Pernikahan memang sesuatu hal yang amat diinginkan oleh setiap orang. Namun, seorang gadis yang bernama Dania tidak menginginkan pernikahan yang terjadi.
Skandal pernikahan yang terjadi semata-mata hanya ingin memenuhi hutang sang Ayah nya.
"Saya siap menikah dengan putra Anda, Nyonya Sofia. Tapi saya mohon ... Jangan penjarakan Ayah saya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfianita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~MPH35~
...Sungguh hatiku cenat cenut memikirkanmu. Andai aku punya ikatan batin denganmu pasti aku sudah menemukan mu. Tapi sayang, cinta saja masih di ujung kuku....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dania mengepal kuat, ingin rasanya ia memberikan tendangan di mulut tajam laki-laki itu. Tapi hal utama yang harus dilakukan Dania saat ini tak lain melepaskan ikatannya.
Namun ikatan yang ada di tangannya begitu kuat. Hingga membuat Dania merasa amat kesulitan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sore itu Aryan memutuskan untuk kembali pulang saja. Karena ia tidak menemukan Bara dimana biasanya Bara bernyanyi.
Namun, bukan berarti Aryan menyerah di titik awal. Aryan akan kembali lagi di cafe iti setelah malam tiba. Seperti saat malam itu Aryan mendampingi Dania bertemu Bara.
“Tenangkan hatimu dulu, Aryan. Jika kamu tidak bisa tenang dan tetap gelisah seperti ini itu akan semakin membuat kita merasa kesulitan dalam mencari keberadaan Dania.” Gavin merasa geram dengan tingkah Aryan yang sesekali mendesah.
“Iya aku tahu. Aku sudah berusaha tenang ini, tapi susah untuk tidak memikirkan Dania.” Aryan menatap ke arah kaca mobil. Siapa tahu saja di luar sana ia bisa bertemu Dania.
“Tuh kan! Kalau sudah begini saja ngaku. Kenapa nggak dari kemarin saja ngakunya.” Gavin mencebik saja.
Gavin tidak menghiraukan lagi Aryan bertingkah seperti apa. Kini tujuan utamanya fokus pada jalan raya yang sudah mulai ramai. Karena sore itu pekerja maupun mahasiswa yang kuliah sore sudah pulang. Jadi tidak heran lagi jika kota Bandung akan ramai bahkan semakin malam akan semakin ramai.
Setelah menempuh perjalanan yang agak lama karena sesekali mengalami kemacetan lampu merah akhirnya Gavin dan Aryan sampai juga di rumah.
“Aryan... Gavin, akhirnya kalian pulang juga. Bagaimana dengan Dania?” todong Nyonya Sofia saat melihat Aryan dan Gavin masuk rumah.
Aryan sebenarnya tidak mau melihat kekecewaan di wajah Nyonya Sofia, terutama di wajah Danu dan Dewi sebagai adik kandung Dania. Namun, Aryan juga tidak mungkin berbohong jika ia dan Gavin memang belum menemukan dimana Dania berada.
“Hasilnya masih nihil, Ma. Tolong bersabar ya! Jangan patah semangat dan berdoa. Semoga saja Aryan dan Gavin segera menemukan Dania.” Aryan berusaha menenangkan hati Nyonya Sofia saja. Sedangkan kenyataannya ia sendiri tidak menemukan titik terang keberadaan Dania.
“Baiklah! Kamu istirahat saja dulu. Lagipula kamu sudah dari tadi berjalan, kini waktunya kamu mengistirahatkan kakimu.” Nyonya Sofia mengusap punggung Aryan lembut.
Aryan mengangguk lalu mengembangkan senyum untuk sekedar melipur lara.
Sesampainya di kamar Aryan langsung melepas kemeja yang dikenakannya. Karena seharian berada di luar membuatnya merasa gerah. Bahkan keringat masih menempel di kemejanya.
“Lebih baik aku mandi lalu sholat.” Aryan merasa ada yang berbeda saat melakukan hal yang biasanya harus dibantu sama Dania.
Aryan harus bisa mandiri seperti ini, mengambil handuk sendiri dan apapun harus sendiri termasuk saat sholat.
“Biasanya ada kamu Niaa yang ada di belakangku. Tapi sekarang tak ada. Kamu dimana Niaa?” ucap Aryan lirih.
Sore itu Aryan harus melakukan sholat sendiri. Rasanya benar-benar ada yang berbeda. Karena Aryan terbiasa setelah sholat ada yang menyambutnya dengan uluran tangan. Lalu mencium punggung tangannya dengan penuh takzim.
