Ettan Naraya tak pernah menyangka, jika kepulangannya ke kampung halaman untuk menjenguk adik kembarnya, berubah menjadi pernikahan dadakan untuknya.
"Bu, ngga mungkin aku menikahi Fatmala, aku punya kekasih!" ujar Ettan geram.
"Ibu mohon Ra, demi menjaga nama baik keluarga kita Nara, Fatma ... hamil," lirih Mayang.
Bak petir menyambar, Ettan terkejut mendengar penuturan sang ibu. Ia tak menyangka jika adiknya yang terlihat alim dan pemalu itu berani menghamili seorang gadis, yang tak lain adalah keponakan dari orang kepercayaan keluarga mereka.
Ettan Naraya seorang lelaki berpendirian teguh harus terjebak dalam situasi rumit kisah asmara adiknya. Terlebih lagi dia harus mengusut misteri tentang kematian adik kembarnya.
Mampukah Ettan Naraya memegang teguh prinsipnya sebagai lelaki?
Dan mebongkar kasus kematian adiknya?
Ikuti lika liku kisah mereka, jangan lupa tinggalkan Fav, like dan komen ya untuk dukung saya, terima kasih.
Follow juga
Fb:Vi Redwhite
IG :@vi_redwhite
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Fatmala
Saat ini kami berada di kantin kampusnya. Tak ada kata yang ingin aku ungkapkan saat ini.
Bahkan jika bisa, aku ingin waktu berhenti sekarang, agar senyuman dan genggaman tangan kami tetap erat seperti sekarang.
"Mas ... ada apa?" suara lembut itu menarikku dari khayalanku yang sangat kurindukan.
Aku menengadah menatapnya, dia tak menolak genggamanku. Senyuman itu masih milikku, "Mas kangen Sher." Hanya ucapan kerinduan yang bisa kukatakan saat ini.
Dia menunduk, aku mengernyit frustrasi melihat tingkah kekasihku.
"Hei, Kamu marah?" tanyaku.
Dia mendongak dan menggeleng. Matanya memerah, hidungnya berair. Aku yakin dia menahan tangisan.
Aku benci diriku yang melukainya seperti ini. Apa pertemuan ini menyiksanya?
"Maafin Mas yang ngga tau diri Sher, kamu boleh memaki. Kamu boleh memukul Mas, Mas akan menerima dengan syukur, tapi tolong jangan diamkan Mas Sher," pintaku.
"Aku ... bingung Mas," ucapnya. "Ngga ada yang bisa membuatku tenang sekarang. Aku tau Mas masih sayang aku, tapi ... hubungan kita semakin sulit," lanjutnya.
Aku masih mendengarkan segala keluhannya.
"Aku mau tanya Mas, bagaimana kelanjutan hubungan kita kedepannya? Apa Mas bisa jamin kalau Mas ngga akan jatuh cinta sama ... istri Mas?" kulihat Sherly tercekat saat mengucapkan kalimat terakhirnya.
Aku tahu dia tak ingin mengatakan kata itu. Harusnya dia tidak perlu menyiksa diri dengan berkata sesuatu yang enggan ia akui. Panggil saja namanya, kenapa harus menyakiti diri sendiri.
"Mas janji cuma kamu yang Mas inginkan Sher," ucapku yakin.
"Mas bisa buktikan?" tanyanya dengan sorot mata penuh harap.
Aku bergeming, bingung harus membuktikan apa pada gadisku ini.
"Mas ragu?" lanjutnya lagi dengan kerutan di tengah alisnya.
"Silakan kamu minta apa aja, selagi Mas sanggup." Pada akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku untuk meyakinkannya.
"Aku ingin ketemu Fatmala sekarang," pintanya.
Dia hanya ingin bertemu Fatmala, aku sudah tahu itu dari Saka. Yang aku dan Saka tak mengerti entah untuk alasan apa Sherly ingin menemui Fatmala.
