NovelToon NovelToon
PENDEKAR SINTING

PENDEKAR SINTING

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PELARIAN RANGGA DAN PAMAN GADUNG

JALANAN Terjal menuju bukit kaki gunung wakas mulai menanjak. Kuda yang ditunggangi Paman Gadung dan Rangga mulai terlihat kelelahan dan daya pacu lari nya melemah. Ketiga orang pengejar mereka masih berada di belakang tak seberapa jauh. Logaya, Lodaya dan Tayub makin keras memacu kuda nya agar segera sampai mengejar buruan nya. Lodaya lalu melepaskan sinar tenaga dalam nya bertujuan agar kuda yang mereka tunggangi terjatuh.

Sentakan tenaga dalam sinar berwarna hijau pupus keluar dari lima jari yang menguncup dan melesat dengan cepat ke arah kaki kuda yang ditunggangi Rangga dan Paman Gadung.

"Duarrr!" Ledakan tak terlalu keras terdengar dan membuat kuda yang ditunggangi Rangga dan Paman Gadung terjungkal ke depan. Nasib kuda bernama Patih itu amat menyedihkan, Suara nya meringkik kesakitan karena kaki belakang nya hancur. Paman Gadung dan Rangga kaget setengah mati ketika terjatuh dari punggung kuda. Melihat kuda nya sekarat seperti itu, Rangga marah dan lekas mengambil sebuah batu seukuran tangan nya. Paman Gadung hendak lari dan membawa Rangga, Namun langkah nya terhenti ketika Rangga berhasil melemparkan batu itu tepat dikaki kuda yang ditunggangi Logaya.

Kuda itu mengangkat kaki depan nya dan meringkik kesakitan hingga Logaya terjatuh tepat dibawah kaki kuda. Namun naas, Ketika ia marah dan memaki hendak bangun. Kaki depan kuda itu menghujam wajah dan perut nya berkali-kali hingga babak belur. Darah mengucur deras dari mulut dan hidung Logaya, Mata mendelik seakan sedang menahan rasa sakit di sekujur tubuh nya. Lodaya dan Tayub panik melihat nasib Logaya yang amat menyedihkan, Terluka bukan karena lawan nya melainkan oleh hewan peliharaan nya sendiri.

"Logaya....!" Sentak Lodaya berhenti tepat di dekat tubuh Logaya bersama dengan Tayub.

"arhjkk kakkk sakkiiit...!" Ucap Logaya merintih kepada Lodaya, Ternyata Logaya adalah adik nya Lodaya. Wajah Lodaya memerah bagai di sulut api, Ia menatap Rangga dan Paman Gadung yang berlari menaiki bukit.

"Jangan banyak bergerak! Aku akan obati dirimu!" Ucap Tayub yang punya ilmu menyembuhkan orang sakit. Walaupun ilmunya hanya pas-pasan tapi ia adalah tabib di perguruan cambuk murka.

"Aku akan mengejar mereka!!" Tegas Lodaya murka dan Tayub hanya bisa angkat bahu tanda terserah. Lodaya segera memacu kuda nya lebih cepat lagi dan berkali-kali ia melancarkan serangan sinar tanpa arah. Ledakan berkali-kali terdengar oleh Rangga dan Paman Gadung, Mereka tetap berlari tanpa arah namun jelas tujuan mereka adalah bukit berpohon rindang. Beberapa pohon hancur terkena amukan sinar tenaga dalam tanpa arah milik Lodaya.

Paman Gadung mulai kelelahan dan akhirnya terjatuh bersama Rangga yang sejak tadi ia gendong dipunggung nya.

"Paman kenapa...!?" Tanya Rangga Panik.

"Sebentar Rangga, Paman ambil napas dulu! Hah hah hah!"

"Ayo Paman kita lari lagi, Mereka sebentar lagi akan menyusul kita!"

"Kau enak masih muda napas mu panjang Rangga! Sedangkan Paman umur sudah setengah tua begini dipaksa berlari melawan kuda ya jelas Paman tidak kuat!" Ucap nya masih ngos-ngosan.

"Hei kalian bangsat! Dimana kaliaaan...!" Teriak Lodaya dari kejauhan. Paman Gadung panik begitu juga Rangga, Paman Gadung berdiri dan hendak menggendong Rangga tapi anak itu menolak.

