(Proses Revisi) Kaisar adalah salah satu gelar penguasa monarki, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Kaisar Wira Atmadja adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas. Itu semua sudah menjadi kebiasaannya.
Status sebagai cucu pemilik yayasan membuat Kai sangat ditakuti di sekolah. Siapapun yang mengganggu kesenangannya, dia yakin orang itu tidak akan selamat.
Kai tumbuh dewasa tanpa cinta. Baginya hidup ini hanya miliknya. Tidak peduli pada ayah, ibu ataupun teman-temannya. Kai hanya mencintai dirinya sendiri.
Namun... semua itu berubah saat seorang gadis kutu buku bernama Krystal menciumnya di tengah lapangan.
"Jadi pacar aku."
Adakah yang lebih mengerikan daripada menjadi kekasih seorang Kaisar Wira Atmadja?
Bagaimana caramu untuk merubah Iblis, menjadi Malaikat?
Non Nobis Solum
Kita diciptakan tidak untuk diri kita sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cantik
NOBIS
Chap 34
•
•
•
•
Semua orang memilki pandangan yang berbeda-beda tentang cinta. Begitu juga dengan dirinya. Cinta membuatnya hidup dalam mimpi buruk, meskipun dirinya tidak bermimpi. Sama seperti hidup, cinta itu singkat. bisa datang dan pergi begitu saja.
Setelah selama ini Kai membiarkan dirinya terkunci dalam kesendirian dan menutup hatinya untuk orang lain. Sekarang tidak lagi, karena dia telah membiarkan seorang gadis masuk tanpa izin ke dalam hidupnya, menyentuh dalam isi hatinya lalu memporak-porandakan perasaannya.
Krystal menjadi satu-satunya gadis yang pertama kali menyentuh hidupnya sedalam ini, membuat Kai yang sebelumnya tidak pernah berurusan dengan hal sensitif, harus merasakan indahnya jantuh cinta, berpacaran, hingga berjalan memasuki rumahnya sambil tersenyum sendirian.
Tentu itu menjadi pengamatan Morena yang kini sedang berdiri di undakan anak tangga terakhir rumahnya. Kening wanita itu mengkerut mendapati anak lelaki tertampan seantero Jakarta itu tersenyum malu-malu seperti anak perawan yang baru saja dicium kekasihnya saat berjalan melewati pintu rumah.
"Seneng banget sihhh..." suara Morena yang baru saja masuk ke dalam indera pendengarannya, mendadak membuat Kai menarik kembali senyum cerah di wajahnya.
"Lagi kenapa? Kepo banget nih Mama." Tanyanya menyelidik.
"Urusan anak muda." Balas Kai ketus sambil melewati sang Ibu yang tidak pernah jauh dengan kehebohannya.
"Eh.. tunggu-tunggu." Morena mencekal lengan anaknya. "Mama mau kasih sesuatu." Lanjutnya dengan senyum menggoda.
Seperti dugaan Kai, jika Ibunya akan memberikan sesuatu yang sempat mereka bicarakan kemarin. Karena kini, wanita itu sudah menunjukan sebuah kunci di depan wajahnya.
"Kunci apartemen kamu." Morena terkekeh senang.
Kai langsung merampasnya dari tangan Morena, dan memandangi kunci itu seraya tersenyum miring. "Lebih cepet dari yang aku kira. Betewe, thank you, Mom..." ujarnya lalu melangkah menaiki anak tangga.
"Kamu nggak mau nanya kenapa mama bisa dapet kunci itu dari papa kamu?"
Langkah Kai berhenti pada undakan anak tangga paling atas. Sebenarnya ini yang tidak ingin dia dengar. Kai tau jika Ibunya memiliki banyak alasan sehingga sang ayah selalu menuruti kemauan ibunya.
"Papa kamu punya selingkuhan."
Kai memutar badannya, memandang turun ke bawah dimana Morena masih berdiri di sana dengan tubuh gemetar.
"Mah--"
"Namanya Alisa," Morena menatap anaknya sambil tersenyum, senyuman yang sangat dipaksakan. Kai melihat itu. "Mama ancem ajah, kalo papa nggak kasih kunci apartemen itu, mama bakalan kasih tau ke kakek kamu." Ujarnya diakhiri dengan kekehan yang menyakitkan.
"Mah.." Kai turun selangkah. "Aku--"
"Tenang aja, apartemen kamu bakalan aman. Papa nggak akan berani ganggu lagi." Katanya lagi, masih dengan senyuman yang dipaksakan untuk meyakinkan Kai jika dia baik-baik saja, walaupun Kai tau, jauh di dalam hati sang ibu, dia merasakan kesakitan yang teramat sangat.
"Jangan senyum kayak gitu, aku benci liatnya."
"Eyy... Mama itu cantik kalo lagi senyum, makanya dulu terkenal kan, jadi model?"
Semakin melihat senyum Morena, semakin Kai merasakan kemarahan yang meledak pada ayahnya.
Kai lebih senang jika Ibunya memilih untuk pergi dari sang ayah, seperti perceraian. Dibanding harus berpura-pura kuat dan berakhir dengan menyakiti dirinya, menelantarkan sang anak yang masih butuh kasih sayang.
