Alexa Rahmania atau biasa di panggil Ale mahasiswi berprestasi penyuka anak kecil. Ale anak kedua dari pasangan Rahmat Hudaya seorang pegawai pemerintahan dan Ida ningsih ibu rumah tangga.
Ardan Ramadhan kakak dari Ale seorang abdi negara kebanggaan Ibu Ida. Ibu Ida kerap kali membedakan kedua putra putrinya.
Bagaimana kisahnya??
Ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aroma Parfum
Keluarga kecil Bima sudah berada di restoran yang memang sengaja di booking oleh Bunda Sarah untuk acara putrinya. Ale tampak sedang berbincang asik dengan putrinya yang duduk anteng di stroller. Suster Yuli pun berada di dekat mereka sementara Bima duduk di samping Ale sambil matanya terus menatap pad yang tengah menunjukkan laporan di perusahaannya.
Semua meja sudah tertata dengan rapi dan siap. Tak lama deru mobil satu persatu memasuki halaman parkir restoran. Terlihat Bunda Sarah dan Ayah Rehan masuk terlebih dahulu ke dalam restoran. Ayah Rehan menghampiri Bima dan keluarganya sementara Bunda Sarah menemui pegawai restoran terlebih dahulu dan meminta agar hidangan segera di sajikan.
"Gimana keadaan kamu Le? kata Kakak kamu sakit?" Tanya Ayah Rehan begitu sampai di dekat Ale.
"Alhamdulillah mendingan Bang." Jawab Ale yang selalu canggung jika memanggil Bunda Sarah dan Ayah Rehan dengan panggilan Abang dan Kakak karena sudah terbiasa dengan memanggil mereka Om dan Tante karena mereka adalah orang tua dari sahabatnya Dinda.
"Syukurlah. Semoga selalu sehat ya Le. Jaga kesehatan. Apa kamu kelelahan menjaga Keira?" Ayah Rehan.
"Ngga Bang, mungkin karena kelelahan saja karena kemarin kan baru nyampe." Ucap Ale.
"Sayang, gimana kabar kamu sudah lebih baik?" Tanya Bunda Sarah pada Ale ketika percakapannya dengan pelayan restoran selesai.
"Alhamdulillah lebih baik Kak." Ale.
"Jangan terlalu kelelahan ya." Bunda Sarah.
"Iya Kak." Ale.
Kemudian satu persatu semua keluarga masuk ke dalam restoran tersebut. Ada beberapa teman Nayla juga yang Ale kenal. Semua menyapa Ale dan Bima dengan ramah. Walau ada beberapa yang iri dengan pernikahan Ale dan Bima. Karena pesona Bima memang tak dapat di ragukan lagi.
"Tante baik-baik aja kan?" Tanya Dinda.
"Iya Tante baik-baik aja kok." Jawab Ale.
"Aduh, beruntung banget sih Alexa di nikahin om nya Nayla."
"Ish... Sok kalem banget padahal aslinya bar-bar."
"Lebih cocok juga gw tuh yang bersanding dengan Om nya Nayla."
"Ih, geli banget gw denger si Dinda manggil Tante sama Alexa."
Begitulah kira-kira cibiran untuk Ale. Namun Ale tetaplah Ale tak pernah perduli dengan apapun. Sejak dulu Ale selalu saja tak pernah memperdulikan apa yang orang katakan tentangnya.
Semua menikmati makan siang yang sedikit terlambat. Nayla bercengkrama dengan beberapa temannya. Ada keluarga masing-masing juga yang memang sengaja Bunda Sarah undang. Ale merasa perutnya sedikit kurang nyaman setelah mencium berbagai aroma parfum yang mampir di hidungnya.
Bima memperhatikan raut wajah Ale yang berubah. Karena Ale mati-matian menahan gejolak di dalam perutnya. Bima dengan sigap bertanya dan membawa Bima ke toilet.
"Sayang, kamu baik-baik saja?" Bisik Bima.
"Ale mual Mas." Bisik Ale.
"Semuanya kita pamit ke belakang sebentar." Pamit Bima pada yang lainnya.
Bima menggandeng Ale untuk segera ke toilet. Sampai di toilet Ale mengeluarkan semua isi di dalam perutnya. Tanpa merasa jijik Bima membantu Ale dengan telaten. Ale merasa tubuhnya melemas setelah mengeluarkan semua isi di perutnya. Bima merasa prihatin Ale seperti ini karena calon buah hati mereka yang berada di perut Ale.