"Tak usah paman! Aku bisa berlari sendiri!"

"Kenapa tidak dari tadi bocah sinting!?" Ucap Paman Gadung jengkel kepada anak majikan nya itu.

Tanpa berlama-lama lagi kedua nya pun berlari lagi, Setelah tiba di tanah lapang. Kedua nya berbelok ke dalam hutan lebat. Disana ada tempat persembunyian semacam gubuk kecil yang dimana tempat itu dulunya pernah dipakai para pencari kayu untuk berteduh jika hujan. Tempat itu memang agak tersembunyi karena berada di tengah-tengah dua pohon besar yang berdekatan.

Tiba di gubuk reot itu, Rangga dan Paman Gadung sedikit lega. Mereka melonjorkan kaki nya yang keram karena berlari terus sejak tadi. Tak lama setelah itu terdengar suara derap kaki kuda dan beberapa saat Lodaya melintas tepat dibelakang gubuk itu. Untung gubuk itu berada di balik pohon besar, Jadi orang yang tak tahu dan baru singgah di hutan itu tak akan tahu bahwa di situ ada gubuk tua. Rangga dan Paman Gadung merasa lega karena suara derap kaki kuda Lodaya sudah menjauh. Hari sudah mulai senja, Namun awan hitam masih menyelimuti langit dikala itu.

Rumah Ronggo Warsito telah luluh lantak menjadi arang, Namun api masih menyala di beberapa tempat. Ronggo Warsito saat itu sedang sekarat dan kehabisan banyak darah. Wajah nya hancur, gigi nya rompal dan tangan nya putus dipotong oleh si Urat Cambuk Iblis.

"Sediakan tali, Legowo!"

"Siap ketua!" Legowo lalu membuka kantong yang ada di samping pelana kuda. Lalu memberikan nya kepada Garong.

"Pancung leher si Ronggo itu, Garong!"

"Baik ketua!" Lalu Garong pun melaksanakan perintah tuan nya. Tali di ikat di dahan pohon samping rumah Ronggo Warsito. Lalu leher Ronggo Warsito di ikat dengan tali pancung, Kemudian tali itu di tarik oleh Garong dan beberapa kawan nya hingga Ronggo Warsito menggantung bagai orang yang mati gantung diri.

Ronggo Warsito tak bisa berbuat apa-apa lagi, Hanya sekedar menggelepar lalu kemudian diam tak bergerak lagi.

"Nyawa harus dibayar dengan Nyawa! Dendam mu sudah aku balaskan kakak!" Ucap Urat Cambuk Iblis. Lalu ia menatap ke arah kepergian tiga anggota nya,

"Lama sekali mereka!? Menangkap anak kecil saja susah nya minta ampun!" Pikir nya, Lalu ia berseru kepada anggota lain nya.

"Ayo kita susul mereka!"

"Baik ketua!!" Ucap mereka serentak dan kini Urat Cambuk Iblis meninggalkan kampung itu bersama para begundal nya menyusul Lodaya, Logaya dan Tayub.

Para warga satu persatu mulai memberanikan keluar dari rumah ny masing-masing. Mereka segera berbondong-bondong saling bantu memadamkan api yang masih membakar rumah kepala desa. Ki Rajam sudah tak bernyawa begitu juga dengan Ronggo Warsito ketika diturunkan. Setelah api padam, Keluarga Ronggo Warsito ditemukan dan mayat ketiga nya hangus hampir menjadi arang. Para warga banyak yang menangis dan bersedih atas meninggalnya keluarga Ronggo Warsito, Mereka sangat menaruh hormat kepada kepala desa itu. Sebab Ronggo seorang yang baik, bijaksana, ramah dan suka menolong tetangga nya yang kesusahan. Warga kampung segera memakamkan mayat-mayat itu sebelum petang tiba, Kini hanya tersisa kenangan saja di benak hati dan sanubari mereka.

Logaya menghembuskan napas terakhirnya dan Tayub tak mampu mengobati luka pendarahan yang dialami Logaya. Pada akhirnya Tayub pun meninggalkan Logaya dan menyusul Lodaya untuk memberi tahu hal tersebut.

1
Ita Xiaomi
Tuh pedang utk org yg baik hati. Maaf aku sok tau😁.
Mia Sagitarius
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!