Bu Dosen cantik.
Kisah ini menceritakan perjalanan cinta dua anak manusia, antara seorang Mahasiswa yang jatuh cinta dengan Dosen nya sendiri.
Mahasiswa itu bernama Gavindra putera wijaya, sedangkan Dosen itu sendiri bernama Ratih puteri gayatri. Bu Ratih pernah mengalami trauma soal asmara, karena tunangannya meninggal sebelum mereka menikah.
Setelah itu, Bu Ratih bertemu dengan Gavindra saat mengajar di kampus dimana Gavindra kuliah.
Gavindra langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Dengan penuh perjuangan Gavin terus mendekati Bu Ratih. Setelah itu, gayung pun bersambut, cinta Gavin diterima.
Tapi perjalanan cinta mereka tidak mulus, karena sebelumnya Bu Ratih sudah dijodohkan dengan laki-laki lain. Sampai akhirnya suatu hari Bu Ratih mengalami kejadian memalukan yang dilakukan oleh laki-laki yang dijodohkan dengannya.
Meskipun Bu Ratih telah mengalami kejadian yang tidak terpuji, Gavindra tetap bersikukuh untuk tetap menikahinya. Akhirnya mereka berdua menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evy erviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part : 34 (Tender pertama Gavin)
....................................
"Aduuuuuch..!" suara wanita yang ditabraknya itu terdengar. Gavin kaget melihat siapa yang barusan ditabraknya
"Kasih !!" seru Gavin. Serta merta dia langsung membantu Kasih untuk berdiri.
"Maaf, Pak Gavin. Saya nggak sengaja." ucap Kasih dengan wajah ketakutan.
"Seharusnya, saya yang minta maaf. Karena terlalu buru-buru sampe nggak lihat kalau kamu mau masuk."jawab Gavin.
"Saya, tadi hanya mau membersihkan ruangan Pak Gavin." ucap Gadis itu lirih.
"Iya sudah, sekarang kamu boleh bersihkan ruangan, saya. Tapi, kamu nggak apa-apa kan?" ucap Gavin.
"Tidak, Pak. Saya nggak apa-apa, kok." jawabnya.
"Oke, saya permisi dulu. Kamu lanjut aja aktivitasnya." jawab Gavin.
Kasih melihat Gavin meninggalkannya di depan pintu. Ditatapnya laki-laki yang selama ini ia kagumi, tapi itu sebatas mimpi. Laki-laki itu ternyata sekarang menjadi atasannya. Bagai pungguk merindukan bulan, apalagi Gavin sudah punya calon istri.
Kasih kembali menjalankan tugasnya, dia membersihkan seliruh ruangan Gavin.
Sementara Gavin melajukan mobilnya menuju kantor cabang.
Ada proyek baru dengan perusahaan lain. Kali ini Gavin tidak didampingi siapa-siapa.
Sesampainya di kantor cabang, Gavin memasuki ruangan dengan percaya diri. Semua karyawan sudah mengenalnya. Dia masuk ruangannya. Beberapa perwakilan dari perusahaan yang akan ikut meeting sudah tiba. Semuanya berkumpul di ruangan yang lumayan besar. Segala sesuatunya sudah dipersiapkan, mulai dari tempat sampai snack.
***
Setelah hampir tiga jam meeting berlangsung, akhirnya selesai juga. Semuanya berjalan dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Gavin berhasil memimpin meeting kali ini. Tender pertama Gavin berjalan sukses. Perusahaannya akan bekerja sama dengan PT. ELANG yang notabene perusahaan itu sudah melanglang buana dibidang property. Kali ini proyek akan dilaksanakan di kota Bandung.
"Tok..tok...tok.." terdengar suara pintu di ketuk.
"Silahkan masuk.!"
"Maaf, Pak Gavin ada yang ingin bertemu dengan Bapak" ucap Karyawannya.
"Suruh langsung menghadap, saya." jawab Gavin.
"Iya, Pak." sahutnya.
Selang beberapa menit kemudian, masuklah seorang laki-laki, masih muda dan Gagah.
"Kak Mahen..!!" teriak Gavin sembari berdiri dari kursinya.