“Ya Allah... baru kali ini hamba memohon dan sangat memohon kepadaMu. Tolong berikan petunjuk tentang keberadaan istri hamba... Dania.”
“Ya Allah... Ya Rabb... hamba tahu hamba tidaklah pantas bersimpuh di saat susah seperti ini. Bahkan hamba merasa malu karena kerap lupa saat hamba merasa senang.”
“Tapi kali ini hamba benar-benar memohon akan pertolongan dariMu. Tolong hamba menemukan istri hamba. Aamiin.”
Aryan merendah di depan Allah yang menuliskan pasti bagaimana takdir manusia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dania masih berusaha untuk memikirkan bagaimana caranya agar ikatan tali itu lepas dari tangannya. Sesekali Dania menggerakkan pergelangan tangannya untuk melepaskan tali, tapi nihil.
Dan yang ada Dania mendapatkan tamparan dari laki-laki yang menyekapnya, karena perbuatannya ingin kabur mampu diketahui.
“Aww!” rintih Dania lirih setelah merasakan tamparan yang cukup keras hingga membuat sudut bibirnya berdarah.
“Jangan berani macam-macam, tuan putri ku. Jika tidak mau kesialan akan datang padamu lebih baik diam.” Laki-laki itu mengancam Dania.
‘Sakit diperlakukan seperti ini Ya Allah. Tapi aku ingin lepas dari sini. Tapi... bagaimana caranya jika talinya diikat dengan kuat seperti ini.’ Dania mendesah lesu.
Dania diam, tetapi dalam diamnya ia kembali memikirkan cara agar bisa berhasil melepaskan ikatan itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nyonya Sofia menemui Aryan yang masih berada di kamar. Karena saat hampir maghrib Aryan tidak kunjung keluar untuk sekedar menyapa anggota keluarga. Dan sebagian seorang ibu tentu Nyonya Sofia merasa khawatir. Apalagi Aryan juga pernah mengalami patah hati yang membuatnya mengurung diri.
“Aryan,” panggil Nyonya Sofia pelan.
Tidak ada jawaban dari dalam ruangan itu.
“Pintunya tidak dikunci.” Nyonya Sofia merasa heran saaat memegang gagang pintu yang tidak dikunci. Sedangkan Aryan tidak pernah lupa untuk mengunci kamarnya.
Nyonya Sofia terdorong untuk masuk ke kamar itu. Nyonya Sofia ingin memastikan jika Aryan benar ada di dalam sana.
Nyonya Sofia terperangah melihat pemandangan yang jarang dilihatnya. Karena baru kali pertama ini Nyonya Sofia melihat Aryan tertidur di sofa dengan pakaian sholat.
“Aryan sholat? Sejak kapan? Apa... Dania berhasil meluluhkan hatinya dan sekarang hatinya terketuk untuk menjalankannya sendiri meskipun tak ada Dania.” Nyonya Sofia tersenyum haru melihat pemandangan itu.
Nyonya Sofia mendekat, lalu diusap nya lembut puncak kepala Aryan. Seulas senyum telah terukir di bibir Nyonya Sofia, karena merasa bangga dengan Aryan yang mulai berubah.
Melihat Aryan yang tertidur pulas rasanya Nyonya Sofia tidak tega untuk membangunkan. Tapi mengingat hari hampir maghrib mau tidak mau Nyonya Sofia harus membangunkan Aryan.
Aryan beringsut, perlahan ia membuka matanya.
“Maafkan Mama jika menggangu waktu tidurmu, Aryan. Tapi... kamu memang harus bangun. Pamali jika tidur hampir maghrib seperti ini.” Nyonya Sofia kembali mengusap lembut puncak kepala Aryan dengan lembut. Hingga membuat Aryan merasa tenang.
Setelah kesadarannya sudah pulih Aryan mengangguk. Lalu ia berusaha duduk dan ditatap nya wajah wanita paruh baya yang ada di depannya itu.
‘Ma, Aryan janji tidak akan membuat Mama sedih. Dan Aryan jiga berjanji untuk menjaga Agatha dan Dania.’ Ingatan Aryan kembali pada Dania yang belum ia temukan titik terangnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aryan dan Gavin sudah standby di cafe dimana Bara bernyanyi. Tetapi sampai detik itu Bara tidak nampak batang hidungnya. Hal itu membuat Aryan menaruh curiga jika Bara lah yang memang menculik Dania.
Bukan curiga tanpa alasan, tetapi memang Bara yang pernah menyatakan cinta pada Dania secara terang-terangan di depan Aryan.
