Seorang bocah ikut masuk dalam mobil online yang di pesan Luna tanpa ia sadari karena mengantuk. Setelah tahu bahwa ada bocah di sampingnya, Luna ingin segera memulangkan bocah itu, tapi karena kalimat bocah itu begitu memilukan, Luna memilih merawat bocah itu beberapa hari.
Namun ternyata pilihannya merawat bocah ini sementara, membawa dampak yang hebat. Termasuk membuatnya berurusan dengan polisi bahkan CEO tempatnya bekerja.
Bagaimana kisah Luna membersihkan namanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lady vermouth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35
Sampainya di dalam rumah, Luna melihat cermin di depannya.
"Aku enggak mimpi kan tadi tanganku di pegang Pak Ian?" tanya Luna pada pantulan dirinya. "Agak aneh sih, candaan Pak Ian tadi. Memikirkan dia? Huh, yang benar saja. Hanya salah panggil saja heboh." Luna tersenyum malu-malu. Namun saat dia melihat wajah malu-malunya di pantulan cermin, ia langsung diam. "Ih, apa-apaan?!" teriak Luna marah sendiri.
Dia pun berdiri dan menjauh dari cermin. Menghindari kehebohan terus berlanjut.
...***...
Luna mengeluarkan motor matic-nya. Dia akan berangkat kerja. Hhh ... Luna menghela napas dan tersenyum.
"Semoga hari ini adalah hari yang indah," kata Luna untuk dirinya sendiri.
"Ya. Aku harap juga begitu," kata seseorang menimpali. Luna refleks menoleh cepat. Pria itu tersenyum. Ternyata Yuda.
"Kenapa kamu ada di sini?" tegur Luna.
"Hanya lewat."
"Oh, silakan kalau begitu. Lewat saja lurus dan jangan belok," ujar Luna seraya mempersilakan pada Yuda untuk melewatinya.
"Kamu masih marah soal aku yang menghilang setelah menyatakan cinta itu ya?"
"Arggg ... sudah aku bilang tidak ada hubungannya dengan itu," sangkal Luna.
"Lalu kenapa kamu selalu bersikap dingin?"
"Aku hanya tidak ingin berbicara denganmu. Sudah. Aku mau berangkat kerja. Jangan ganggu aku. Bisa telat aku ini," gerutu Luna. Kemudian gadis itu mulai menyalakan mesin motornya.
"Sudah sejak tadi aku berdiri di sini, Lun. Kamu enggak kasihan dan bersikap lembut sedikit?" tanya Yuda masih ingin perhatian gadis ini.
"Jangan menggangguku, Yuda."
"Coba tanya saja ibu-ibu yang pakai baju senam yang tadi lewat sini. Aku yakin dia tetanggamu karena ibu itu masuk ke dalam rumah yang itu." Yuda menunjuk ke arah rumah yang berjarak 5 rumah dari rumah Bi Muti. "Aku sudah menunggu pintu itu terbuka. Bahkan sampai lima belas menit pun tidak ada siapapun yang membuka pintu itu."
Bi Muti sedang tiduran karena badannya tiba-tiba sangat lelah. Jadi dia enggak ke pasar atau senam pagi. Kata-kata Yuda benar. tidak ada siapapun yang keluar dari rumah ini.
"Kenapa menunggu ku? Sudah tahu ini hari Senin. Hari sibuk-sibuknya orang. Duh! Aku hampir telat nih. Banyak ngomong jadinya aku yang susah." Luna panik saat tidak sengaja melihat arloji di pergelangan tangannya.
"Ikut denganku. Mobil ku di sana." Yuda menunjuk mobilnya yang di parkir di seberang rumah Bi Muti.
"Kenapa maksa sih?"
"Karena kamu bangun siang dan aku datang tepat waktu. Aku bisa membela kamu untuk membuat atasan kamu tidak marah saat kamu terlambat." Yuda punya celah untuk memaksa.
"Tidak." Luna langsung menyalakan mesin motornya dan berlalu meninggalkan Yuda sendirian. Pria ini menaikkan alisnya, lalu menghela napas.
"Padahal aku juga mau ke perusahaan," gumam Yuda menyayangkan. Tanpa sadar Yuda terkekeh sendiri. "Luna masih lucu. Seperti dulu." Yuda masuk ke dalam mobilnya dan melesat ke perusahaan milik Ian.
...***...
Luna tergesa-gesa ke ruangannya.
"Kamu terlambat lagi, Luna?" tegur Pak Ian yang melintas. Kaki Luna langsung ngerem mendadak.
"Maafkan saya Pak Ian." Luna membungkukkan tubuh merasa bersalah.
"Aku pikir kamu sudah duduk di ruangan kamu, ternyata kamu baru datang," ucap Yuda iseng. "Padahal tadi kamu berangkat ke kantor lebih dulu dari aku. Seharusnya kamu naik mobilku supaya tidak terlambat," imbuh Yuda menjengkelkan. Sengaja meledek gadis ini.
Luna diam. Karena ia memang tidak harus banyak bicara saat bersalah.
"Kalian tadi pagi bersama?" tanya Ian yang heran dengan kata-kata Yuda.
"Ya. Aku menunggu di depan rumahnya, tapi sayang ... dia tidak keluar sama sekali. Saat keluar pun, karena dia mau berangkat kerja," jelas Yuda. Bola mata Ian melihat ke Yuda, lalu melirik ke Luna yang diam saja.
...______...