DEWA DI DUNIA ASING

Tiga hari telah berlalu sejak kejadian di Dungeon Kabut. Sejak saat itu, nama Xiao Chen mulai terdengar di berbagai penjuru kota Grayhelm, terutama di kalangan para petualang muda. Meski tidak semua percaya, mereka yang menyaksikan sendiri atau mendengar langsung dari Miya dan rekan-rekannya tahu bahwa petualang misterius itu benar-benar bukan orang biasa. Mitos tentang seorang pemuda berpakaian sederhana yang mampu menaklukkan monster peringkat A sendirian mulai beredar, dibumbui dengan berbagai versi dan spekulasi liar.

Namun, bagi Xiao Chen, semua itu tidak penting. Ia hanya duduk bersila di halaman belakang penginapan kecilnya, memejamkan mata, menyerap energi spiritual dari udara yang tipis di dunia ini. Dibandingkan dengan alam kultivasi tempat asalnya, energi dunia ini seperti setetes air di padang pasir. Tapi karena tubuh dan tekniknya terlalu tinggi, bahkan satu tetes pun bisa dimanfaatkan sepenuhnya.

Ia menarik napas dalam, dan tubuhnya dikelilingi oleh pusaran angin kecil yang nyaris tak terlihat. Energi spiritual bergerak seperti aliran air, masuk ke dalam meridiannya, membersihkan dan memperkuat tubuh mudanya. Ia sudah terbiasa menyesuaikan tubuhnya agar dapat menyerap energi dari dunia ini. Teknik yang ia ciptakan sendiri, "Penyerap Dimensi Rendah," bekerja dengan cara mengkonversi energi dunia rendah menjadi energi kultivasi murni. Teknik ini dulunya hanya teori, tapi sekarang, di dunia asing ini, teknik itu menjadi penyelamat utama.

“Pecahan jiwa Raegar...” gumamnya dalam hati. “Berarti Raja Kegelapan yang disebut-sebut bukan sekadar legenda. Dunia ini menyimpan sejarah yang dipalsukan oleh mereka yang disebut pahlawan.”

Langit cerah, angin berhembus lembut. Tapi suasana damai itu terganggu oleh suara derap kaki kuda dari arah gerbang kota. Irama yang teratur dan berat menunjukkan bukan sekadar kafilah dagang atau rombongan petualang.

> “Pengawal kerajaan?” gumam Xiao Chen pelan, membuka matanya. Ia tidak bangkit, hanya menunggu.

Dari arah gerbang kota Grayhelm, rombongan kereta megah berwarna biru tua dengan lambang bintang enam sisi di sisinya masuk perlahan. Lambang itu dikenal semua orang. Akademi Aggrale, akademi sihir terbesar dan paling bergengsi di seluruh benua. Bagi rakyat biasa, akademi itu adalah simbol harapan dan kemajuan. Bagi para bangsawan, akademi itu adalah tempat perebutan kekuasaan baru.

Delegasi Akademi

Di dalam aula utama Guild Petualang Grayhelm, ketegangan melanda. Lira, wakil kepala guild, berdiri tegak dengan postur penuh hormat di hadapan seorang wanita muda berpakaian biru-putih dengan jubah panjang elegan. Wanita itu adalah Serenia Calvane, Instruktur Tinggi Akademi Aggrale, dan salah satu dari 10 penyihir muda terkuat di kerajaan manusia. Di belakangnya, dua pengawal berjubah hitam berdiri kaku, memegang tongkat sihir dari kristal hitam.

> “Kami menerima laporan bahwa seorang anak muda membersihkan Dungeon Kabut sendirian,” katanya pelan. “Kami ingin melihatnya.”

Lira menghela napas. “Dia... tidak begitu mudah dijangkau.”

> “Kami tidak sedang meminta izin.”

Senyum tipis yang menyeramkan muncul di bibir Serenia. Aura sihirnya meningkat seketika, membuat beberapa meja di guild berderak pelan. Para petualang yang berada di sana menahan napas, dan beberapa bahkan mundur selangkah.