“Mana sih tuh bocah ingusan. Buat aku semakin menaruh curiga saja padanya. Geram sendiri aku.” Aryan sudah merasa jenuh menunggu.
“Sabar dulu, siapa tahu saja bentar lagi datang tuh bocah ingusan.”
“Tidak usah ikutan panggil tuh bocah dengan ingusan. Kayak tak punya panggilan lain saja. Lagipula aku lihat kalian hampir seumuran.” Aryan menatap Gavin.
“Sorry Aryan, aku lebih tua daripada tuh bocah. Ya walaupun satu tahun di atasnya tetap saja aku lebih tua.” Detik kemudian Gavin tertawa.
Sepersekian detik kemudian Bara melintas di depan Aryan dan Gavin. Akan tetapi Bara tidak sadar jika kedatangannya suda ditunggu oleh dua orang itu dari tadi.
Tanpa basa-basi lagi Aryan langsung menghampiri Bara dengan kakinya yang sedikit pincang.
“Bara!” panggil Aryan dengan tegas.
Bara yang merasa namanya dipanggil seketika menoleh ke belakang.
Bara menelisik tajam laki-laki yang ada di depannya. Laki-laki yang menjadi penghalang untuk nya bersatu dengan Dania.
“Katakan dimana kamu menculik Dania?” tanya Aryan to the point.
“Apa? Dania diculik?” Bara berbalik bertanya.
“Halah. Kamu tidak perlu berpura-pura tidak tahu tentang penculikan Dania. Dan pastinya kamu kan yang mengirim bunga padanya dengan tanda prince?” todong Aryan tiada henti.
Bara mengernyitkan keningnya. Ia memikirkan bunga yang dimaksud Aryan dan juga nama prince yang adalam notif bunga itu.
“Bunga apa sih? Prince? Asal kamu tahu aku tidak pernah mengirim bunga apapun pada Dania. Dan nama itu bukan nama samaran ku. Karena nama samaran ku D'Dragon.” Bara menatap tajam Aryan.
Bara tidak terima dituduh sembarangan sama Aryan. Dan ia ingin membela diri karena memang itu bukanlah perbuatannya.
“Lantas kalau bukan kamu yang menculik lalu siapa?” tanya Aryan dengan bodohnya.
“Aku tidak tahu. Kenapa tanya aku, sedangkan kamu suaminya. Pasti kamu lebih tahu siapa saja orang yang membencimu itu.” Bara menggelengkan kepalanya karena melihat kebodohan Aryan.
Deg!
Aryan seketika diam. Ia menelaah ucapan Bara dengan matang. Gavin yang melihat Aryan sudah hampir prustasi ia pun mengajak Aryan untuk pulang saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Ayo Dania terus berpikir bagaimana caranya agar ikatan ini bisa lepas. Jangan menjadi bodoh di saat genting seperti ini. Berpikir dengan tenang,” ucap Dania dalam hati.
Dania memejamkan mata sejenak, lalu membukanya pelan sambil menghembuskan napas panjang.
Di sisi lain Aryan nampak gundah tanpa adanya Dania disisinya. Aryan merasa kehilangan dengan sosok periang dan bertingkah absurd tetapi mampu menyadarkan nya tentang banyak hal.
“Sungguh hatiku cenat cenut memikirkanmu. Andai aku punya ikatan batin denganmu pasti aku sudah menemukan mu. Tapi sayang, cinta saja masih di ujung kuku.”
Aryan mendesah lesu. Belum pernah ia merasa khawatir seperti ini pada wanita. Apalagi Dania adalah wanita yang sebelumnya tidak pernah ia kenal.
“Relasi bisnis? Tender? Apa salah satu dari mereka yang menculik Dania karena tidak puas jika aku yang memenangkannya. Tapi siapa pelakunya?” Aryan mengusap gusar wajahnya.
Karena meminum obat yang biasa dikonsumsi Aryan pun mulai mengantuk. Dan tidak sampai lima belas menit Aryan sudah terlelap dalam tidurnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Laki-laki berbadan tegap itu kembali duduk di kursinya dengan menghisap putung rokok yang diapit dua jarinya. Sesekali laki-laki itu tersenyum menyeringai, seakan puas dengan apa yang diperbuat pada Dania.
‘Akan aku hancurkan kamu Aryan. Tetapi tidak secara langsung, karena itu terlalu mudah dan santai. Melalui istrimu ini aku akan menghancurkanmu.'
Detik kemudian laki-laki itu tertawa memekakkan telinga.
Bersambung...