Mahendra langsung memeluk Adik kesayangannya itu. Kedua Kakak beradik itu berpelukan saling melepas rindu. Mahendra memandangi Gavin seolah nggak percaya kalau Adiknya itu sekarang sudah dewasa dan bisa menjadi pengganti Papanya.
"Kamu hebat, Vin. Tanpa Kakak dan Papa bisa memimpin meeting tender." ucap Mahen.
"Iya, Kak. Gavin akan berusaha semaksimal mungkin. Alhamduilah hasilnya nggak mengecewakan." jawab Gavin.
"Kakak bangga sama kamu, darah Indra wijaya mengalir kental dalam diri kamu." ucap Mahen.
Gavin spontan kaget kenapa Mahen tiba-tiba bicara seperti itu. Dia jadi ingat soal omongan Pak Ferry tempo hari.
"Kakak juga hebat, kan kita sama-sama mewarisi darah Indra wijaya." ucap Gavin.
"Iya, iya. Kakak percaya." jawab Mahen.
"Kapan datang, terus kok sudah sampai sini.?" tanya Gavin.
"Tadi pagi sampai sini, Kak Kinan aku drop di rumah, terus aku langsung kesini." jawab Mahen.
"Ya ampun Kak, apa nggak capek?" ucap Gavin.
"Nggak apa-apa. Aku juga pengen lihat kamu. Oh ya, kenapa Papa minta Kakak yang pegang kantor ini, ya?" tanya Mahen tiba-tiba.
"Kurang tahu, aku Kak. Mungkin aku kan masih belum pengalaman, jadi aku ditempatkan di kantor Papa. Terus Kakak yang handle kantor ini." jawab Gavin pura-pura.
"Iya, juga sih. Apapun alasannya Kakak sih setuju-setuju aja, ujung-ujungnya kan tetap membantu Papa." jawab Mahen.
"Gimana, nih Kak. Aku sudah akan dipanggil Om belum.?" tanya Gavin mengalihkan pembicaraan.
"Belum Vin, ya doakan saja, biar Kak Kinan lekas hamil." jawab Mahen.
"Iya, Kak. Gavin pasti doakan." jawab Gavin.
"Gimana kabar kamu sama Ratih? kapan tunangan.?" tanya Mahen.
"Alhamdulilah baik-baik, Kak. Iya nih aku masih bingung kapan melamar Ratih.?" jawab Gavin.
"Kenapa, bingung? kalian saling mencintai, Papa Mama juga merestui. Apa lagi?" ucap Mahen.
"Kami masing-masing masih sibuk dengan kerjaan, Kak. Apalagi proyek baru di Bandung, pasti aku sering bolak-balik kesana." jawab Gavin.
" Iya juga, tapi semua itu bisa diatur, Vin. Toh kalian nggak langsung nikah." jawab Mahen.
"Biar nanti Gavin pikir lagi, Kak." jawab Gavin.
"Oke, jangan sampai kerjaanmu menjauhkanmu dari kepentingan pribadi. Oke!" seru Mahen.
Kedua Kakak beradik itu bercengkerama dalam ruangan itu. Gavin cerita gimana pertama kali kerja dan mengelilingi penjuru ruangan di perusahaan. Terus Papanya sering meninggalkannya sendiri di kantor, mungkin sengaja untuk melatih dirinya.
Mereka terlihat akrab satu sama lain, padahal mereka bukan saudara kandung. Apa mungkin keduanya itu didikan seorang Indra Wijaya yang kaya raya. Secara wajah meskipun tidak saudara kandung, mereka nggak beda jauh. Sama-sama tinggi dan berkulit putih. Hanya saja yang membedakan jenis rambut mereka. Gavin cenderung lurus, tapi Mahen agak ikal.
Tanpa disadarinya mereka sudah hampir setengah hari dalam ruangan itu. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Akhirnya keduanya sepakat untuk cari makan keluar.
Tiba-tiba ponsel Mahen berbunyi.
["Iya, sayang. Ada apa?"]
["..................."]
["Apaaa.!!"]
Next...............(35).