Ini adalah lanjutan dari kisah cinta Yudhatama Dewantara dan Yasmin Kusuma Putri di novel Cinta Yudha
Aryana Maira Yudhatama anak ketiga dari kembar bersaudara dari pasangan Yudhatama Dewantara dan Yasmin Kusuma Putri. Aryana terlahir dengan kelainan Jantung bawaan, maka dari itu kedua orang tuanya sangat protektif dengan Aryana. Aryana tumbuh menjadi gadis yang ceria meski ia mempunyai kelainan Jantung. Aryana menyukai kakak kelasnya bernama Ghavin Herlambang tetapi ia hanya memedamnya, ia tahu atas kekurangannya sebagai gadis yang tak sempurna.
Apakah Aryana akan memperjuangkan cintanya pada Ghavin atau menyerah dan memilih hati yang lain?
Penasaran, ikuti terus ceritanya
Budayakan Like, Vote dan Coment yang sopan karena menulis itu juga perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andrea82, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode. 35
Episode ini banyak mengandung bawang siapkan tisue ya
Yasmin berlari ke ruang dimana Aryana dirawat, tak lama kemudian datanglah Afwi. Ia memeluk bundanya erat. Sedangkan Yudha baru kembali dari lab untuk pengambilan darah.
"Bunda!" panggil Yudha.
"Ayah," ucap Yasmin yang langsung menghambur memeluk sang suami.
"Apa yang terjadi, Yah kenapa bisa seperti ini?" tanya Yasmin sambil menangis sesenggukan.
Yudha mengusap punggung Yasmin lembut, mencium kepala sang istri agar lebih tenang.
"Sayang, tenanglah Aryana anak yang kuat semua akan baik-baik saja," ucap Yudha setelah itu mengatakan itu, Yudha melepaskan pelukan Yasmin.
"Dimana sekarang Aryana, aku ingin melihatnya, tadi di UGD sudah tidak ada?" tanya Yasmin.
"Aryana mungkin sudah dipindahkan ke ruang operasi, dia kehilangan banyak darah, lukanya sangat dalam, ayah tadi habis dari lab untuk menyumbangkan darah pada Aryana karena stok darah AB di rumah sakit ini habis," jawab Yudha.
Yudha lalu memapah sang istri untuk duduk di kursi tunggu ruang operasi, Afwi pun berjalan mendekat pada ke dua orang tuanya.
"Ayah maaf aku tak bisa menjaga Aryana," ucap Afwi penuh penyesalan.
"Ini bukan salahmu Afwi tapi ini kehendak Allah, jangan salahkan dirimu," ucap Yudha.
Melihat orang tua Aryana, pak Harun berjalan mendekat pada Yudha dan keluarganya.
"Maaf Pak, saya tidak bisa menjaga mbak Aryana dengan baik," ucap pak Harun membuat Yudha, Yasmin dan Afwi megangkat kepalanya.
"Pak Harun!" lirih Afwi.
"Kamu kenal dengan bapak ini Fi?" tanya Yudha.
"Kenal Yah, bapak ini yang menolong Ana waktu mau kabur dulu saat marahan sama aku," jawab Afwi.
"Oh silahkan duduk!" ucap Yudha sambil sebelah tangannya masih memeluk Yasmin yang masih menangis.
"Saya sebenarnya sudah melarang mbak Aryana untuk ikut campur dengan para penjahat itu, waktu itu mbak Aryana naik taxi saya, tapi kata mbak Ana itu ibunya temannya jadi dia nekat menolongnya, saya sudah pesan biar saya saja, mbak Ana saya suruh di dalam mobil saja jangan keluar, entah bagaimana saya melihat mbak Ana sudah bersimbah darah," ujar pak Harun.
"Terima kasih, bapak sudah berusaha melindungi putri saya," ucap Yudha.
"Mbak Aryana adalah malaikat tak bersayap bagi keluarga kami, datang tiba-tiba dalam kehidupan keluarga saya dan memberi banyak pertolongan yang berarti tanpa kami memintanya. Anak sulung saya direkomendasikan mbak Aryana agar bisa mendapat pekerjaan di ke DW group, anak saya sudah setengah tahun lulus SMA belum ada yang mau menerimanya bekerja, tapi berkat mbak Aryana sekarang anak saya Ayu bisa mendapatkan pekerjaan di DW group, padahal mbak Aryana belum pernah bertemu dengan anak saya Ayu. Akhirnya Ayu bisa menabung untuk melanjutkan kuliah dan membantu biaya pendidikan adik-adiknya. Istri saya pun juga mendapat pengahasilan tambahan karena teman-teman Ayu di DW group banyak yang memesan catering makan siang pada istri saya, kata teman-teman Ayu masakan istri saya enak," ujar pak Harun dengan suara parau saat menceritakan kebaikan Aryana pada keluarganya.
Di kursi yang agak jauh seorang wanita paruh baya mendengar semua percakapan antara pak Harun dan Yudha, perasaan bersalah berkecamuk di dalam dirinya, ia menyesal sudah berbuat hal yang menyakiti hati Aryana,. Tak salah jika sang putra mati-matian mempertahankan Aryana, menunggu gadis itu selama tujuh belas tahun. Sekarang ia harus bersiap menghadapi amukan sang putra dan keluarga Dewantara.
Di Singapura Fahmi langsung shock, badanya lemas ketika mendengar kabar bahwa Aryana terkena luka tusukan dan itu demi menyelamatkan maminya, dengan sisa kekuatan yang ia miliki, Fahmi menelpon Alan untuk menyiapkan jet pribadinya, pikirannya kacau. Setelah pertengkarannya dengan sang mami tentang Aryana, membuat ia bingung karena harus memilih antara Aryan dan maminya, sampai ia tak menghunungi Aryana ataupun membalas telpon dari gadis kesayangannya dan sekarang gadisnya berjuang antara hidup dan mati karena menyelamatkan maminya.
"Maafkan Om Ana, maafkan Om, Om mohon berjuanglah untuk tetap hidup, Om akan segera kesana," ucap Fahmi dengan suara parau sambil terduduk lemas di lantai ruang kantornya.
Sedangkan di rumah sakit, semuanya masih tegang, operasi Aryana sudah berlangsung dua jam namun belum selesai juga. Afwi terlihat mondar-mandir di depan kamar operasi. Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari ruang operasi dan memberi tahu bahwa operasi telah selesai. Yudha dan Yasmin bergegas mengahampiri sang dokter tersebut.
"Dok bagaimana operasi putri saya?" tanya Yudha khawatir.
"Maaf, kami sudah berusaha tapi Tuhan berkata lain," ucap dokter itu membuat tubuh Yasmin merosot ke bawah dengan tangisan yang memilukan. Afwi dan pak Harun terkejut dan tak bisa berkata apapun. Afwi yang tak pernah menangis saat dia masuk SMA, menanggis dan meninju tembok rumah sakit saking sedih, kesal dan menyesal dirinya tak bisa melindungi adik kembarnya. Nyonya Miranda yang melihat dari kejauhan juga sangat shock, dia memang menginginkan Fahmi berpisah dengan Aryana tapi bukan dengan cara yang tragis seperti ini, apalagi Aryana terluka karena menyelamatkan nyawanya.
Dari arah lobby rumah sakit Fahmi berlari menuju ruang Aryana, sejak di pesawat tadi perasaannya sudah tidak enak, sepertinya akan ada hal yang buruk terjadi pada Aryana. Sampai di depan ruang operasi Fahmi menghentikan langkahnya, dia sangat terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya. Terlihat Yasmin menanggis di pelukan Yudha, Afwi terduduk di lantai dengan wajah frustasi juga seorang paruh baya berpakain seragam driver taxi menunjukkan raut kesedihan, dengan berlahan ia mendekati Yudha dan Yasmin.
"Yudha dimana Aryana?" tanya Fahmi hati-hati.
Yudha yang masih memeluk Yasmin mendongakan kepalanya melihat siapa yang bertanya padanya.
"Kamu!, mau apa kesini?" tanya Yudha sinis.
"Bagaimana keadaan Aryana?" tanya Fahmi lagi.
Belum lagi Yudha menjawab seorang perawat keluar dari ruang operasi mengatakan sesuatu yang membuat nyawa Fahmi seolah juga ikut pergi.
"Mohon maaf, Pak kami akan segera melepas semua alat yang ada di tubuh nona Aryana, jenazahya mau di mandikan di rumah sakit atau dimandikan pihak keluarga?" tanya perawat tersebut membuat Fahmi seperti disambar petir.
