NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:482k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahagia * Terluka

Matahari sudah mulai naik, jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Malik bersiap hendak menjemput Hanifa di butik, ia merapikan penampilannya sekilas, menyisir rambut dan menyemprotkan sedikit parfum yang sengaja ia bawa dari rumah. Sebuah senyum simpul terbit di wajah tampannya. Ia merasa senang, gugup sekaligus campur aduk. Ia harap Hanifa akan menerima lamaran yang ia ungkapkan seminggu yang lalu. Lamaran yang begitu ia harap akan disambut dengan baik oleh Hanifa. Ia telah siap menjadi Imam dan kepala keluarga, bertanggungjawab menjaga dan melindungi Hanifa dan Arif.

''Aku titip Perusahaan lagi hari ini. Aku akan keluar, cuma sebentar.'' lontar Malik kepada Abdillah. Ia masuk begitu saja ke ruangan Abdillah. Abdillah tampak fokus dengan leptop yang ada di hadapannya.

''Baiklah. Bos mah bebas. Ckckck ... Emang Tuan mau ke mana?'' balas Abdillah di sertai kekehan kacil. Ia menutup leptop pelan, pandangannya beralih kepada Malik yang telah duduk di kursi di depan meja kerjanya. Ia sudah tahu Malik akan pergi ke mana, tapi, ia pura-pura tidak tahu.

''Aku akan pergi bertemu wanita istimewa ku. Do'akan semuanya lancar.'' ucap Malik bersemangat dengan binar bahagia.

''Iya. Itu pasti, semoga semuanya berjalan dengan baik Tuan.'' balas Abdillah lagi. Abdillah merasa begitu lega, melihat wajah dan mata Malik yang berbinar bahagia menyebut wanita istimewa, ia yakin, cinta Malik begitu besar dan tulus untuk Hanifa.

''Baiklah. Urus semuanya, ya. Aku pergi.''

''Baiklah. Pokoknya semua urusan perusahaan aman.'' jawab Abdillah mantap. Lalu Malik beranjak dari ruangan Abdillah. Ia berjalan menuju mobilnya.

***

Di butik, Hanifa juga tengah bersiap-siap menunggu kedatangan Malik. Butik tampak masih sepi, hanya ada sekitar empat orang pengunjung yang sedang memilih pakaian dan barang-barang yang tersedia di butik. Hanifa duduk di depan meja kasir di hadapan Hamidah.

''Udah cantik aja, kamu mau ke mana Hanifa?'' tanya Hamidah sembari menatap penampilan Hanifa. Hanifa terlihat sangat cantik dengan gamis set jilbab lebarnya, sebuah tas kecil telah bertengger di bahu.

''Aku mau keluar sebentar Teh. Titip butik, ya.''

''Oke. Baiklah. Kamu mau keluar sama siapa Hanifa?''

''Ada, sama seseorang. Aku sedang menunggu jemputan.''

''Oohh ...'' Hamidah mengangguk kecil tidak bertanya lagi.

Tidak lama setelah itu Hanifa menerima sebuah pesan. Ponsel yang ada di genggamannya bergetar. Ia membuka pesan itu.

[Aku sudah ada di luar] Hanifa membaca pesan yang dikirim Malik, sebuah senyum tersungging di bibirnya. Ia lalu berdiri, bersiap keluar.

''Aku pergi Teh.'' pamit Hanifa.

''Iya. Hati-hati dan jaga diri baik-baik ya.'' pesan Hamidah lalu ia melambaikan tangannya melepas kepergian Hanifa.

Begitu Hanifa sudah sampai di luar butik, ia melihat mobil mewah milik Malik telah terparkir, ia berjalan pelan menuju mobil dengan perasaan deg-degan. Yang membuatnya deg-degan adalah karena Malik yang berdiri tepat di depan mobil dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku jas. Malik tersenyum manis ke arah Hanifa, ia tampak sangat tampan bak aktor ternama, membuat dada Hanifa berdebar semakin cepat.

''Sudah lama?'' Hanifa berbasa-basi saat ia sudah berdiri di dekat Malik.

''Baru aja sampai. Silahkan masuk.'' Malik membuka pintu mobil untuk Hanifa.

''Terimakasih.'' ucap Hanifa ketika ia sudah duduk di kursi mobil.

Malik melajukan kendaraan roda empat miliknya menuju restoran yang ada di pinggir kota. Hening tercipta diantara keduanya, pasangan yang tidak lagi mudah itu tengah sibuk meredam gejolak yang begitu membara yang mereka rasa.

Begitu sudah sampai di pelantaran Restoran.

''Langsung ke tepi danau aja, aku masih kenyang.'' ujar Hanifa saat Malik hendak menuntun nya ke dalam restoran.

''Yakin?'' tanya Malik.

''Iya.''

''Baiklah, ayo ...'' Malik dan Hanifa berjalan berdampingan menuju danau yang ada di dekat restoran.

Begitu sudah sampai di tepi danau, Malik dan Hanifa duduk di bangku kayu yang terdapat dibawah pohon rindang, bangku yang sama tempat Malik mengungkapkan isi hatinya dulu. Hanifa menatap danau dengan senyum yang tersungging, Malik pun sama. Beberapa menit tercipta jeda di antara keduanya, tidak ada yang bersuara. Hingga akhirnya.

''Bagaimana?'' tanya Malik lembut. Ia sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban Hanifa. Ia mengalihkan tatapannya ke samping, menatap Hanifa lekat. Hanifa menarik nafas dalam lalu menghembuskan secara perlahan. Hanifa menunduk dengan jarinya yang satu memutar-mutar cincin yang ada di jari manisnya. Malik menatap cemas melihat Hanifa yang seperti handak melepaskan cincin pemberian nya. Kalau sampai cincin itu terlepas maka pupus sudah harapannya.

''A-ku ....'' ucap Hanifa menggantung, cincin itu sudah ia tarik kebagian tengah jarinya. Detak jantung Malik semakin berdetak cepat melihat itu.

''Iya, katakanlah Hanifa.'' ujar Malik tak sabaran.

''A-ku terima lamaran Tuan. Aku bersedia menjadi istri Tuan.'' jawab Hanifa mantap dengan mendorong pelan cincin kejari manisnya, hingga cincin itu terlihat melingkar sempurna.

Malik merasa amat bahagia mendengar jawaban Hanifa. Ia berdiri dari duduknya dengan mengangkat kedua tangan.

''Alhamdulillah.'' teriak Malik. Tidak sampai di situ, Malik lalu bersujud di atas rumput hijau, berulang kali ia mengucap syukur. Hanifa tersenyum dengan air mata mengenangi pelupuk, ia begitu terharu melihat Malik yang begitu bahagia karena jawabannya. Ia harap Malik adalah jodoh terakhirnya, yang akan menemani dirinya dan anak-anak nya kelak hingga menua bersama dan hingga hanya maut yang memisahkan mereka.

''Sudah, berdirilah Tuan.'' seru Hanifa dengan suara terdengar serak, karena Malik masih betah bersujud. Malik lalu kembali duduk di samping Hanifa dengan mengibas pakaian nya yang sedikit kotor.

''Kamu kenapa? Kenapa suara kamu terdengar serak Hanifa? Apa kamu terpaksa menerima lamaran ku?'' tanya Malik menatap Hanifa lekat. Kedua telapak tangannya menangkup wajah Hanifa lembut. Kini jarak mereka sangat dekat.

''Ah ... Tidak. Aku merasa begitu terharu,'' setetes air mata jatuh membasahi pipi Hanifa, Malik menghapus cepat dengan jari nya. Lalu Hanifa melanjutkan kembali ucapannya, ''aku merasa amat bahagia, aku tidak pernah menyangka akan di lamar oleh Tuan yang seorang CEO dan memiliki wajah rupawan. Aku yakin, di luaran sana pasti banyak gadis-gadis cantik yang menginginkan Tuan untuk menjadi suami mereka. Semua bagai mimpi, semua berlalu begitu cepat. Allah begitu baik, setelah aku merasakan sakitnya dikhianati kini Allah balas dengan kebahagiaan yang tiada tara karena kehadiran Tuan dan Tante Sarah. Terimakasih, karena Tuan dan Mama Tuan sangat perhatian dan menghargai aku, Arif dan Kakak ku. Aku harap Tuan benar-benar tulus terhadap aku, tidak hanya menginginkan diriku, tapi juga bersedia menerima Arif.''

''Aku tulus Hanifa. Jangan tanyakan lagi seberapa besar rasa cintaku terhadap kamu, seberapa besar rasa sayangku terhadap Arif. Aku sangat menginginkan kalian menemani hari-hari aku kedepannya.'' balas Malik meyakinkan Hanifa. Malik melepaskan tangannya dari wajah Hanifa, ia ingin memeluk Hanifa. Tapi dengan cepat Hanifa mendorong dada bidang Malik.

''Iihhh ... Tuan jangan sentuh aku dulu, kita belum muhrim. Jaga batasan!'' protes Hanifa dengan wajah cemberut.

''Hehehe, maaf, aku cuma becanda.'' ucap Malik dengan kekehan kacil.

