Zheyara : "Aku berjanji akan membebaskan kalian dari lingkaran kematian ini, meskipun sedikit mustahil bagi diriku sendiri".
Misteri, ya dunia ini adalah misteri dan teka-teki dan orang yang paling banyak mengetahui semua misteri itu adalah perwujudan sosok misteri itu sendiri.
misterius, cover yang sangat menarik dari diri seseorang. Dalam diamnya, terdapat banyak rahasia yang dipendam, dalam sunyi banyak hal yang terusik, dan dalam sepi banyak sesuatu yang menari sehingga menciptakan suatu misteri.
"Aku tak akan membunuh kalian semua tetapi bukan berarti aku melupakan dendamku. Hanya saja aku merubah arah panah dendam itu menjadi 2 sisi yang sangat tajam sekaligus menyenangkan bagiku. Satu sisi membuatku menjadi kuat dan Istimewa, dan satu sisi lainnya membuat orang yang membenciku lebih terluka berkali" lipat untuk sekedar melihatnya daripada terluka karna pembalasan sebuah dendam".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azyhra Angkasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meninggalkan Istana Kekaisaran
Setelah membuat segel di kamar besar, Zheya pun lanjut memastikan bahwa semua yang ada di istana aman dan tidak membahayakan keselamatan siapa pun terutama ibunya.
Selain menitipkan ibunya pada peri Yiera, ia juga meminta Peri Yiera untuk memata-matai semua orang yang ada di istana, termasuk jendral Jiawa dan juga selir Dhu.
Ia melakukan semua itu untuk berjaga-jaga, agar kekaisaran merak putih tidak hancur saat dirinya tidak berada di sini selama beberapa waktu.
Zheya kini harus pergi dengan meninggalkan ibunya yang sedang terganggu mental dan kesadarannya, ia tidak mempunyai pilihan lain untuk itu.
Ia pun berkemas sambil menunggu peri Yiera datang. Dan benar saja, tak lama kemudian sosok yang ditunggu-tunggunya datang juga dengan cara seperti biasa, selalu mengejutkannya.
"Kau sedang apa," tanya Peri Yiera berbisik tepat di belakang tubuhnya.
"Hmm," Zheya hanya berdecak, mengetahui kehadiran Peri Yiera yang selalu saja datang dengan tiba-tiba.
"Kau ingin pergi sekarang?" tanyanya lagi kepada Zheya.
"Zheya yang ditanya tidak menjawab atau pun menengok, karena masih fokus mengemasi barang yang akan dibawanya.
"Baiklah, sepertinya kehadiranku di sini tidak diperlukan lagi," ucap Peri Yiera sedih.
"Kalau begitu, aku pergi saja!" kata yang dilontarkannya barusan sukses membuat Zheya menoleh.
"Aku ingin pergi sekarang, aku menitipkan istana, ayah, dan juga ibuku padamu. Tolong jaga mereka dengan baik," pinta Zheya.
"Baiklah, tetapi jangan lupa berikan aku uang untuk membeli beberapa barang lagi, dan juga makanan!" sahut Peri Yiera cepat.
Zheya menepuk jidatnya. "Kau ini, asik berbelanja saja. Uangmu kan sudah banyak, Peri. Lalu mengapa kau masih meminta uangku yang tidak seberapa ini? ... " Zheya berakting sedih.
"Ini koin emas terakhirku, aku harap cukup untuk memenuhi kebutuhanmu selama beberapa hari di sini. Jika kau ingin berfoya-foya, pakailah uangmu sendiri Peri, jangan menyusahkan ku lagi..."
Zheya memberikan sekantong besar koin emas kepada peri Yiera. "Anggap saja ini sebagai tanda terima kasihku karna kau sudah bersedia untuk menjaga ibuku, dan tolong jaga mereka dengan baik," ucap Zheya dengan penuh harapan.
"Kau tenang saja... Kalau pun kau tidak memberiku uang ini, aku akan tetap menjaga mereka dengan baik, Zheya. Tetapi terima kasih untuk koin emas ini, aku sangat senang menerimanya," balas Peri Yiera.
Zheya telah selesai mengemas segala keperluan yang ia butuhkan untuk di negeri dewa. "Aku harus pergi sekarang. Terima kasih atas bantuannya, Peri," pamit Zheya sambil tersenyum manis.
Peri Yiera mengangguk dan mengelus pucuk kepala Zheya. "Hati-hati di sana. Bawalah ini untuk berjaga-jaga. Benda ini akan menjadi penghubung antara kita, sehingga aku tetap bisa memantaumu melalui ini," Peri Yiera memberikan sebuah permata kecil.
"Terima kasih, Peri," ucap Zheya.
"Jangan pernah tinggalkan benda ini atau berada jauh darinya. Bawalah kemana pun kau pergi. Ini adalah satu-satunya cara bagiku untuk memastikan keadaanmu baik-baik saja," pesan Peri Yiera.
"Aku mengerti, Peri." Zheya menatap Peri Yiera seolah berkata bahwa ia akan baik-baik saja. Ia merasakan kekhawatiran yang terpampang jelas di mata Peri Yiera.
