Di Shannonbridge, satu-satunya hal yang tidak bisa direncanakan adalah jatuh cinta.
Elara O'Connell membangun hidupnya dengan ketelitian seorang perencana kota. Baginya, perasaan hanyalah sebuah variabel yang harus selalu berada di bawah kendali. Namun, Shannonbridge bukan sekadar desa yang indah; desa ini adalah ujian bagi tembok pertahanan yang ia bangun.
Di balik uap kopi dan aroma kayu bakar, ada Fionn Gallagher. Pria itu adalah lawan dari semua logika Elara. Fionn menawarkan kehangatan yang tidak bisa dibeli dengan kesuksesan di London. Kini, di tengah putihnya salju Irlandia, Elara terperangkap di antara dua pilihan.
Apakah ia akan mengejar masa depan gemilang yang sudah direncanakan, atau berani berhenti berlari demi pria yang mengajarkannya bahwa kekacauan terkadang adalah tempat ia menemukan rumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chrisytells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 : Biscotti Sang Matchmaker
Tiga hari telah berlalu sejak insiden trauma di bukit. Elara telah berhasil mengirim laporan kerjanya—setelah berjuang di pub desa yang memiliki koneksi cadangan—dan sejak itu, ia dengan ketat kembali ke jadwal cutinya:
^^^09.00: Meditasi.^^^
^^^10.00: Membaca buku (fiksi).^^^
^^^12.00: Makan siang terencana (salad dengan protein).^^^
Pagi itu, Elara sedang duduk di sofa pondoknya, mencoba menikmati ketenangan saat membaca buku tentang urbanisasi berkelanjutan. Pintu pondoknya terkunci rapat. Ia memutuskan untuk menghabiskan waktu di dalam untuk menghindari "keorganikan" yang tidak terduga.
Woof! Woof! WOOF!
Suara gonggongan keras datang dari pintu. Elara mengabaikannya.
GRUK! GRUK!
Suara cakaran kasar terdengar, kali ini diikuti oleh suara merengek yang dramatis. Elara menggelengkan kepala.
“Aku tahu kau tidak sendirian, Biscotti,” gerutu Elara pada pintu kayu. “Katakan pada Tuanmu untuk mengurus anjingnya, bukan menggangguku.”
Tiba-tiba, suara di pintu berhenti total. Elara tersenyum puas. Akhirnya, mereka menyerah.
Namun, sedetik kemudian, terdengar bunyi berdecit dari jendela samping. Elara melirik dan seketika ia merasa darahnya mendidih.
Biscotti berdiri tegak di atas tumpukan salju yang dibuatnya sendiri, menatap Elara dengan mata besarnya yang memohon. Di mulutnya, ia membawa benda kecil berwarna abu-abu yang tampak familiar.
Itu adalah salah satu sarung tangan wol yang Fionn berikan padanya saat mereka berjalan-jalan di salju.
Elara melompat dari sofa. “Astaga! Itu sarung tangan Fionn! Dia akan kedinginan!”
Dia membuka pintu dengan marah. Biscotti, dengan ekspresi puas yang tidak bisa disangkal, menjatuhkan sarung tangan itu di ambang pintu, dan segera berlari menuju Kedai Kopi ‘The Crooked Spoon’. Anjing itu menyalak gembira, seolah memberi isyarat, "Ikuti aku!"
Di sarung tangan itu, terikat erat dengan tali rami kasar, sebuah catatan yang ditulis dengan tulisan tangan Fionn yang berantakan:
^^^Gawat. Biscotti menculik sarung tangan favoritku. Dia hanya akan menyerahkannya jika kita berdua berjalan-jalan dengannya selama satu jam. Dan dia juga menyembunyikan leash-nya di tempat yang hanya kau ketahui. Tolong aku, Elara. Jangan biarkan aku kedinginan. – Fionn.^^^
Elara menatap catatan itu, lalu sarung tangan yang kini berlumur salju, dan kemudian ke arah kedai. Wajahnya menunjukkan perjuangan batin antara disiplin dan keharusan untuk menyelamatkan sarung tangan Fionn dari anjing penculik.
“Dia benar-benar menggunakan taktik sandera,” gerutunya, sebelum akhirnya mengenakan boot hiking lagi dan meraih jaket tebalnya.
Ketika Elara memasuki ‘The Crooked Spoon’, suasana di dalamnya ramai dan hangat. Aroma cinnamon, jahe, dan kopi kuat memenuhi udara.