"Mama harusnya kasih papa surat cerai."
Morena membelalak, bukan hanya sekali Kai mengucapkan kalimat itu. Bahkan sudah terlalu sering, namun Morena tidak pernah menanggapi. Untuknya, pernikahan adalah sesuatu yang sakral, satu untuk seumur hidup. Maka itu dia memilih untuk menahan sakit dan melampiaskannya dengan alkohol.
"Kamu pasti capek, istirahat di kamar aja, nanti mama suruh bi Sumi anter makan."
Kai menggeram kesal, ingin sekali rasanya dia memukul tembok di sebelahnya ini. "Aku nggak laper!" Bentaknya lalu berlalu menuju kamar.
Dengan emosi yang memuncak, Kai melempar tas sekolahnya ke lantai, menendang tempat sampah hingga isinya berhamburan. Dia benci seperti ini, dia benci lahir di tengah keluarga sinting yang tidak pernah memikirkan perasaan satu sama lain.
"*******!" Teriaknya, jujur saat ini Kai sangat membutuhkan Krystal, tapi jauh di dasar hatinya, Kai tidak ingin Krystal melihatnya sekacau ini, seberantakan ini.
Dia malu jika Krystal tau bagaimana keadaan keluarganya.
• • •
Kai melihat Krystal membawa tumpukan buku di tangannya dengan susah payah karena harus menjaga keseimbangan antara tumpukan buku dan langkahnya. Cewek itu berjalan menuju ke perpustakaan.
Senyum Kai tiba-tiba mengembang, lalu melangkah yakin menghampiri gadis itu.
"Nggak ada yang bantu?" Ujar Kai lalu mengambil tumpukan buku itu.
Krystal terperangah, melihat tumpukan buku yang dia bawa tadi sudah berpindah tangan. "Oh.. kamu."
"Kenapa sendirian bawa ini? Temen lo pada kemana?"
"Aku udah biasa kok bawa ini." Ujarnya membela diri.
"Besok-besok jangan lagi, suruh anak cowok di kelas buat bawa ginian."
Krystal tidak membalas ucapan Kai, cewek itu hanya terdiam seraya ikut melangkah mengikuti Kai menuju perpustakaan.
"Kamu nggak masuk kelas?" Tanya cewek itu memecah keheningan.
"Abis naro buku ini."
"Aku bisa sendiri kok."
Kai berhenti di depan pintu perpustakaan, sementara Krystal membukakan pintu untuk memberinya jalan masuk lebih dulu.
"Kenapa tadi nggak mau dijemput?" Tanya Kai setelah mereka melewati meja Bu Rani, penjaga perpustakaan.
"Nggak apa-apa, biasanya juga aku naik angkot kan."
"Tapi sekarang ada gue."
Mereka melangkah masuk lebih dalam menuju rak paling belakang untuk meletakan kembali buku paket biologi yang Kai bawa tadi.
"Kalo karena ucapan gue yang kemaren, lo nggak usah pikirin. Itu emang niat awal gue kerja, buat lo."
"Aku nggak mau jadi beban buat kamu." Krystal berhenti di depan rak bertuliskan 'Biologi' diikuti oleh Kai, lalu mengangkat satu persatu buku yang berada di tangan Kai untuk disimpan kembali ke dalam rak.
"Gue nggak pernah berpikir itu beban. Lo kayaknya susah banget percaya sama ucapan gue."
Krystal terkekeh, "aku percaya kok."
"Terus?"
"Ya terus kamu harus belajar, minggu depan kita udah ujian akhir semester loh." Buku terakhir telah selesai Krystal pindahkan.
Kai mendengkus, menatap dalam ke arah mata Krystal. "Ngalihin pembicaraan."
"Enggak." Krystal terkekeh lagi, membalas tatapan Kai dengan penuh rasa sayang dan kepercayaan. "Nanti mau belajar dimana?"
"Rumah lo."
"Oke.." balas Krystal dengan senyum sumringah.
Tentu itu diamati oleh Kai, hanya karena hal sesederhana itu hatinya membuncang hebat. Krystal selalu berhasil membuat kupu-kupu di dalam perutnya berterbangan, hingga menggelitik dan berhasil menarik kedua sudut bibirnya untuk ikut tersenyum.
Kai maju selangkah untuk memangkas jarak di antara mereka, lalu memegangi sisi kepala Krystal untuk mengecup dahi gadis itu lembut. "Gue sayang sama lo."
Krystal semakin menunduk tajam. Melirik malu-malu pada Kai yang tidak lepas memandanginya itu.
"Lo cantik hari ini, gue suka." Bisiknya rendah dan berlalu pergi menghilang dari balik rak-rak tinggi.
Sedangkan Krystal, meremas kain berlapis di depan dadanya kuat-kuat, demi mengontrol detak jantungnya yang menggila.
• • •
Hai genks!! ... terima kasih sudah membaca cerita ini.
Jangan lupa ya tekan Like, dan beri komentar. Kalau kalian suka dengan cerita yang aku buat, tolong beri rating bintang lima nya yaa..
terima kasih buat kalian yang sudah mendukung saya membuat cerita ini...
salam sayang,
anna
sdh tidak terhitung berapa kali sudah membacanya... keren banget ceritanya