" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pohon alpukat hutan
Antika dan Aldi terkejut mereka saling pandang sesaat lalu kembali lagi menatap layar begitu intens, mereka baru sadar mengetahui mereka bisa menaikan level secepat itu dalam kurun waktu hampir 2 bulan, Antika juga mengecek dompet virtualnya begitu terlihat di layar isi saldonya juga bertambah banyak, Antika jujur belum pernah Antika melihat apalagi bermimpi ingin memilikinya, namun kini dompet virtual itu nyata.
" Mas...apakah tidak masalah dengan keadaan kita yang berubah dengan cepat, Tika takut jadi bahan omongan mereka, mas gak ingat kah ketika Mbah Harjo pernah cerita jika rumah kita pernah di awasi oleh beberapa warga yang penasaran dengan kebun dan keadaan kita!" Keluh ku kepada mas Aldi, Aldi yang melihat hanya memeluk istrinya dan mengusap lembut bahunya.
" Insyaallah gak ma, kan kita emang ada kebun di belakang dan samping rumah, mas punya rencana nanti ingin mengembankannya lagi." Ujar mas Aldi.
" Mas....gimana kalo kita beli ikan, kita dayakan di sini sepertinya bisa kita, cukup membuat kolam di pinggir sungai biarkan airnya mengalir masuk ke kolam, kita cukup memasang jaring kusus aja agar ikannya gak keluar nyebrangin sungai?!" Ujar ku ke pada mas Aldi, mas Aldi menatapku sesaat lalu terdiam sesaat, mungkin memikirkan ide itu.
" Boleh juga ma...besok setelah sarapan kita diskusikan." jawab mas Aldi.
Setelah berbincang sedikit Aldi mengajak istrinya tidur, karena besok banyak pekerjaan yang harus Aldi kerjakan apa lagi, pagar yang akan Aldi perluas, Karena aldi akan menambah beberapa rumah lagi untuk jaga-jaga siapa tua ada yang menikah dan gak mungkin mereka satu atap dengan pria atau wanita lajang lainnya.
Esok harinya Antika sudah ada di kebun, pagi pagi sekali Antika bangun dan mengambil beberapa ubi jalar untuk ia buat sarapan, para wanita pun sudah pada bangun dan sudah ad Adi dapur, ada yang duduk di depan tunggu sambil merebus air untuk membuat kopi atau teh, ada pula yang hanya sekedar duduk untuk menghangatkan diri dan ngerumpi di depan tunggu, suasana di dapur warga itu cukup ramai oleh celoteh dan tawa para wanita.
Sebagian pria sibuk sudah dengan Kampak mereka mereka berkumpul di tumpukan kayu yang sudah di potong menjadi dua kemarin, kini mereka akan memotongnya kembali jadi beberapa ukuran untuk membuat pagar, ada pula yang mengikis beberapa kayu untuk membuat kandang yang di minta Aldi, kandang yang ada sepertinya kurang cukup karena kambing mereka sudah bertambah dua.
Terlihat sekali suasana hangat dan keceriaan di pemukiman baru beberapa hari itu, suasana hangat oleh canda tawa serta dan berlarian serta aktifitas yang tak biasanya mereka lakukan dulu.
" Ayo...ayo...semua ngumpul kita sarapan bersama..." sara lonceng dan teriakan Antika mampu menembus ke sudut desa membuat para pria terkekeh mendengar suara merdu dari sang nona.
Aldi yang mendengar suara lengkingan istrinya hanya menggeleng, ia tau kemampuan istrinya yang memiliki suara power.
Ubi bakar madu di temani kopi dan teh hangat di setiap teko, Antika sengaja membuat satu teko besar untuk kopi dan dua teko sedang untuk teh.
Saat berkumpul Aldi mengutarakan niatnya, dan semua orang mendengarkannya sesama termasuk para wanita yang duduk di bawah yang di kasih tikar untuk alas mereka.
Mereka semua tak ada yang memotong saat Aldi bicara termasuk suara anak-anak yang anteng, sepertinya mereka sudah berhasil di ajarkan oleh Antika tentang tata Krama, dan sopan santun, menghormati seseorang saat bicara atau pun saat melewati orang dewasa dan sebagainya.
Setelah selesai Aldi mengajak yang lain mencari sesuatu di hutan, bukan untuk berburu, melainkan Aldi akan mencari beberapa tanaman yang akan ia Budi dayakan di desa, seperti obat herbal atau pun buah.
" Aldi mengajarkan agar tidak merusak lingkungan.
" Ma...aku dan yang lain pergi dulu." Ujar Aldi ia mengecup kening istrinya, pria yang memliki pasangan pun mengikutinya walau tak tau apa artinya, dan Antika mencium tangan suaminya pun di ikuti oleh yang lain.
Pemandangan Itu menurut mereka sangat unik, para pria yang sudah siap berangkat meninggalkan desa, bukan untuk berperang namun perkumpulan satu warga di dekat pintu pagar seperti mengantarkan mereka pergi berperang aja.
Setelah kepergian pria-pria tangguh, para warga yang tersisa, saling bergotong royong Antika mengarahkan mereka ke sebuah lahan yang sudah siap di tanami padi, dan sebagainnya bibit padi pun ia dapatkan dari ruang kebun virtualnya, persediaan air pun ia sudah siapkan sebelumnya, Antika akan bicarakan kembali denga sang suami agar air sungai bisa di gunakan dengan semestinya Antika melihat pontensi untuk membuat tenaga listrik dengan membuat kincir angin.
Antika mengamati air sungai itu, ia akan coba berjalan-jalan hingga ke ujung sungai entah di mama ujungnya., yang pasti Antika akan memikirkan gimana caranya agar ada penerangan di desa itu.
Di dalam hutan, sekelompok pria berjalan beriringan, semua pria mengunakan topi yang di berikan oleh Aldi, penampilan mereka sangat mencolok di zaman itu, celana cargo panjang, jaket kulit, sarung tangan, dan sepatu boot kusus untuk penyempurna penampilan mereka, beberapa pria gagah dengan tombak menjadi tongkat, ada juga yang menyelempangkan busur serta anak panahnya, dan empat pria termasuk Aldi membawa katana yang di ikat di pinggang mereka agar memudahkan mereka jika mereka terdesak, sepanjang jalan sunyi itu mereka berjalan beriringan, canda tawa mereka memecah kesunyian hutan.
Saat melewati bukit yang cukup tinggi, dan Susana di sana ada jalan setapak yang mereka tebak jalan yang sering di lalui orang-orang untuk berburu.
" Vasco...apa kah di antara kalian biasa mengintai ke arah sana?" ujar mas Aldi kepada sekelompok pria di belakangnya, nama yang di sebut pun maju kedepan.
" Bisa tuan." Jawabnya mantap.
" Aku ikut saudara, jangan kau pergi sendiri kita tidak tua di sana ada apa, aku pintar berpanjat di atas dahan pohon." Ujar satu pria mantan pengembara selatan.
" Baik, kalian kembalilah dengan cepat, jika ada sesuatu tak beres cepat tinggalkan jangan berlama-lama dan membahayakan kalian." Ujar Aldi.
Setelah kepergian dua pemuda kekar itu, Aldi melihat sekeliling hutan, matanya membulat dan tersenyum bulan sabit pun timbul, ia lekas menghubungi Antika, mereka yang melihat Aldi sudah tak heran lagi dengan benda-benda anehnya mereka juga tak ingin kepo.
" Ma...mas..Nemu pohon ini ambil kah atau cari bibitnya." Ujar Aldi tanpa membalas salam istrinya ia nyerocos seperti petasan sangking senangnya.
" Apa sih mas...mbok Yo pelan-pelan.." Omel Antika dari sebrang dan itu pun terdengar oleh yang lain yang membuat mereka terkekeh karena Aldi di omeli istrinya, Aldi tak pernah marah karena Aldi mengajarkan agar tidak menyimpan penyakit hati ada semua, mereka pun sadar ada batasnya juga.
" Itu...coba lihat.mas perbesar." Ujar Aldi, mengarahkan layarnya ke pohon alpokat yang tumbuh lebat.
" Wah...bawa pulang mas...bungkus..." Teriak heboh Antika membuat orang yang melihatnya hanya melongok baru kali ini mereka melihat nona yang kalem itu terlihat girang seperti anak kecil mendapatkan hadiah.
" Oke...tapi mas gimana mau ngambil keranjang?" tanya nya bingung karena hanya melalui cicin Antika dia bisa keluar masuk sedangkan dia tidak memiliki akses nya kecuali Antika mengizinkan walau jarak jauh pun bisa.
" Sebentar mas ku tanya Tejo." Ujar Antika.
" Tejo.." Ucapnya dalam hati.