Fionn sedang berada di konter, melayani seorang pelanggan. Ia mengenakan sweter yang sama sekali tidak masuk akal hari ini: motif roti jahe berlampu yang lebih cerah, tetapi ia tampak menggigil.
“Ah, Nona O’Connell! Aku sangat kedinginan! Untung kau datang. Biscotti adalah teroris kecil. Dia mencuri sarung tanganku! Bibi O’Malley akan marah jika aku masuk angin,” sapa Fionn, ekspresinya sangat dramatis.
Elara meletakkan sarung tangan yang ia temukan di konter. “Itu karena kau mengajari anjingmu taktik negosiasi yang buruk, Fionn. Di mana leash Biscotti? Dan mengapa dia berpikir aku tahu di mana leash-nya?”
Fionn tersenyum penuh kemenangan. “Dia berpikir kau tahu karena dia menyembunyikannya di kamar mandimu. Di belakang shower curtain.”
Elara terkejut. “Di kamar mandiku?! Itu melanggar privasi!”
“Ya, tapi dia anjing. Anjing tidak punya konsep privasi, hanya cinta dan kehangatan. Dia ingin memastikan kau harus kembali ke pondok sebelum kita bisa pergi, memberimu waktu untuk meninggalkan tablet itu.” Fionn mengedipkan mata.
Seorang wanita paruh baya dengan aura hangat dan senyum ramah yang identik dengan Fionn, berjalan keluar dari dapur sambil membawa nampan scone.
“Biscotti, anak nakal! Jangan mengganggu tamu Ibu!” tegur wanita itu, tetapi matanya berbinar. “Selamat pagi, Elara. Aku Moira. Ibu Fionn. Maafkan drama anjing kami. Dia hanya tahu cara mendapatkan yang terbaik dariku dan tampaknya, sekarang, darimu juga.”
“Anda Ibu Fionn. Bukan Bibi O’Malley,” Elara mengklarifikasi, sedikit lega.
“Bibi O’Malley adalah kakakku, dia yang memiliki pondok-pondok itu. Sedangkan aku yang mengurus kedai ini bersama putraku,” Moira tersenyum hangat. “Bibi O’Malley membuat juga yang selalu membuat Scone. Dan percayalah, Sconenya harus dihormati.”
“Aku mengerti, Moira. Saya sangat menghargai teh Earl Grey buatan anda. Rasanya luar biasa,” kata Elara.
“Bagus. Sekarang, aku dengar kalian harus berjalan-jalan. Tapi aku punya ide yang lebih efisien,” kata Moira, mengambil leash cadangan dari bawah meja. “Ambil ini. Dan Fionn, kau sangat kedinginan. Ambilkan Nona Elara cokelat panas terbaik kita. Gratis. Dan kalian berdua, jangan kembali sebelum cokelat panas itu habis dan kau sudah tertawa setidaknya tiga kali.”
Fionn tampak bersemangat. “Dengar, Nona O’Connell? Ini adalah perintah dari Master of Earl Grey Tea.”
Elara hanya bisa menghela napas, kalah telak. “Baiklah. Tapi aku hanya minum espresso.”
“Tidak hari ini, Sayang. Hari ini kau butuh cokelat panas. Itu perintah rustic,” Moira menyerahkan leash itu kepada Elara, sebelum berbalik ke Fionn.
Fionn dengan cepat membuatkan cokelat panas yang kental, dengan krim kocok dan serutan cokelat di atasnya. Saat menyerahkannya, tangan mereka bersentuhan sebentar.
“Aku sudah memberitahu Ibu, kau hanya minum espresso double-shot,” bisik Fionn.
“Aku tidak bisa melawan Master of Earl Grey Tea, Fionn. Itu tidak efisien.” Elara mengambil mug cokelat panas itu. Kehangatan mug itu terasa nyaman di tangannya yang dingin.
Mereka keluar, berjalan menyusuri jalan setapak yang kini tertutup lapisan salju yang lembut. Fionn mengambil salah satu leash Biscotti, dan Elara mengambil yang lain.
“Jadi, Biscotti adalah matchmaker yang menyabotase jadwal,” ujar Elara, menyesap cokelat panas itu. Rasa manis dan kaya itu segera menghangatkan seluruh tubuhnya.
“Dia adalah matchmaker terbaik di County Offaly. Dia tahu ketika dua orang terlalu keras kepala untuk bertemu secara kebetulan, kau harus menciptakan kebetulan itu dengan drama,” Fionn tertawa.
“Apakah kau memberitahu Biscotti apa yang harus dilakukan?” tanya Elara.