"Kalau begitu, pergilah. Aku akan menjaga kedua orang tuamu dengan baik," ucap Peri Yiera.
"Sebelum pergi aku ingin mengucapkan beberapa kata terakhirku pada ayah, semoga saja kali ini aku bisa menyadarkannya," ucap Zheya.
"Baiklah aku tunggu di depan gerbang kekaisaran, aku harap kau mau menemuiku dulu sebelum kau pergi agar aku bisa mengantar kepergianmu meski tidak sampai sana," Peri Yiera berkata pada Zheya.
Zheya pun pergi untuk menemui ayahnya, tetapi saat sudah sampai di depan ruang kerja ayahnya, ia justru mengurungkan niatnya untuk bicara pada ayahnya yang keras kepala itu.
Ia tidak mau kedatangannya yang sebenarnya bertujuan untuk pamit malah menjadi sebuah pertengkaran dan berujung memperparah kerusakan hubungannya dengan ayahnya.
Zheya mengetuk pintu, dan kaisar mempersilahkannya masuk. Tanpa berucap sepatah kata pun, ia memberikan surat yang baru saja ia tulis secara dadakan kepada ayahnya.
Pertemuan antara ayah dan anak itu berakhir tanpa percakapan apa pun. Tetapi, saat Zheya ingin pergi meninggalkan ruangan itu, ia tak tahan untuk tidak mengucapkan sesuatu pada ayahnya.
"Aku harap mata dan hatimu segera terbuka, Ayah," akhirnya Zheya berbicara sebelum ia menutup pintu itu.
Kaisar merasakan ada hal aneh dan janggal pada anak semata wayangnya, "Apa yang dia lakukan?" Pada akhirnya, kaisar pun hanya bisa menerka-nerka hal itu dan juga maksud perkataan terakhir yang Zheya ucapkan.
Zheya, yang telah menguasai ilmu teleportasi lintas dunia, menggunakan kemampuannya untuk hal itu. Ia menggunakan energi spiritualnya untuk menembus negeri dewa dengan lebih cepat.
"Tunggu!" sentak seseorang membuat Zheya menghentikan langkahnya.
Zheya menengok ke arah sumber suara dan mendapati Peri Yiera sedang melesat cepat ke arahnya.
"Apa kau lupa tentang permintaanku tadi?" tanya Peri Yiera yang menghela nafasnya karena hampir saja kecolongan.
"Permintaan yang mana?" tanya Zheya bingung.
Kini giliran Peri Yiera yang merasa dongkol terhadapnya. "Aku memintamu untuk datang ke depan gerbang kekaisaran, karena aku ingin memastikan langsung kepergianmu dengan aman, tetapi kau malah tak kunjung datang," tukas Peri Yiera, menatapnya kesal.
"Aku lupa," ucap Zheya tanpa rasa bersalah. Peri Yiera memeluk Zheya lalu melepasnya dengan rela untuk pergi.
Tak butuh waktu lama, Zheya sampai di negeri dewa, di tempat yang sama saat kali pertama ia datang ke negeri ini, yaitu di perbatasan kekaisaran Giyu.
Zheya pun langsung menuju penginapan terdekat untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah, dan memulihkan energinya yang terkuras.
Ia masuk ke penginapan ternama yang harganya lumayan mahal, tempat yang biasanya disewa oleh para bangsawan kaya.
Namun, saat Zheya sedang lelah-lelahnya, ia malah mendapati hal yang tidak menyenangkan di penginapan mewah itu.
"Aku sudah bilang bahwa aku mampu membayarnya, kau ini sebagai petugas penginapan harusnya melayani tamu dengan baik." Zheya menasihatinya, merasa tak habis fikir.
Resepsionis yang seharusnya bertugas melayani para pelanggan untuk memesan kamar meremehkannya, dan memandangnya sebelah mata, meragukan bahwa dirinya tidak mampu membayar harga sewa penginapan itu.
"Sudah kuduga kau ini hanyalah seorang gelandangan yang ingin bergaya dengan memesan kamar penginapan mewah. Pergilah, kau tak akan sanggup membayar sewanya," resepsionis itu mengusirnya.
Zheya merasa sangat kesal. Ia ingin mencari penginapan lain dengan pelayanan yang jauh lebih baik, tetapi tubuhnya sudah terlanjur lelah dan tak memiliki banyak tenaga.
Terpaksa, Zheya tetap meladeni petugas penginapan yang menyebalkan itu. Untuk mempercepat proses, Zheya pun langsung membayar lunas uang sewa kamar.
Untungnya, hal itu bisa membungkam mulut mereka, dan masalah ini pun berakhir tanpa membutuhkan waktu yang lama.
Zheya akhirnya bisa memesan kamar di penginapan itu meski sebenarnya, ia sudah merasa sangat malas untuk tinggal di penginapan itu.
"Sudah mahal tetapi buruk sekali pelayanannya. Mereka hanya baik kepada para bangsawan kaya." Ia berniat untuk pindah beberapa hari ke depan, dan mencari penginapan yang memiliki pelayanan baik.
Semangat Thor 💪
smngt
smngt thor
naik ke atas pohon.