ya!
butterfly.bloom: siap🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!