“Tidak perlu. Dia membaca hatiku. Dia tahu aku ingin menghabiskan waktu denganmu, dan dia tahu kau butuh istirahat dari dirimu sendiri,” jawab Fionn, menatap Elara dengan tatapan tulus.
Mereka tiba di jembatan batu kuno. Elara bersandar di pagar batu.
“Mengapa kau ingin menghabiskan waktu denganku, Fionn? Aku mengkritik kedaimu. Aku membenci kekacauan. Aku hampir menangis di depanmu. Kita adalah dua kutub yang sangat berlawanan.”
Fionn juga bersandar. “Karena kau nyata, Elara. Di kota, semua orang memakai topeng. Mereka berpura-pura baik-baik saja, berpura-pura sibuk, berpura-pura bahagia. Kau? Kau langsung mengkritik rustic-ku, tapi matamu bersinar saat melihat Aurora. Kau panik, tapi kau meminta untuk menyelesaikan laporanmu. Kau marah, tapi kau menerima sarung tanganku.”
Fionn menggeser sedikit tubuhnya, lebih dekat. “Aku melihat wanita yang sangat takut gagal, sehingga dia mengorbankan semua kesenangan. Dan aku, aku seorang ahli dalam menawarkan kesenangan yang tidak terencana.”
“Dan kau mengira kau bisa mengubahku?”
“Aku tidak ingin mengubahmu. Aku ingin menantangmu untuk menemukan versi dirimu yang tidak perlu diatur oleh garis lurus. Bayangkan,” Fionn menunjuk ke seberang sungai yang membeku, “Jika garis lurus itu adalah jalan setapak, kau akan melewatkan semua keindahan di tepi sungai. Aku ingin kau keluar dari jalan setapak itu, Elara.”
Elara menatap Fionn. “Itu berbahaya.”
“Tapi menyenangkan,” Fionn balas berbisik.
Tiba-tiba, Biscotti merengek dan dengan tarikan kuat pada leash, ia memaksa Elara dan Fionn untuk berjalan lebih dekat satu sama lain. Biscotti berhasil menempatkan dirinya tepat di tengah-tengah kaki mereka, menuntut untuk dibelai oleh keduanya secara bersamaan.
Mereka berdua membungkuk. Tangan Fionn dan tangan Elara bertemu di punggung Biscotti, menciptakan kehangatan yang dibagi. Tangan Fionn besar dan kasar; tangan Elara kecil dan halus. Mereka berdua membelai bulu Biscotti, dan keheningan yang tercipta terasa manis.
“Dia berhasil,” Elara bergumam, tersenyum kecil.
“Dia selalu berhasil,” Fionn balas berbisik, tawa kecilnya terdengar di samping telinga Elara.
Elara mendongak. Wajah mereka sangat dekat, mungkin hanya beberapa inci. Fionn tidak mencoba mendekat, tetapi ia juga tidak mundur. Ia hanya menatap Elara, matanya dipenuhi kehangatan.
“Aku suka bagaimana kau tertawa,” kata Elara, tanpa berpikir. Itu adalah pengakuan yang tidak terencana.
Fionn tersenyum, senyum tulus yang membuat Elara merasa hangat di tengah udara dingin. “Aku jarang tertawa keras di Dublin. Di sana, tawa adalah tanda ketidakseriusan.”
“Di sini, itu adalah tanda bahwa kau hidup,” kata Elara.
Mereka tetap dalam posisi itu selama beberapa detik, saling berbagi kehangatan dan keheningan. Kemudian, Biscotti melompat, memecahkan momen tersebut.
“Baiklah, Tuan Matchmaker. Sudah cukup keintiman untuk hari ini,” kata Fionn, berdiri tegak dan membenarkan sweter rusanya.
“Aku harus kembali ke pondok untuk mengambil leash Biscotti yang sebenarnya,” Elara mengingatkan.
“Ya, dan aku harus kembali untuk memastikan Bibi O’Malley tidak marah karena aku masih berkeliaran di salju,” kata Fionn. “Tapi ingat janji stew domba malam ini. Aku akan datang pukul tujuh. Tidak perlu dress code. Hanya sarung tangan yang hangat.”
“Pukul tujuh. Tepat waktu. Aku akan memastikan perapian menyala,” jawab Elara, sebuah senyum kecil tetap di bibirnya.
Saat mereka kembali ke desa, Elara menyadari bahwa Biscotti benar. Anjing kecil itu telah memaksa mereka untuk melepaskan peran mereka—Fionn yang konyol, Elara yang kaku—dan hanya menjadi dua orang yang berbagi cokelat panas dan tanggung jawab atas seekor anjing nakal.