Rosa Casario, meninggalkan semua kemewahan dari keluarganya demi menikahi pria yang sangat dia cintai, Andre. Namun Lima tahun berlalu tanpa ada masalah berarti, Rosa mendapatkan pesan dari seseorang, memintanya datang ke sebuah hotel bahkan memberikan kartu kamar hotel.
Ternyata, dia memergoki suaminya Andre sedang bercumbu dengan Sandra. Teman baiknya dan juga anak ibu asrama tempat dia tinggal saat kuliah dulu.
Bak disambar petir. Hati Rosa sungguh hancur. Namun dia berusaha memberi suaminya kesempatan, hanya saja ternyata sang suami benar-benar menyembunyikan perselingkuhan itu. Rosa pun memutuskan untuk pergi, dan merencanakan sesuatu yang akan membuat suaminya menyesal sepanjang waktu, dengan bantuan seseorang yang pernah menyatakan cinta padanya saat mereka kuliah dulu. Meski sempat menghilang beberapa tahun, pria itu kembali datang membantunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Ketahuan
Beberapa hari berlalu, Rosa sungguh tidak membiarkan dirinya terpengaruh oleh pesan-pesan yang setiap hari masuk ke ponselnya. Mengatakan kalau suaminya telah berselingkuh, dengan wanita yang dengan begitu bangga itu mengatakan telah merebut hati suami Rosa dari Rosa.
Rosa bersama ibu mertuanya sedang berbelanja di sebuah minimarket. Bersama dengan putrinya juga.
Namun seseorang dengan hoodie hitam dan kacamata, seorang pria. Tampak menghampiri Rosa dan memberikan sebuah kartu kamar juga secarik kertas.
"Hei..."
Rosa yang berada cukup jauh dari ibu mertuanya dan anaknya membuka kertas itu. Sebuah kartu kamar membuat wajah Rosa terlihat kesal.
'Ingin tahu kebenaran tentang suamimu? datanglah ke hotel Horizon, kamar 177. Ini kartu kamar cadangan kamar itu'
Rosa meremass kertas itu. Kenapa semakin menjadi-jadi orang iseng itu. Sampai memberikan kartu kamar.
Ting
Notifikasi pesan terdengar di ponsel Rosa. Sebuah foto tempat tidur di hiasi kelopak bunga mawar. Dikirimkan lagi oleh wanita yang mengaku telah merebut hati suaminya itu.
'Suamimu sedang bersamaku, sepertinya malam ini dia tidak akan pulang'
Tangan Rosa menggenggam erat ponsel yang dia pegang itu. Pikirannya saat ini benar-benar kacau.
Wanita itu mengirimkan pesan lagi. Dan jas serta kemeja itu, dan dasi yang dipamerkan wanita itu memang adalah pakaian yang tadi pagi di pakai oleh suaminya. Rosa sendiri yang pilihkan dasi itu dan memakaikannya pada suaminya.
Rosa berpikir, setidaknya dia harus mengecek kebenarannya. Bukan tidak percaya pada suaminya, tapi semua bukti itu terlalu membuatnya gelisah.
Rosa menghampiri ibu mertuanya.
"Bu, Nesia... Nesia dia ada di rumah sakit. Apa aku boleh kesana, dia lupa bawa kartu kredit" kata Rosa menggunakan sahabatnya Nesia sebagai alasan dirinya bisa menyelidiki suaminya.
"Dia sakit apa? apa ibu perlu ikut kesana?" tanya ibu mertua Rosa.
"Tidak Bu, aku saja. Apa boleh aku titip Violet...."
"Nak, Violet itu cucu ibu. Kenapa bicara seperti itu. Pergilah, hati-hati ya!" kata Aliyah.
Rosa pun mengangguk dan tersenyum pada ibu mertuanya. Dia juga mencium pipi putri kecilnya itu.
Langkahnya terlihat begitu cepat. Dia memesan sebuah taksi, menuju hotel Horizon. Rosa tidak berani memikirkan apapun. Dia benar-benar hanya melangkah, sambil sesekali meremas tapi tas tangannya itu.
Hingga dia tiba di hotel Horizon, dia mulai masuk ke dalam lift. Menekan angka 17, yang membuat jantungnya semakin berdebar kencang. Entahlah, dia sama sekali tidak berani menduga-duga. Tapi, untuk percaya sepenuhnya kepada suaminya, rasanya juga tidak bisa.
Ting
Pintu lift terbuka, langkah Rosa sungguh semakin berat. Perlahan dia menyusuri koridor, mencoba mencari kamar 177 seperti yang tertulis di kertas itu.
Deg
Nomor kamar itu benar-benar ada. Saat ini, bahkan Rosa sudah berdiri tepat di depan pintu kamar dengan nomor 177 itu.