"Mas takut aku menyakitinya?" ucapnya dengan nada cibiran yang kentara.
Dia salah mengartikan diamku. Aku yakin dia tidak akan bertindak anarkis. Aku hanya takut jika ucapan Fatmala atau Ibu hanya akan membuatnya meninggalkanku.
"Engga. Ayo Mas bawa kamu ke rumah. Kamu tunggu di sana selagi Mas jemput Fatmala di rumah sakit," tawarku.
"Aku ingin jemput dia sama Mas, ingin tahu reaksinya saat melihat suaminya bersama wanita lain." Sorot matanya tajam tanpa sedikit pun keraguan.
Mendadak aku takut ada pertengkaran hebat antara keduanya. Bukan mengkhawatirkan Fatmala hanya saja wanita itu baru sembuh, jika dia sakit lagi maka akan sangat sulit membuatnya pulang ke kampung.
"Baiklah, ayo," ajakku.
Tak kuhiraukan semua pikiran negatif yang saat ini bersemayam. Aku meyakinkan diri jika Sherly tak akan berbuat macam-macam.
.
.
Dia menggandeng tanganku berjalan menuju lorong rumah sakit. Menyandarkan kepalanya pada lenganku. Kedekatan ini jelas membuatku merasa senang.
Para perawat memandang aneh ke arah kami. Sebagian perawat tahu jika aku adalah suami pasien mereka.
Mungkin saat ini kami akan menjadi bahan gunjingan di rumah sakit.
‘Suami tidak tahu diri, saat istrinya sakit malah berselingkuh’. Mungkin seperti itulah pikiran mereka.
Aku mengetuk kamar inap Fatmala, berjalan mendahului Sherly tanpa melepas genggaman tangan kami.
Ibu sedang merapikan barang-barang Fatmala di ranjang bersebelahan dengan Fatmala yang juga masih duduk di ranjangnya.
Mereka terkejut melihat kedatanganku bersama Sherly. Terlebih lagi Fatmala yang membelalak menatap tangan kami yang saling bergandengan.
"Bu," sapa Sherly mendekat ke arah ibuku. Melepaskan tautan tangan kami.
Dia menyalami ibuku dan berdiri di hadapan mereka. Ibu tersenyum kaku melihat kedatangan Sherly.
"Sherly,” ucap ibu terbata.
Dia lantas tersenyum dan memperkenalkan Fatmala, "Oh iya Sher, ini Fatma istrinya Nara," lanjut ibuku.
Senyum Sherly menghilang sesaat. Namun gadisku kembali menunjukkan senyumannya serta mengulurkan tangan hendak bersalaman dengan Fatmala.
"Hai, aku Sherly, aku kekasihnya Mas Ettan," ucap Sherly meski uluran tangannya belum mendapat sambutan.
Ibu menatap murka ke arahku. Aku hanya menaikkan sebelah alisku.
Fatmala memilin jarinya, terlihat dia masih ragu-ragu menerima uluran tangan Sherly.
"Fatma," lirihnya dan yang kulihat dia tak menjabat tangan kekasihku hanya menempelkannya saja.
"Sherly, kami harus pulang, sebaiknya Sherly pulang dulu ya," potong ibuku.
Sherly menatap kecewa ibuku. Tentu saja dia pasti terluka dengan ucapan ibuku, aku juga merasakan hal yang sama.
"Ada yang perlu kita omong-in Bu, jadi ... aku akan ikut kalian pulang."
Bukankah kekasihku memiliki attitude yang baik. Meski dia marah dan kesal, tidak ada nada ketus menjawab ucapan ibuku.
"Tapi ...," ibuku menyenggol lenganku berharap aku menolak keinginan Sherly.
"Aku udah izin-in dia bicara sama Fatma," terangku.
.
.
.
Tbc.
itu lh q suka nya klw bc novel yg udh end ...
bisa bc terooosss smpe siapp