Galaksi si cowok super galak yang menjadi dambaan para kaum hawa SMA Bhakty Jaya. Tampan, tubuh semampai, hobi menyakiti hati Orzie, dan satu lagi, otak encer gak main-main yang membuat namanya terkenal di mana-mana sebagai siswa paling pintar di kalangan guru-guru.
Saat ratusan hati bertekuk lutut di hadapannya, tidak bagi Orzie. Si cewek berpenampilan super sengak dengan title 'Rembes Style'!
Menjadi babu Galaksi udah biasa. Tapi uangnya habis diporotin cowok itu, yah, si roh jahat–sebutannya pada Galaksi.
Geng Legion yang membawa mereka dalam pusaran maut terpaksa merampas nyawa salah satu sahabat Gamaliel, kembaran Galaksi. Hingga dalam keterpurukan itu, Orzie datang membawa harapan. Perhatiannya membuat Gamaliel egois dan melakukan segala cara merebut Orzie dari jeratan Galaksi!
Galaksi started!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blackblue_re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Chapter 34 | Amarah Guntur
Buasnya terik matahari semakin membakar Orzie, setelah selesai makan di kantin hatinya terasa terbakar dari dalam. Entah kenapa. Sebaik apapun dicoba untuk gak peduli, semakin kesal Orzie dibuatnya.
"Gal, pas pensi kenaikan anak kelas tiga lo isi acara dengan nyanyi ya?" usul Gisel yang kini jalan bersebelahan dengan Galaksi, Orzie menyusul di belakang dengan tampang dongkol.
"Iya."
Gisel nampak makin senang mendengar tanggapan cowok itu, memperpendek jaraknya dengan Galaksi lalu tersenyum penuh kemenangan saat sadar Orzie tengah mengumpat di belakang.
"Eh, Orzie... Apa kabar?"
"Bukan apa kabar! Gue sesak boker nih, lo berdua jalan kek pengantin baru tau gak?!!" kesalnya sampai ke ujung kaki, Orzie hanya berbohong karena pikirannya jadi kacau. Dan dalam hati dia terus bertanya-tanya apa yang terjadi selama 2 hari dia absen, dan kenapa tiba-tiba Gisel jadi dekat dengan Galaksi?
Tuh uler ngapain sih?! Batinnya kesal.
Sejenak manik mata gelap milik Galaksi mengarah tepat di bola matanya, Orzie malas menoleh, membuang pandangan sembari melajukan derap kaki lebih kencang.
"Orzie!" panggil Gisel cepat, yang dipanggil menoleh ogah. "Paan?"
"Ntar lo jangan pulang dulu ya, daerah Adi Jaya lagi rawan sama anak Taruna, kalo bisa lo–"
"Bodo amat!"
Orzie berjalan cepat meninggalkan mereka, ada sesuatu yang menjalar perih di dalam dirinya. Melihat Gisel berdiri di samping Galaksi, posisinya diambil cewek itu sekejap mata. Tidak ada yang salah sebenarnya, hanya Orzie aja yang belakangan ini terlalu kepikiran.
****
Peringatan dari Gisel seakan membuat Orzie jadi pengen ngelanggar, bel pulang berdenting pelan dan waktunya pulang ke kost-an. Ia berjalan cepat ke pintu gerbang, menghiraukan teriakan anak Osis di seberang yang sibuk menghadangnya.
Angkot berhenti, di saat bersamaan sebuah langkah menyusul. Telat. Kaki Orzie sudah duluan menapak dan meninggalkan sekolah.
Jalan sekitar terlihat ramai dari kejauhan. Orzie menajamkan matanya menyadari yang dikatakan Gisel benar, anak Taruna sedang menguasai daerah Adi Jaya. Mereka berdiri di sepanjang trotoar sambil mengibarkan bendera hitam tengkorak bertuliskan 'TARUNA'.
Orzie membekap mulutnya takut. Sebentar lagi angkot akan melewati gerombolan itu, ia berdoa ketakutan berharap mereka gak memberhentikan angkot.
Ternyata do'anya belum terkabul, angkot berhentikan cowok bertudung merah menggunakan menggunakan senjata tajam. Orzie ingin menangis, keringat dingin tumpah di sekujur tubuhnya yang semakin gemetaran.
Seharusnya dia menuruti ucapan Gisel tadi, tapi terlanjur basah. Sepanjang jalan tidak ada satu pun anak Bhakty Jaya melenggang, bisa dipastikan hanya Orzie yang akan dicelakai mereka. Dan lagi Orzie baru sadar.
Dia lupa mengubah penampilannya. Pasti mereka akan sadar siapa dirinya.
"Anak Bhakty Jaya nih!!" seru cowok bertudung merah, senyum laknat terkembang di kedua sudut bibirnya. Yang lain mengerubungi dengan wajah penuh benci.
Jantungnya terasa semakin berpacu cepat, Orzie menunduk takut. Hingga cowok itu menariknya paksa dan di saat yang bersamaan angkot segera meninggalkan mereka.
"Lo...?"
"DIA YANG NGEBACOK GUNTUR, JACK!"
Orzie terdorong ke belakang, menyadari cowok bernama Guntur itu telah pulih dan kembali ke hadapannya dengan wajah bernafsu ingin membunuh.
