Turun Ranjang
Fawwas, seorang dokter ahli bedah tidak menyangka harus mengalami kejadian yang menyenangkan sekaligus memilukan dalam waktu yang bersamaan. Saat putrinya dilahirkan, sang istri meninggal karena pendarahan hebat.
Ketika rasa kehilangan masih melekat, Fawwas diminta untuk menikahi sang adik ipar. Dia adalah Aara, yang juga merupakan seorang dokter kandungan. Jelas Fawwas menolak keras, belum 40 hari istrinya tiada dia harus menikah lagi. Fawwas yang sangat mencintai istrinya itu bahkan berjanji untuk tidak akan menikah lagi.
Tapi desakan dari keluarga dan mertua yang tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang lain membuat Fawwas terpaksa menerima pernikahan tersebut. Terlebih, itu juga merupakan wasiat terakhir dari sang istri meskipun hanya tersirat.
Bagaimana Fawwas menjalani pernikahan nya?
Apakah dia bisa menerima adik iparnya menjadi istri dan ibu untuk putrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IB 35: Trauma Sialan
" Ra, kamu kenapa!"
Fawwas berlari ke arah Aara yang saat ini meringkuk di lantai. Istrinya itu menutup kedua telinganya dengan tangan. Tubuhnya gemetar, dan bisa Fawwas ketahui bahwa saat ini Aara kesulitan bernafas. Ini adalah kejadian yang sama seperti saat itu sebelum Aara pingsan.
" Trauma sialan," gumam Fawwas lirih. Ia paham, saat ini Aara sedang ketakutan dengan trauma yang waktu itu dihadapi. Fawwas kemudian mendekap tubuh Aara, tidak banyak bicara, ia hanya mengusap punggung dan menciumi pucuk kepala istrinya tersebut.
Rupanya Aara baru saja membuka ponsel, dan bisa dipastikan bahwa ia membaca berita-berita yang muncul mengenai pernikahan mereka. Sebuah tagline berita membuat Fawwas murka, dan mungkin itu yang memicu ketakutan dari Aara.
PERSELINGKUHAN ANTARA SUAMI DAN ADIK IPAR MEMBUAT ISTRI SAH MENINGGAL SAAT MELAHIRKAN
KEHIDUPAN PRIBADI DOKTER KANDUNGAN YANG MENJADI DURI DALAM DAGING DALAM PERNIKAHAN SANG KAKAK
ADIK IPAR MEREBUT SUAMI DARI KAKAKNYA BAHKAN SAAT ISTRI SAH MASIH DALAM KEADAAN HAMIL
Fawwas langsung mengambil ponsel milik Aara lalu mematikan sambungan internetnya. Ia tidak ingin Aara semakin terpuruk akan hal tersebut. Maka dari itu ia menyingkirkan ponsel milik sang istri untuk sementara ini.
" Ra, tenang ya. Jangan dihiraukan berita-berita itu. Kita kan tahu bahwa berita itu sama sekali tidak benar. Kamu dan aku tidak berselingkuh. Kamu juga tidak merebut ku dari Aira. Jadi jangan dipikirkan ocehan orang-orang tidak bertanggungjawab itu."
Dengan perlahan, Fawwas mengangkat tubuh Aara dan membaringkannya di ranjang. Terlihat wajah Aara yang sangat pucat. Giginya bergemelutuk dan tubuhnya masih bergetar. Sebisa mungkin Fawwas menenangkan tapi Aara sama sekali tidak bisa kembali tenang. Ia malah menggigiti kuku-kuku hatinya yang sudah mepet dan hampir membuatnya berdarah.
" Tidak bisa, jika begini terus dia akan membuat tubuhnya sakit."
Fawwas bangkit dari atas ranjang, dan dengan cepat ia mengambil tas dokternya. Di sana ada beberapa obat yang memang dia bawa salah satunya adalah obat tidur. Fawwas terpaksa menggunakan cara itu untuk membuat Aara tenang. Ya, Fawwas menyuntikkan cairan obat tidur kepada sang istri. Dan lambat laun Aara menjadi lebih tenang karena obat itu mulai bereaksi.
" Aku tidak menyangka bahwa trauma yang diderita Aara masih sebegini parahnya. Aku harus membawa Faizal kesini. Mungkin akan ada obat bagi Aara, meskipun begitu dia juga tidak boleh bergantung dengan obat apalagi saat ini Aara sedang menyusui. Tunggu ... arghhh, kenapa begini lagi. Saat ini kesehatan mental Aara lebih penting. Nei sudah menjalani ASI selama ini, dan saat ini Nei juga sudah makan. Sekarang waktunya bagi Aara. Aku harus lebih memerhatikan Aara."
Fawwas mengusap wajahnya kasar, hampir saja ia kembali egois dengan mengatasnamakan Neida. Selama ini Aara sudah berjuang untuk Neida. Dari seorang gadis menjadi ibu susu, itu bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu Fawwas sungguh ingin Aara mulai memerhatikan dirinya sendiri. Ia ingin Aara segera bisa menyelesaikan traumanya. Bukan untuk dirinya tapi untuk Aara sendiri. Fawwas ingin Aar bisa menjadi Aara yang dulu, wanita muda yang berprofesi sebagai dokter yang hebat dan selalu percaya diri.
Cup!
Fawwas mencium kening Aara dengan lembut. Ini lah yang di takutkan saat berita mengenai dirinya dan Aara mencuat. Pasti pihak perempuan yang selalu digali dan terus dipojokkan.
" Brengsek! Dasar bedebah! Jika aku mendapatkan dalangnya, maka tidak akan kubiarkan dia bernafas dengan tenang. Istirahatlah sayang, banyak sekali beban yang kamu rasakan sekarang. Maafkan aku, aku sungguh minta maaf telah mengabaikan mu selama ini. Dirimu, trauma mu, semua itu membuatku merasa sungguh sakit. Aira, terimakasih. Kamu telah memberikan Aara untukku, kamu mengirimkan wanita yang begitu baik untuk menemaniku. Aku berjanji akan menjaganya. Kau beristirahatlah dengan tenang sayang. Aku akan menjaga adikmu yang saat ini menjadi istriku."
Mungkin Fawwas saat ini baru menyadari, pasti ada maksud lain mengapa Aira meminta dirinya menikah dengan Aara. Dan inilah maksud yang sebenarnya, Aara adalah wanita yang baik, sabar, dan penyayang. Ia sabar menghadapi acuhnya dirinya selama ini. Bahkan saat membuat kesepakatan untuk berpisah setelah akad selesai diucapkan pun Aara sama sekali tidak protes.
Jika wanita lain pasti akan mengamuk, tapi Aara tidak. Dia dengan ikhlas menerima hal tersebut. Bahkan dia rela membuat bentuk tubuhnya berubah untuk menyusui Neida.
" Sebanyak apa aku mengucapkan maaf dan terimakasih, mungkin tidak akan bisa cukup dengan semua yang sudah kau berikan kepada kami, Ra. Kamu adalah wanita hebat, dan aku bangga menjadi suamimu."
TBC
kita pasti bisa...
memang betul trauma seseirqng akan susah untuk di lupakan...memakan waktu...
itu juga ku alami sendiri,sampai skrng masih harus pergi kaunseling..untuk menyembuhkan rasa trauma yg sdh 2 thn lbh...hhuuuffzz.../Sweat/
skrng tugasmu untuk memulihkan keadaan...