Namun, sebelum aura itu meledak, sebuah suara dalam dan tenang terdengar dari arah pintu belakang.

> “Kalau kalian mencariku, tak perlu membuat keributan.”

Xiao Chen berdiri di ambang pintu, mengenakan jubah hitam polos yang sudah mulai memudar warnanya. Matanya menatap langsung ke mata Serenia, tanpa rasa takut, tanpa rasa kagum, hanya datar. Tatapan yang membuat Serenia, seorang penyihir yang terbiasa dipuja dan ditakuti, merasa seolah sedang diamati oleh predator yang jauh lebih kuat.

Pertemuan Pertama

Serenia menatap pemuda itu. Matanya menyipit. Aura dari Xiao Chen—meski tampak tidak mengancam—memberikan tekanan tak kasat mata yang membuat ruang seakan sedikit lebih sempit. Ia pernah bertarung melawan penyihir dari Kekaisaran Utara, melawan binatang sihir peringkat SS, dan bahkan memimpin satu pasukan di wilayah perbatasan. Tapi anak ini, yang tampak berusia lima belas tahun, tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun.

> “Kau Xiao Chen?”

> “Ya.”

> “Aku Serenia Calvane. Instruktur dari Akademi Aggrale.”

> “Dan?”

Serenia berkedip. Ia tidak menyangka bocah ini akan menjawab seenaknya. Di belakangnya, salah satu pengawal bergerak, mengangkat tongkat.

> “Jaga sopanmu, bocah.”

> “Kau bicara terlalu banyak.”

Satu jentikan jari. Angin tajam melesat dari arah Xiao Chen, melewati pipi pengawal itu dan memotong sedikit rambutnya. Dalam sepersekian detik, semua orang terdiam. Darah tidak mengucur, tapi ketegangan membeku.

Serenia menahan pengawalnya yang hendak menyerang balik.

> “Kami tidak datang untuk berkelahi. Aku hanya ingin menawari kesempatan. Akademi kami mencari bakat-bakat baru. Dan setelah melihat laporan, aku ingin mengundangmu menjadi siswa khusus.”

Xiao Chen terdiam sejenak. Ia menimbang. Akademi. Informasi. Koneksi. Misi Elvira.

> “Apa keuntungannya?”

> “Akses ke perpustakaan sihir kuno. Lokasi artefak yang tersegel. Dan tentu saja, legalitas gerakanmu di seluruh wilayah kerajaan.”

Itu terdengar menarik. Terutama akses ke informasi kuno. Xiao Chen tahu, jika ingin mengungkap kebenaran tentang masa lalu dunia ini, ia perlu tahu versi sejarah yang tidak diajarkan pada rakyat biasa. Lebih dari itu, berada di tengah-tengah sistem kekuasaan memberi banyak kesempatan untuk menghancurkannya dari dalam, jika perlu.

> “Baik. Aku setuju. Tapi...”

Ia menatap Serenia dalam-dalam.

> “Aku masuk sebagai murid kelas terendah. Biarkan aku melihat dunia ini dari bawah. Dan jangan beri perlakuan khusus.”

Serenia tampak terkejut. Tapi ia tidak membantah. Baginya, keanehan bocah ini hanya menambah misteri.

> “Sesuai keinginanmu.”

Malam Sebelum Keberangkatan

Malam itu, Xiao Chen menatap langit dari atap penginapan. Di bawah, Miya dan dua rekannya bersiap untuk kembali ke akademi. Mereka kini sudah menjadi bagian dari kehidupan Xiao Chen, entah bagaimana. Mereka lucu, ceroboh, dan tidak menyadari bahwa mereka berteman dengan dewa yang menyamar sebagai manusia.

Elvira mengirim pesan lewat cermin komunikasi. “Semua sudah disiapkan di kastil. Aku akan memulai perekrutan. Dunia ini akan berubah, dan aku ingin memastikan kita yang memegang kendali.”

Xiao Chen mengangguk pelan.

“Mulai dari sini... rencana besar dimulai,” gumamnya.

Dan begitu malam berganti pagi, perjalanan menuju Akademi Aggrale pun dimulai.