Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?
Rama & Irna
Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?
Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan
Instagram Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang
Suamiku Pria Tajir #34
Oleh Sept
Rate 18+
Dari tadi Nur berjalan ke sana ke mari, mondar-mandir tak pasti, kecemasan tergambar jelas di raut wajahnya yang pucat. Nur gelisah, bagaimana nanti bila tante Susi menyeret dirinya dan menjualnya lagi kepada hidung belang. Baru memikirkan saja, dahinya sudah basah karena keringat dingin.
Klek
Ia menelan ludah, menatap pintu yang akan dibuka dari luar. Rasanya ia ingin lari saja dari tempat itu. Tapi, ia bisa bernapas lega saat yang muncul dari balik pintu adalah Arya.
"Kenapa kamu pucat sekali? Kamu tenang saja. Tadi tante kamu sudah diantar pulang oleh sopir."
"Benarkah?"
"Hem ... dan mungkin beberapa hari ke depan kita pindah saja, Nur. Aku rasa rumah ini pun tidak aman lagi."
"Apa tidak masalah?"
"Tidak apa-apa, yang penting kamu aman."
Mendengar kata-kata Arya, Nur yang semula tegang pun mulai duduk. Sejak tadi kakinya terasa lemas karena terus berdiri dan berjalan bagai setrikaan.
"Sudah ... jangan mikir aneh-aneh. Aku pastikan kalian aman," janji Arya. Ia kemudian mendekati Nur, duduk di sebelah istrinya. Mengusap perut Nur dengan lembut.
***
"Mengapa mendadak pindah? Nanti Nur bagaimana? Dia hamil, kamu sibuk kerja. Mama nggak setuju."
Rupanya sang mama tidak mau Arya dan Nur pindah dari rumah itu.
"Rumah Arya sudah selesai renovasi, Ma. Nanti juga ada asisten yang khusus menjaga Nur. Mama nggak usah khawatir. Rumah Arya juga dekat dengan kantor."
"Kalian ini ya ... padahal Mama dah seneng, rumah ini nggak sepi. Tapi ... ya sudahlah. Terserah kalian."
"Maafin Nur ya, Ma," sela Nur yang melihat kekecewaan di wajah mertuanya itu.
"Nggak apa-apa, Mama nggak marah sama kamu, Nur."
Mama melempar senyum ramah pada Nur yang merasa canggung.
***
Beberapa hari kemudian. Arya dan Nur sudah tiba di sebuah hunian yang cukup besar dan megah, sebuah rumah bercat merah bata. Pagarnya menjulang tinggi, setiap sudut dipenuhi CCTV. Dan ada beberapa penjaga di pos depan dekat pintu masuk.
"Siapa saja yang tinggal di sini, Mas?"
Nur melangkah sambil mengamati batu granit yang ia injak. Matanya juga menatap pilar besar yang ada di sisi kanan dan kirinya.
"Siapa lagi Nur? Ya hanya kita. Tapi nanti bakal ada lagi ... nambah satu demi satu."
Nur mendongak, menatap wajah suaminya. Tinggi mereka yang tak sebanding membuat Nur harus mengangkat wajahnya bila bicara pada Arya.
"Maksudnya?"
Arya tersenyum tipis, lalu kembali berbicara. "Nanti kan jadi tambah banyak, Nur."
Nur jadi kikuk sendiri setelah otaknya mulai nyambung.
"Ayo masuk, anginnya kenceng. Nanti masuk angin." Arya merangkul bahu Nur, mereka masuk bersama-sama ke rumah baru mereka. Tentunya bukan rumah biasa, rumah itu dipenuhi dengan keamanan yang cukup ketat. Mengingat banyak bahaya mengancam di luar sana. Arya tidak ingin istri dan calon anak mereka nantinya akan celaka. Ia rasa, mengisolasi Nur lebih baik. Dari pada membiarkan Nur dikelilingi orang-orang berniat jahat padanya.
***
Hari demi hari dilalui Nur dan Arya dengan tenang. Sudah tujuh bulan berlalu, tidak ada yang tahu keberadaan Nur. Hanya keluarga Brotoseno yang seminggu sekali datang mengunjungi Nur di sana. Arya sengaja tidak memperbolehkan tamu lain masuk dalam rumahnya.
Apa Nur bosan? Tidak. Ia menikmati tinggal di rumah yang sudah mirip istana itu. Ia hanya makan, tidur dan menonton TV. Selebihnya bercanda dengan asisten rumah tangga yang sudah seperti teman baginya. Arya sengaja memperkerjakan ART yang masih muda. Dan bukan ART biasa tentunya. Karena asisten itu juga memberikan banyak wawasan pada Nur.
ART Nur ini gajinya di atas rata-rata, karena selain mejaga Nur, ia juga ditugaskan mengedukasi ibu muda tersebut. Jangan tanya ijazahnya apa. Nur saja kalah jauh.
Namanya Salwa, gadis 23 tahun yang kala itu sedang magang di KCF Group. Arya melihat Salwa yang tidak seperti gadis kebanyakan. Gadis itu sopan dan perilakunya juga sering mendapat pujian dari para senior. Suatu hari, Arya menawari gadis itu. Tinggal di sangkar emas bersama istrinya. Hanya libur satu hari selama sebulan. Dan ternyata gadis itu malah menerimanya.
***
"Sal ... Mas Arya belum pulang?" tanya Nur yang berjalan sambil memegangi perutnya yang sudah membesar. Sudah jam tujuh malam, tapi suaminya kok belum pulang.
"Mungkin macet, apa Nona mau sesuatu?"
"Nggak, terima kasih. Kan biasanya jam segini sudah pulang."
"Bentar lagi mungkin, Non."
"He em. Mungkin sebentar lagi."
Nur pun berbalik, perutnya terasa penuh. Menegang dan entahlah, mungkin kontraksi palsu. Nur tidak begitu peduli, karena nanti juga hilang-hilang sendiri. Lagian baru masuk bulan ke delapan, perkiraan lahir kan masih bulan depan. Dengan pelan ia masuk ke dalam kamar.
Baru juga duduk di tepi ranjang, siap-siap mau rebahan. Eh Nur panik ketika merasakan sesuatu yang merembes.
"Sal ... Salwaaa!!!! Nur berteriak memanggil asistennya itu dengan keras. Ia panik, sepertinya air ketubannya pecah. Bagaimana ini, padahal usia kehamilan baru 8 bulan.
Dari luar, Salwa berlari masuk dan ikut panik.
"Aduh ...! Salwa langsung mengambil ponselnya. Ia segera memanggil penjaga di luar rumah. Malam itu juga Nur dibawa ke rumah sakit tanpa menunggu Arya.
Ruang operasi.
Salwa panik, ponsel Arya tidak bisa dihubungi. Sedangkan kondisi Nur tidak bisa menunggu lama lagi. Harus ada surat persetujuan dari wali, sepertinya Nur harus operasi mendadak. Karena takut bayi dalam perutnya celaka. Tapi siapa yang mau menandatangi surat itu? Salawa pun menelpon rumah keluarga Brotoseno.
***
Di sebuah mansion di pinggir pantai, Arya pingsan dengan lakban di mulutnya. Bersambung.