"Apa maksud anda jenazah?, jenazah siapa?" tanya Fahmi emosi dengan perawat tersebut.
"Ya jenazah nona Aryana, Pak," jawab perwat itu dengan sedikit takut.
"Dasar perawat bodoh, jangan pernah lepas semua alat itu dari Aryanaku, Ana masih hidup, minggir dasar tidak becus menangani pasien!" hardik Fahmi lalu mendorong perawat tersebut dan menerobos masuk ruang operasi. Di ruang operasi tim dokter sangat terkejut melihat Fahmi yang tiba-tiba nylononong masuk keruang operasi, seorang perawat akan menegur Fahmi tapi seorang dokter mencegah perawat tersebut karena dia tahu siapa Fahmi. Tim medis membiarkan Fahmi mendekati Aryana. Terlihat tubuh Aryana terbujur tak berdaya, wajahnya tampak pucat namun tak menghilangkan wajah cantiknya, matanya tampak terpejam terlihat sangat tenang dan damai. Perlahan Fahmi mendekati Aryana yang terbaring tidak berdaya.
"Sayang ayo bangun, maafin Om, ayo kita pulang Yang, kamu sudah janji nggak akan meninggalkan Om sebelum membuat Om bahagia, kamu nggak akan meninggalkan Om sebelum membuat Om menjadi ayah untuk anak-anak kita, ayo Yang, Om mohon bangunlah, Om nggak bisa hidup tanpa kamu, hiks...hiks...," ucap Fahmi sambil membelai wajah Aryana yang pucat sambil menanggis.
Tim dokter yang masih berada di ruangan tersebut terkejut dengan ucapan dokter Fahmi, ternyata pasien yang mereka operasi adalah kekasih dokter Fahmi, pemilik rumah sakit Permata.
"Dokter Fahmi, maaf kami sudah berusaha namun kami tidak bisa menentang takdir, dan mohon maaf kami harus melepas peralatan medis yang ada di tubuh nona Aryana," pinta dokter tersebut.
Namun Fahmi langsung menatap tajam dokter tersebut.
"Jangan pernah melepas alat ini, Aryanaku masih hidup!" ucap Fahmi dengan sorot mata tajam.
Dokter yang mengoperasi Aryana tersebut akhirnya keluar ruangan operasi menemui salah seorang anggota keluarga Aryana untuk menenangkan Fahmi yang tak mau beranjak dari sisi Aryana.
"Pak tolong itu dokter Fahmi tak mau beranjak dari tubuh pasien, kami tidak bisa melepas alat-alat medisnya!" pinta dokter pada Yudha.
Yudha segera masuk ke ruang operasi untuk menangkan Fahmi setelah dokter memberitahunya tadi.
"Fahmi, ayo keluar biarkan putriku pergi dengan tenang, jangan seperti ini, biarkakan dokter melakukan tugasnya!" pinta Yudha sambil berusaha menarik Fahmi dari sisi Aryana.
"Tidak, kau tidak mengerti Aryanaku masih hidup, aku mau menemaninya disini!" ucap Fahmi berusaha bertahan di posisinya.
Disaat Yudha dan keluarganya juga Fahmi sedang bersedih, dan rasanya belum bisa menerima kepergian Aryana. Di sebuah taman yang indah ada banyak bunga bermekaran, ada sungai yang airnya sangat jernih, ada seorang gadis berlari mengejar kupu-kupu dengan gembira, rasanya ia sangat nyaman di tempat itu, gadis itu bermain di tepian sungai yang airnya sangat jernih sampai ikan yang ada di dalamya terlihat sangat jelas. Sang gadis lalu kembali ke tanah lapang dengan pemandangan yang sangat indah, ia berbaring di rerumputan sambil memejamkan matanya dengan senyuman yang tersunging dibibirnya. Mata gadis itu terbuka ketika ada sebuah suara memangil namannya. Terlihat seorang kakek yang wajahnya seperti mirip dengan opanya tetapi terlihat lebih tua namun wajahnya masih terlihat segar dan tampan, disampingnya ada seorang nenek yang terlihat angun dan cantik mengingatkannya pada wajah tantenya.
_________________________________________
Hayo siapa ya?
Please, Like, Vote, Coment, Rate and Favorit
Thank You
Bersambung....
lanjut kk author..
azka dengan seorang janda.... janda berkelas yakan.