" Ia nyonya, apakah ada masalah?" tanya Tejo.
" Tuanmu tanya bisa kah dia masuk ke ruang kebun virtual tanpa melalui cicin ku?" Tanyanya serius.
" Bisa nona, kan saya pernah bilang cukup tuan atau nyonya dengan membayangkan saja." ujar Tejo, ternyata Aldi mendengarnya.
Aldi mengikuti ucapan Tejo, ternyata benar ia menghilang, dan itu membuat semua orang panik karena mereka semua tidak pernah melihat Aldi menghilang langsung di hadapan mereka, mereka semua terkejut, melihat kesana kemari.
satu menit kemudian Aldi muncul kembali namun dengan membawa keranjang rotan serbaguna cukup besar menurut yang lain.
" Ketua...anda tidak apa-apa kan, kenapa..tadi anda tiba-tiba menghilang." Ucap salah satu pemuda terlihat sekali wajah mereka yang panik.
" Gak apa-apa, aku hanya mengambil ini saja, kalian bantu aku ambilin buah di sana, cari yang sudah masak." Ujar Aldi sambil berjalan membawa keranjang rotan.
" Kalian bisa bantu aku ambilin buah-buahan itu kumpul ke dalam keranjang ini hingga penuh kalo bisa, untuk kita bawa ke desa." Ujar Aldi sambil menunjuk buah di hadapannya.
" Buah ini sangat pahit ketua, saya pernah memakannya gak enak." Ujar salah satu pemuda membawa tombak.
" Nanti juga kalian tau, dan biarkan istriku yang mengolah pasti enak." Ujar Aldi, karena mereka percaya buatan istri ketuanya mereka bekerja sama mengumpulkan buah alpukat itu.
Dari kejauhan suara daun bergesek menandakan ada langkah kaki mendekat, semua orang waspada dengan senjatanya masing-masing.
" Ketua..." panggil Vasco sedikit berbisik.
" Ada apa Vasco?" tanya Aldi.
" Di sana ada sebuah suku tapi sepertinya hanya beberapa orang entah itu suku atau hanya pengembara yang lewat." Ujarnya, sambil menunjuk ke arah dia datang.
" Jangan kesanan, takutnya mereka suku kanibal." Ujar salah satu pemuda yang membawa katana.
" Benar ketua, kita tidak tau mereka teman atau musuh " jawab pria yang terlihat lebih sangar wajah ya.
" Baiklah, lebih baik kita kumpulin ini buah alpukat nya, dan kita cari anak kan pohon ini untuk kita tanam di desa." Ujar Aldi memerintah semuanya, mereka tak lagi membahas yang lain, mereka langsung bergerak mencari anak pohon yang di maksud Aldi, dan benar saja banyak anak pohon yang tumbuh langsung malah masih menempel pada biji alpukat itu yang jatuh dan busuk.
" Ketua..ini kan buah yang sama dengan itu." Ucap zaro sambil memperlihatkan buah yang sudah tumbuh tunas kepada Aldi.
" Benar ini pohonnya, dapat di mana? Dan ada lagi gak?!" tanya Aldi antusias.
" ada tuan di sepertinya hanya buah jatuh di sekitar pohon."jawabnya. Akhirnya mereka fokus mencari anak pohon itu ternyata benar banyak Aldi mengambil semua dan menatanya di tanah, lalu ia mengibaskan tangannya, Cling, semua tunas itu menghilang di hadapan semua orang, semua orang saling pandang kecuali Aldi, mereka menatap ketuanya yang tersenyum aja.
" Sudah, ingat apa yang kalian lihat anggap aja tak melihatnya." Ucap Aldi dengan tegas menatap satu-satu pria di hadapannya, mereka tau dan tak punya hak apapun, selama mereka masih selamat tidak akan merugikan mereka.
Aldi masih menelusuri hutan itu, ia banyak menemukan beberapa tumbuhan yang sangat bagus, pohon ceri pun tak luput dari jaringannya ia mencari tunas ceri dan menemukannya, semua tumbuhan yang ia dapat ia simpan di ruang kebun virtual. Mereka berjalan menelusuri jalan, namun saat melewati jalan memutar, mereka bertemu beberapa angka kecil yang sedang mencari buah hutan, Aldi mendekat namun langkahnya terhenti karena suara seorang wanita.
Rombongan Aldi menghentikan langkahnya dan menatap ibu dan anak kecil itu.
semangat kak 💞
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