Liam Ang atau Liam Halley Anggara adalah seorang model majalah remaja yang menjadi idola para remaja perempuan.
Liam yang juga merupakan anak laki-laki satu-satunya di keluarga Halley adalah sosok yang supel, humoris, mudah bergaul, dan mudah akrab dengan siapa saja.
Yumi Arishta, seorang gadis gendut, pendek, dan pemalu yang kuliah dan merantau seorang diri di luar kota.
Pertemuan tak sengaja antara Yumi dan Liam di suatu malam, membuat keduanya terlibat dalam sebuah hubungan yang sulit dijelaskan.
Liam yang merasa berhutang budi pada Yumi, terus berusaha mendekati gadis pemalu tersebut. Meskipun beragam penolakan terus saja Yumi lontarkan karena Yumi merasa tidak sepadan dengan Liam yang tampan, kaya, terkenal, dan punya banyak teman.
Perbedaan antar Yumi dan Liam itu bagaikan bumi dan langit. Jadi bagaimana bisa seorang Yumi menjadi kekasih dari Liam Ang?
Bagaimana akhirnya hubungan Yuni dan Liam?
Apakah keduanya akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANG PENERUS
Liam sudah selesai menerima telepon dari Kak Thalia. Pria itu berulangkali mengusap wajahnya dengan kasar.
"Ada apa?" Tanya Yumi khawatir karena melihat wajah frustasi Liam.
"Anne kabur dari rumah," jawab Liam mengusap wajahnya sekali lagi.
"Bagaimana bisa?" Tanya Yumi tak mengerti.
"Entahlah! Anak itu selalu saja membuat orang panik dan kebingungan!" Liam menggerutu kesal.
"Sudah tanya ke Abi?" Sergah Yumi yang langsung membuat Liam meraih ponselnya kembali dan menghubungi nomor Abi.
Nomor tidak aktif!
Kemana adik ipar Liam itu?
"Nomor Abi tidak aktif!" Lapor Liam pada Yumi.
"Cek ke rumahnya Abi saja!" Usul Yumi memberikan ide.
"Ya. Sekalian aku mengantar kau pergi bekerja!" Jawab Liam seraya meraih handuk pink miliknya yang tergantung di belakang pintu kamar Yumi.
"Aku naik motor saja, Liam!" Yumi menolak ide Liam untuk mengantarnya ke Rainer's Resto hari ini.
"Tidak! Aku akan mengantarmu, lalu nanti malam aku akan menjemputmu. Aku hanya libur sampai Kak Thalia menikah! Jadi jangan menolakku!" Tegas Liam menatap tajam pada Yumi, seolah tak mau dibantah.
"Aku mandi duluan!" Pamit Liam selanjutnya yang sudah menghilang di pintu belakang arah ke kamar mandi.
Yumi hanya mendengus dan memilih untuk merapikan ruang depan yang berantakan.
Selang lima belas menit, Liam sudah selesai mandi dan gantian Yumi yang pergi mandi dan bersiap untuk bekerja di Rainer's Resto.
Liam sudah terlihat tampan dengan rambut yang tersisir rapi dan kaus turtle necknya, serta jaket ber-hoodie dan kacamata hitam.
Ya, ya, ya!
Memangnya Liam punya kostum lain selain itu?
Tapi meskipun berpenampilan layaknya ninja, ketampanan Liam tetap saja terpancar.
Dasar!
"Sudah siap?" Tanya Liam pada Yumi yang sedang mengikat rambut keritingnya.
"Sudah! Ayo berangkat!" Yumi meraih tas selempangnya sebelum keluar dari kamar kost-nya bersama dengan Liam.
Tak butuh waktu lama, dan mobil Liam sudah melaju meninggalkan kost-an Yumi.
****
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, mobil Liam akhirnya tiba di Rainer's Resto.
"Biasa selesai bekerja jam berapa?" Tanya Liam sebelum Yumi turun dari mobil.
"Jam delapan malam. Tapi kalau kamu repot nyari Anne, aku pulang naik ojek aja!" Jawab Yumi panjang lebar.
"Kau pikir aku akan membiarkanmu naik ojek malam-malam?" Liam menatap tajam pada Yumi dan mendekatkan wajahnya ke arah Yumi yang kini beringsut mundur.
"Tunggu sampai aku datang! Aku pasti menjemputumu nanti," ucap Liam lagi berpesan pada Yumi.
"Baiklah!" Yumi sudah membuka pintu mobil Liam dan bersiap keluar.
"Yum!" Panggil Liam yang sontak menbuat Yumi kembali menoleh pada tuan model tersebut.
"Apa?" Tanya Yumi polos.
Cup!
Liam mengecup sekilas bibir Yumi hingga membuat Yumi tersentak kaget.
Astaga!
"Selamat bekerja! Telepon aku jika kau pulang lebih cepat!" Pesan Liam sekali lagi.
Yumi tak menyahut dan segera turun dari mobil Liam masih sambil mencebik.
Kenapa Liam selalu saja nyosor-nyosor saat di dekat Yumi?
Yumi sudah menghilang ke dalam Rainer's Resto, dan Liam baru saja akan meninggalkan tempat tersebut, saat ponselnya tiba-tiba berbunyi.
Om Theo menelepon,
"Halo, Om! Ada apa?" Sambut Liam cepat menyapa sopan pada Om nya tersebut.
"Kau ada acara sekarang?" Tanya Om Theo yang nada bicaranya serius.
"Liam sedang menganggur, Om! Ada apa?" Tanya Liam ikut-ikutan serius.
"Tolong ke kantor sekarang! Ada hal penting yang harus Om bicarakan!" Titah Om Theo selanjutnya.
"Sekarang?" Liam bertanya sekali lagi.
"Iya sekarang, Liam! Kau sudah sebulan lebih belum datang ke kantor!" Tegas Om Theo mengingatkan.
"Baiklah! Liam pergi sekarang!" Jawab Liam akhirnya sebelum telepon dari Om Theo terputus.
Seolah lupa dengan niatnya yang hendak ke rumah Abi untuk mencari Anne, Liam malah memacu mobilnya dan segera menuju ke kantor Halley Development, menenuhi panggilan dari Om Theo.
Sepertinya ada hal yang benar-benar penting yang membutuhkan kehadiran seorang Liam Ang.
****
Gedung Halley Development.
Liam keluar dari ruang meeting beriringan dengan Om Theo. Dua pria berbeda generasi itu baru saja mengikuti rapat penting bersama para petinggi di Halley Development.
"Ikut ke ruangan Om!" Titah Om Theo pada Liam yang hanya diam sejak tadi. Liam mengikuti langkah Om Theo dan masuk ke ruang kerja Om Theo yang cukup luas.
Ada foto Om Theo dan Tante Airin yang terpajang di ruangan tersebut. Ada juga foto Valeria dan Bennedic saat dua sepupu Liam itu masih bocah. Mungkin foto itu diambil sekitar sepuluh tahun yang lalu, karena Ben terlihat masih imut-imut.
Sudah cukup lama, Liam tak berjumpa dengan Ben. Entah sudah sebesar apa sepupu Liam itu sekarang.
"Ada apa, Om?" Tanya Liam yang akhirnya buka suara.
Liam duduk di depan Om Theo yang kini juga sudah duduk di kursi kerjanya. Ada sebuah meja kerja kayu dengan lapisan kaca di atasanya yang memisahkan Liam dan Om Theo.
Liam mengembalikan ke tempatnya semula, foto Valeria dan Ben yang tadi sempat sempat ia ambil.
"Begini!" