Tidak ada yang lebih menyakitkan dari penghianatan oleh orang-orang yang kita cintai. Namun hal ini harus dirasakan oleh Amira Febriana Tridigara, Seorang istri yang harus menerima penghianatan besar dari suami dan gadis muda yang telah di rawatnya sejak masih Bayi.
Akankah Amira memaafkan penghianatan itu, Atau justru membalas penghianatan mereka dengan sangat kejam?
Add FB : I'tsmenoor
Follow Instagram : @_itsmenoor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbanding Terbalik 3
Tanpa menemui Sofyan terlebih dahulu, Sherly berlari meninggalkan rumah sakit. Ia mengendarai mobil yang biasa digunakan oleh Sofyan yang masuk dalam harta gono gini dengan Amira.
Dengan kecepatan tinggi Sherly mengendarai mobil tanpa tahu kemana arah tujuan. Hati dan pikirannya begitu kacau memikirkan bagaimana nasibnya kedepan. Setelah Sofyan kehilangan pekerjaan dan kekayaannya kini Sofyan terbaring tak berdaya. Sementara dirinya merasa masih sangat muda untuk mengabdikan diri merawat Sofyan yang entah bisa kembali normal atau tidak.
"Aku tidak bisa menghabiskan masa muda ku hanya untuk mengurus Mas Chalid, Aku tidak bisa..." ucap Sherly dengan perasaan paniknya. Disaat bersamaan pula, Sebuah truk tronton panjang melintas di depannya dengan klakson yang begitu kencangnya. Namun mobil yang sudah terlalu dekat membuat Sherly tidak bisa mengendalikan mobilnya.
"Aaaaaaaaaa....!!!" Mobil pun menabrak badan truk hingga tubuh Sherly tergencet kursi kemudi.
"Ibuuuuuu...." ucap Sherly dengan sisa tenaganya sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
Suasana lalu lintas pun menjadi riuh dengan banyaknya kendaraan yang membunyikan klakson. Beberapa orang berlari mendekati mobil dan menyelamatkan Sherly dari dalam mobilnya. Tak lama kemudian mobil polisi pun datang ke lokasi dan di susul mobil ambulance yang datang membawa Sherly ke rumah sakit.
"Sherlyyy..." teriak Amira yang terbangun dari mimpinya. Keringat dingin bercucuran membasahi dahi dan tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang mengingat mimpi yang baru di alami.
"Ada apa dengan Sherly kenapa Aku tiba-tiba bermimpi tentangnya?" batin Amira yang kemudian melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
"Apa yang ku pikirkan. Sherly pasti sudah bahagia bersama Mas Sofyan jadi untuk apa Aku mengkhawatirkannya." batin Amira yang kemudian menganggap mimpi itu hanya bunga tidur.
•••
Pagi harinya Ammar menepati janjinya. Bahkan Ia datang sebelum jam sepuluh pagi. Dengan memadukan gaya smart casual Ammar terlihat semakin tampan. Dengan penuh percaya diri, Ammar turun dari mobil dan membuka kacamata hitamnya.
Jebrettt...!!!
Amira yang mendengar suara pintu mobil di tutup mobil di tutup,
Berlari mendekati jendela, Ia membuka tirai untuk melihat siapa yang datang, Melihat Ammar melangkah masuk, Amira yang belum bersiap pun berlari ke kamar untuk bersiap.
"Bibiiii... Buka pintu dan katakan Aku sedang bersiap." teriak Amira sebelum memasuki kamarnya.
"Iya Non..." dengan patuh Bibi membuka pintu dan mempersilahkan Ammar masuk.
"Silahkan duduk dulu Mas Ammar, Non Amira sedang bersiap."
"Terimakasih Bibi..." dengan senyum ramahnya, Ammar pun duduk melihat kearah tangga. Rasanya tak sabar lagi menantikan pujaan hati.
"Mau di kenalin sama ibunya ya Mas?" tanya Bibi sembari meletakkan segelas teh yang sudah ia buatkan.
"Iya Bi, Doain yah..."
"Iya, Bibi Doain semoga ibunya Mas Ammar menerima Non Amira seperti Mas Ammar menerimanya."
"Aamiin Bi..." obrolan itu pun terhenti ketika Amira menuruni anak tangga.
Penampilan Amira yang tak seperti biasanya membuat Ammar langsung beranjak dari duduknya. Ia melangkah menyambut Amira tanpa sedikitpun melepaskan pandangannya. Membuat Amira yang menerima tatapan demikian merasa nervous hingga membuatnya nyaris terjatuh.
"Ahhh..." dengan tenang dan nyaris tanpa ekspresi, Ammar menangkap tubuh Amira dan terus menatapnya tanpa berkedip sedikit pun. Ammar benar-benar terpesona dengan kecantikan Amira yang berbeda dari biasanya.
"Ammar..." lirih Amira mencoba melepaskan diri dari tangan Ammar yang melingkar di antara dada dan perutnya untuk menahan tubuhnya supaya tidak tersungkur. Namun Ammar masih tetap diam menatap Amira.
Bertatapan dengan Amira dari jarak yang begitu dekat untuk pertama kalinya membuat Ammar benar-benar terhipnotis oleh kecantikan dan perasaannya yang tengah menggebu untuk Amira.
Bersambung...