Erlan Trijaya adalah seorang perawat dan suami dari Yasmin Suryoprojo. Pernikahan mereka tidak direstui karena Erlan hanyalah seorang pria miskin. Tapi, cinta Yasmin yang besar kepada Erlan membuat wanita itu tetap mempertahankan Erlan disisinya.
Erlan selalu dihina oleh Sonya Ningrum, ibu dari Yasmin karena statusnya yang hanya sebagai pegawai rendahan. Bahkan Sonya berusaha memisahkan Yasmin dan Erlan.
Hinaan dan fitnahan terus Erlan terima dari keluarga sang istri. Namun, suatu ketika karena sebuah peristiwa membuat Erlan memiliki ingatan dokter genius. Dan, setelah itu, semuanya berubah. Erlan dari seorang perawat menjadi dokter yang dikenal dan disegani.
" Aku akan membalas sakit hatiku, bukan hanya itu. Siapa yang merendahkan aku dan istriku, kalian akan menerima akibatnya."
Bagaimana kisah Erlan?
Author baru pertama kali membuat genre Fiksi Pria, jika ada saran dan kritik silakan komen dengan sopan 🙏
Yook diikuti. Jangan lupa Like, komen, dan subscribe ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menantu Terhina 35
3 hari berlalu, RS Awal Brown terlebih bagian ER sedang tidak baik-baik saja. Apalagi sang bos tidak tampak. Ya, Erlan tak kunjung keluar dari raung rawat sang istri. Yasmin yang sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa nyatanya belum bangun juga.
" Will, tidak ada yang salah dengan operasinya! Kenapa Yasmin tidak segera bangun!"
Erlan kalap, berkali-kali dia melakukan pemeriksaan terhadap Yasmin tapi sang istri belum kunjung tersadar.
Baru kali itu Willy melihat Erlan sangat ketakutan terhadap sesuatu. Selama ini Willy melihat Erlan selalu tenang. Pria tersebut selalu bisa menghadapi apapun dengan kepala dingin.
" Lan, tenang. Yasmin memang sudah baik-baik saja. Tapi ... entah mengapa dia belum juga ingin bangun."
" Tidak mungkin kan Yasmin koma? Jawab Wil!"
Erlan mengacak rambutnya dengan kasar. Dia bahkan menghantuk-hantukkan kepalanya di dinding. Air mata Erlan luruh saat itu juga. Willy yang hendak menghalangi urung dan memilih diam ditempatnya berdiri.
" Sayang, dek, Yasmin, bangun yuk. Kamu sudah tidak apa-apa sayang. Semua sudah hilang, penyakitmu itu juga sudah tidak ada. Dek, sudah 3 hari lho ini. Sayang please, bangun."
Erlna semakin tergugu di samping tempat tidur Yasmin sambil menggenggam erat tangan istrinya. Willy memilih keluar dari ruang tersebut. Di luar ruangan Han dan Tian menatap Willy, dan sang dokter hanya menggeleng kecil.
Erlan terus menciumi tangan dan wajah istrinya. Dia jelas tahu kondisi ini, istrinya koma. Itu lah yang terjadi dengan Yasmin. Erlan sungguh tidak tahu mengapa semua ini terjadi. Ia sangat yakin operasinya tidak ada yang salah. Semua berjalan dengan lancar, atau dengan kata lain operasinya berhasil dengan hasil yang sangat baik.
" Apanya yang genius? Apanya yang hebat? Membangunkan istriku saja aku tidak bisa! Gobloook!"
Erlan memaki dirinya sendiri. Seketika ketakutan menjalar dalam dirinya. Ia takut kalau Yasmin tidka akan pernah bangun.
" Sayang, please ... bangun. Mas nggak bisa kayak gini sayang. Please ... ."
Mas ... mas, aku bangun mas. Tapi, kenapa mas nggak bisa mendengarkan aku? Mas, jangan menangis, aku mohon. Jangan nangis mas.
Erlan sedikit terkejut saat air mata Yasmin mengalir melewati pipi. Ia langsung mengusap perlahan dan mencium kelopak mata istrinya. Ia tahu, Yasmin pasti mendengar setiap apa yang dia katakan. Erlan terus berbicara dan dia menghentikan tangisnya sendiri.
Yasmin memang mendengar setiap apa yang Erlan katalan, tapi dia tidka punya daya dan kekuatan untuk bisa membuka mata. Jangankan itu, untuk menggerakkan jari-jarinya pun ia tidak sanggup.
Aku kenapa tidak bisa bangun? Ada apa ini?
Yasmin dalam kondisinya itu bisa melihat dna mendengar setiap apa yang suaminya katakan. Tapi benar-benar dia tidak mampu untuk bergerak.
Tak berselang lama sebuah panggilan seorang perawat mengharuskan Erlan untuk menuju ER. Ada sebuah kasus kecelakaan yang membutuhkan dia ada di sana. Yasmin bisa melihat sang suami pergi dengan mengenakan jas dokternya. Dan ia juga bisa melihat Tian masuk untuk menjaganya.
Namun tiba-tiba ia kembali tertidur. Dalam tidurnya, Yasmin melihat kedua orang tuanya. Ia melihat Haryo dan Sonya yang tengah duduk di sebuah taman. Di sana dia melihat dirinya sendiri saat masih kecil.
" Mami ... papi, sakit. Badanku sakit semua hu hu hu."
Yasmin kecil menangis, tapi baik Haryo maupun Sonya hanya bergeming. Mereka bahkan tidak menoleh sedikitpun.
" Mami ... Yas sakit mi. Tolong Yas mi, mami hiks. Yasmin sungguh kesakitan."
Yasmin kecil semakin kuat menangis tapi sungguh Sonya sama sekali tidak terganggu dengan tangisannya. Tapi ia melihat Haryo bangkit, sebuah senyuman terbit di bibir Yasmin. Akan tetapi gadis kecil itu kembali tersedu saat Haryo dibawa pergi oleh Sonya.
Yasmin kecil menangis sejadi-jadinya. Ia sangat sedih karena kedua orang tuanya tak lagi peduli. Tapi tiba-tiba sebuah sentuhan lembut menghangatkan hati nya.
" Jangan menangis sayang. Ada ibu disini."
" Ibu?"
Yasmin melihat wajah wanita itu, tapi ia tidak bisa melihatnya dengan jelas. Namun, sebuah perasaan tenang dan damai bisa ia rasakan. Bahkan Yasmin kecil terlelap di sana.
Siapa, kamu siapa? Ibu? Bukankah ibuku Sonya. Lalu, kamu siapa?
Tian terkejut saat air mata Yasmin keluar. Ia secepatnya menghapus air mata itu.
" Bangunlah kak, kasian Tuan. Ayo bangun."
TBC