"Sayang, jangan rewel ya kasian Mommy." Ucap Bima mengelus perut Ale yang masih rata.
Ale tersenyum ketika Bima menunduk dan mencium perutnya.
"Masih kuat berjalan sayang?" Tanya Bima.
"Masih Mas." Jawab Ale lirih.
"Kita pulang saja ya?" Ajak Bima.
"Apa tidak apa-apa. Ale ga enak sama Nayla Mas." Keluh Ale.
"Tapi kamu udah pucat begini loh sayang." Bima.
"Aku ikut Mas aja." Jawab Ale lemas.
Bima kembali keruangan dengan kondisi Ale yang tidak baik-baik saja. Oma Winda melihat keadaan Ale yang begitu pucat.
"Loh Bim, Ale kenapa?" Tanya Oma Winda cemas.
"Ale kurang enak Mi. Kami pamit lebih dulu ya Mi." Bima.
"Apa ga sebaiknya ke rumah sakit aja Bim?" Opa Faris.
"Kita ke rumah saja Pi." Jawab Bima.
"Kamu ini. Ini loh Ale udah pucet begini. Udah langsung bawa ke rumah sakit." Bunda Sarah.
"Ngga apa-apa Kak. Kita ke rumah aja." Jawab Bima.
"Tante yakin mau pulang aja?" Dinda.
"Iya Din. Tante mau rebahan." Ale.
"Ya udah yuk Dinda ikut kalian pulang juga." Dinda.
"Ga usah Din. Aku ga apa-apa kok." Ale.
"Udah ga apa-apa sana pulang saja bersama Dinda. Biar mobil kalian Dinda yang bawa." Oma Winda.
"Suster, ikut pulang juga ga apa-apa takutnya Keira bangun cari Mommy nya." Ucap Oma Winda lagi pada Suster Yuli.
"Baik Nyonya." Suster Yuli.
Mereka pun pulang lebih dulu. Ale hanya diam selama perjalanan pulang. Rasa badannya sudah tak bertenaga lagi. Dengan penuh kelembutan Bima terus mengusap punggung Ale yang berada dalam pelukannya.
Sampai di rumah Bima menggendong Ale ke kamar. Suster Yuli membawa Keira ke kamarnya Keira. Sementara Dinda menyusul Bima dan Ale setelah memarkirkan mobil Bima.
"Tan, ada yang Tante mau?" Dinda.
"Ga ada Din. Aku cuma mau tiduran aja." Ale.
"Mau Dinda pijat?" Dinda.
"Ga usah Din. Titip Keira aja ya." Ale.
"Iya Tan jangan khawatir. Tante istirahat aja. Kalo ada apa-apa aku di bawah ya." Dinda.
"Makasih Din." Ale.
"Din, minta tolong Bibi bikin Air jahe ya. Nanti tolong sekalian antar ke sini sama Bibi." Bima.
"Siap Om." Dinda.
Sementara di restoran setelah makan siang bersama satu persatu teman Nayla pamit bersama keluarganya masing-masing. Kini hanya tinggal Nayla dan keluarga saja. Dan jangan lupakan Firman yang juga masih berada di sana.
"Man, terima kasih ya sudah meluangkan waktunya." Ayah Rehan.
"Sama-sama Bang." Firman.
"Man, kamu belum mau nyusul Bima?" Opa Faris.
"Kalo keinginan sih ada Om. Belum ada perempuannya Om." Firman.
"Tante ga percaya cowok seganteng kamu ga laku Man. Kamu nya aja kali yang ga mau buka hati." Oma Winda.
"Jangan minder dong Man. Ada kok perempuan yang akan tulus sama kamu." Bunda Sarah.
"Iya Kak." Firman.
Nayla memperhatikan Firman yang memang banyak diam sejak pagi tadi mendampinginya. Entah apa yang membuat Firman hanya diam saja Nayla tak tau.
"Yah, Bun. Nay nanti ikut mobilnya Om Firman ya." Nayla.
"Boleh." Ayah Rehan.
Mereka semua pun membubarkan diri. Dan kini Nayla berada di dalam mobil Firman. Seperti biasa Firman hanya diam dan fokus pada jalanan di depan.
"Om," Panggil Nayla.
"Ya." Jawab Firman singkat.
"Om kenapa? Nay lihat sejak pagi Om banyak diam. Apa Om ga suka nemenin Nay?" Nayla.
"Hah!"
🌹🌹🌹