Kemudian mereka mengobrol panjang lebar membahas masa depan, membahas hari pernikahan mereka. Sesekali mereka tertawa lebar, menunjukkan kalau mereka sekarang lagi diliputi rasa bahagia yang amat sangat. Pohon-pohon, angin yang bertiup, burung yang berkicauan menjadi saksi bahwa kedua manusia yang berbeda jenis itu tengah merasakan manisnya cinta.

***

Di tempat berbeda, berbanding terbalik dengan kebahagiaan yang tengah mendera Hanifa. Pertikaian hebat terjadi antara Setya dan Arumi.

''Apaan sih Arumi?!'' bentak Setya tidak terima karena Arumi yang terus menggoncang tubuhnya dan memercikkan sedikit air kewajahnya. Tidurnya menjadi terganggu, padahal ia merasa sangat ngantuk karena bergadang tadi malam. Arumi mendengus kasar, dari tadi ia sudah mencoba membangunkan Setya dengan berbagai cara, mulutnya terasa capek karena lelah mengomel, tapi, hatinya lebih sakit saat tahu satu persatu tentang kebusukkan sang suami sudah mulai terbongkar. Di saat tengah mengandung seharusnya Setya menjaga dirinya dan perasaan, tapi kenyataannya Setya malah bermain gila dengan daun muda.

''Heh ... Mas, apa yang telah kau perbuat dibelakang ku? Mana perempuan itu? Mana perempuan yang menjadi gundik mu?!'' teriak Arumi berkacak pinggang dengan jari menunjuk wajah Setya, matanya tampak berkaca-kaca. Dadanya turun naik, ia memang wanita seperti itu, ia tidak bisa bersabar dan menyembunyikan rasa sakitnya.

''Arumi, kamu kalau ngomong jangan ngaco ..'' bantah Setya menyugar rambutnya kasar, ia bangun dari tempat tidur, ia lalu berdiri, ia hendak merangkul tubuh Arumi.

''Jangan ngaco apaan! Ini buktinya, dan itu ... Itu apaan Mas?! Kau sungguh menjijikkan. Jangan sentuh aku!'' teriak Arumi lantang. Satu tangannya memegang jaket yang di pakai Setya tadi malam dan satu tangannya menunjuk kearah leher Setya. Setya gelagapan seraya menutupi area lehernya.

''I-ini, ini tadi malam di gigit nyamuk Sayang, mas garuk-garuk makanya jadi merah gini. Kamu 'kan tahu sendiri, tadi malam Mas ngumpul bersama teman lama Mas di pos ronda yang ada di komplok tempat tinggal Mas dulu.'' Setya memberi alasan. Ia tidak mau perselingkuhan terbongkar.

''Alaaahhh ... Aku tidak percaya. Aku bukan wanita bodoh yang bisa kamu kibulin begitu aja. Ini ... Kamu lihat ini, ini apa?!'' teriak Arumi lagi. Kini tangannya memegang ponsel milik Setya. Ia sudah membaca semua chat antara Setya dan Siska. Emosi Arumi telah berada di pucuk. Setya gelagapan ia memikirkan bagaimana lagi caranya ia akan memberi alasan kepada Arumi.

''Sayang ....'' Setya berlutut di kaki Arumi.

''Sayang, maaf.'' Setya berkata lembut dengan wajah memelas.

Arumi mencoba menghindar dari Setya, ia menendang Setya agar Setya tidak berlutut di kakinya lagi.

''Lepas! Dasar menjijikkan, tega sekali kamu Mas. Apa kurangnya aku selama ini, padahal aku telah memberikan semua yang aku miliki kepada kamu. Huhuhu ...'' Arumi tergugu. Hatinya sungguh sakit. Ia kembali menendang Setya, hingga Setya terjungkal. Setelah itu ia berjalan kearah lemari pakaian Setya, ia mengambil tas lalu memasukkan pakaian milik Setya dengan cepat dengan emosi membuncah.

''Pergi kau pria brengsek!''

''Pergi dari rumahku.''

''Tega sekali kau. Huhuhu. Padahal aku tengah mengandung anak mu.'' racau Arumi dengan air mata berlinang.

Namun setelah itu tiba-tiba ia merasa perutnya terasa begitu sakit, nyeri meliputi.

***

Bersambung

1
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
wooaàlllahhhh arif kok sembarangn ngikut2 org 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaahhhh, pengulangn lg 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaahhhh, diulang lg 🤔🤔🤔😫😫😫
Kar Genjreng
satu istri ga di urus.. pekerjaan nya ojeg online..supri mau beristri dua laki laki ga bershukur 😚😚😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!