Telapak tangan Rosa terasa semakin dingin. Kakinya juga rasanya lemas. Padahal, dia belum tahu apa yang ada di dalam. Hanya saja, saat ini nalurinya sebagai seorang istri merasa kalau akan ada sesuatu yang akan sangat mengejutkannya dan membuat hatinya hancur ketika dia membuka pintu itu.
Sebelumnya tidak pernah seperti ini. Tapi kali ini, dia merasa akan sangat terluka.
Bip
Benar-benar terbuka. Tangan Rosa gemetar, bahkan rasanya begitu berat sekali untuk bisa mengangkat tangannya menuju ke gagang pintu yang ada di hadapannya itu.
Rosa membuka pintu itu perlahan. Itu hotel mahal, di mana tidak akan ada suara deritan pintu jika pintu terbuka.
"Mas, pelan-pelan!"
"Siapa suruh kamu menggodaku"
Deg
Air mata Rosa tiba-tiba lolos begitu saja. Padahal, tadi sama sekali dia tidak ingin menangis. Namun, begitu mendengar suara suaminya membalas suara seorang wanita yang cukup familiar di telinganya. Air matanya tiba-tiba menetes begitu saja.
'Mas...' lirihnya dalam hati.
"Agkhhh, mas... Agkhhh!"
Rosa semakin terisak, tapi dia membungkam mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangannya.
"Kenapa tidak bisa lembut, agkhh sakit mas"
"Bukannya kamu bilang, kamu suka yang seperti ini!"
Rasanya kedua kaki Rosa sungguh tidak mampu menahan bobot tubuhnya yang hanya 58 kilogram itu. Rasanya dia sungguh tidak sanggup berdiri.
Rosa benar-benar tidak bisa berdiri lagi, itu suara suaminya. Dan jelas itu suara hentakan yang membuat hatinya begitu hancur.
Rosa tak sanggup lagi, dia berbalik dan segera meninggalkan kamar itu. Dia tidak melihatnya, tapi dia mendengarnya. Dan itu sangat jelas. Itu suara suaminya, dan benar-benar suara Sandra. Teman baiknya, yang bahkan dia sendiri yang mengenalkan teman baiknya itu kepada suaminya untuk meminta pekerjaan karena Sandra sedang kesulitan mencari pekerjaan, satu tahun yang lalu.
Hatinya sungguh hancur. Rumah tangganya baik-baik saja. Suaminya begitu mencintainya, suaminya selalu bersikap dan berkata lembut padanya. Ternyata, meski suaminya sangat mencintainya, bukan jaminan suaminya tidak selingkuh.
Hati Rosa luluh lantah, rasanya sudah tak berbentuk lagi. Dunia seolah berhenti bagi Rosa. Rasanya dia bahkan tidak mampu lagi untuk bernafas.
Langkahnya limbung, dia berusaha pergi dengan cepat dari tempat itu. Tidak ingin berada di tempat itu, tapi langkahnya sangat berat. Bahkan sangat sangat berat.
Rosa pergi dari hotel itu. Dia pergi ke sebuah taman yang sepi, di sebuah gang yang begitu sepi. Dia berjongkok dan menangis sejadi-jadinya di tempat itu.
Dia mencoba untuk tidak mengingat apa yang dia dengar tadi. Tapi entah kenapa suara suaminya dan Sandra terus terngiang di telinganya. Terus berputar di pikirannya. Membuatnya sesak. Membuat kepalanya terasa begitu berat, rasanya dia tidak bisa menahan semua ini.
"Hiks... Hiks...." Isak tangis Rosa begitu memilukan.
Dia bahkan mulai kesulitan bernafas. Bajunya juga sudah basah dengan air mata. Kedua tangannya bahkan tidak mampu menyeka air matanya. Kedua tangan itu sudah penuh dengan air mata.
Kenapa? hanya itu yang ada di kepala dan hatinya. Kenapa? kenapa rumah tangganya yang baik-baik saja, bisa hancur seperti ini. Dan orang itu adalah orang yang seharusnya berpikir ratusan kali, karena Rosa sudah sering sekali membantunya dan menyelamatkannya. Kenapa wanita itu malah merayu suaminya. Dan kenapa, suaminya juga bisa jatuh ke pelukan wanita itu, kenapa?
Pedih rasanya, sakit sekali, begitu pilu dan perih. Rosa bahkan tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun dari mulutnya. Semua ini terlalu menyakitkan baginya.
Rosa hanya menangis, dan terus menangis. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia benar-benar hanya bisa menangis.
Ponsel Rosa berdering.
Rosa melihatnya, itu Nesia.
[Halo Rosa, ibu mertuamu menghubungiku. Dia bertanya apa kamu masih bersamaku, aku bilang iya. Sebenarnya kamu kemana?]
"Nesia... hiks... Hiks..."
[Rosa, kamu dimana? Rosa?]
***
Bersambung...
blmagi yg godain, ngerasa g mau cape. mau enaknya aja. bege. pea
emang ga terngiang ngiang desahan dan teriak. mereka pas lagi bercinta
OMG