"Bakal gue balas lo cewek sialan!!!"
Orzie menutup wajahnya dengan kedua tangan yang kelihatan gemetar, tenggorokannya tercekat di dalam dengan dada berdebar hebat.
"G-gue salah, gue gak sengaja waktu itu..."
"LO LAGI NGEMIS NYAWA HAH??!!"
Brukh!
Ia didorong hingga jatuh terjerembab. Mendongakkan kepala melihat sebuah katana mengayun pelan di samping cowok itu. Berharap polisi akan datang hanya akan mengulur waktu kematian baginya, karena jarak pos polisi ke jalan Adi Jaya terlalu jauh.
"Maaf..."
"Minta dikoyak daging nih cewek!"
Sreeet!
"Aaaarrghh!!" pundaknya terkoyak mengenai ujung katana, sedikit menghindar namun tetap saja melukai tubuhnya.
"Mampos lu mampos!!!"
"Stop Tur! Dia cewek woy!" bela Benua di belakang, puluhan mata mendeliknya horor. "LO BERANI NANTANG GUE, HAH?!!" makinya menarik kerah baju Benua.
"Bukan gitu, Tur!"
"Dia udah ngebacok gue anjing! Lo nyuruh gue biarin dia lepas!?!"
Benua kehilangan kata-kata melihat tatapan keji itu. Guntur mengalihkan pandangannya ke rombongan pelajar Taruna.
"Kita matiin aja dia sekarang!"
"Plis, Tur jangan! Santai woi!"
"Belagak banget lo hah!?" serunya mendobrak dada Benua keras, cowok itu terpental hingga terkena bahu jalan.
"Gue minta maaf..." kata Orzie gemetaran, air mata membasahi wajahnya deras, darah semakin mengalir menodai seragam putih abu-abunya. "Gue salah...gue waktu itu gak punya pilhan lain..." dia menangis takut, hingga terlihat pundaknya bergetar.
"Drama banget lo njeng!" seru Guntur hendak menebas Orzie saat itu juga, senjata mengayun tepat di atas kepala cewek itu.
"STOP GUNTUR!" teriak Benua keras-keras, Guntur naik pitam dengan mata melotot merah.
"LO DARI TADI MANCING EMOSI GUE MULU YAH?!!"
Benua kaget, posisinya saat ini terancam. Guntur paling mengerikan kalau sedang naik darah, gak jarang nyawa orang jadi pelampiasannya.
"Kenapa lo ngebela dia? Lo suka sama dia, ha?!" Marah Guntur. Urat-urat menonjol di tangannya.
"Bukan gitu, Tur!"
Diangkatnya kerah Benua tinggi-tinggi, rahangnya mengeras memperlihatkan wajah garang penuh kilat emosi itu. "Mau gue ambil daging lo sekarang!?"
Benua terdiam, menjawab hanya membuat Guntur semakin darah tinggi.
Buagh!
Tinju melayang menghantam perut Benua hingga terkapar di trotoar jalan. Guntur beralih mendekati Orzie yang kini berlutut memegang pundaknya perih. Napas cewek itu terpenggal, mau lari pun pasti nyawanya semakin terancam.
Katana diangkat tinggi-tinggi, Orzie mendongak ketakutan. Impian dan harapannya perlahan mati, nyawanya bisa habis direnggut mata senjata itu.
"Mak, Bapak, maaf kalau Oji belum bisa banggain kalian. Oji emang gak pernah berguna dari dulu, maaf cuma bisa nyusahin.." batinnya membuat air mata dan darah jatuh bersamaan di telapak tangannya.
"Polisi Guntur, cabuut!" seru anak cowok di dekat terminal, Guntur berdecih kesal.
"Ini semua gara-gara elo Ben! Awas lo yah!" seru Guntur meninggalkan mereka, Benua tersenyum hambar ke arah Orzie lalu ikut berlalu bersama teman-temannya.
Hingga dari ujung sana terlihat Gamaliel melajukan motornya kencang, bahkan terlalu kencang. Melihat Orzie terkapar bersimbah darah ia berlari cepat.
"Mereka apain lo hah?!!"
Orzie tidak menjawab, Gama panik bukan main melihat darah semakin membanjiri lengan cewek itu. "Bakal gue bunuh si Guntur itu, anjing!!"
Puluhan motor menderu-deru membelah keramaian jalan, Legion berdatangan dengan wajah amarah bercampur benci.
"Siaal! Gara-gara si Pak Boss kita gak diijinin keluar!" celutuk salah satunya turun menaruh helm.
"Anjing bener tuh Taruna, bakal gue balas mereka!"
"Besok aja kita ladenin mereka, lo tenang Ji! Kita bakal balesin perbuatan mereka!" sahut Teuku hingga di ujung jalan mobil polisi semakin mndekat.
"Lari woi..." keluh Orzie lemah, jantungnya masih belum normal berdetak. Di sisi lain ia merasa lega saat teman-temannya datang membantu.
"Cabut ke Rumah Sakit cok! Jangan jatoh, ntar ketangkep!!"
****
ada yg tau ga sih authornya pindah kemana?
semangat terus Thor, sukses selalu di tunggu karya-karyanya 🥰🥰🥰🥰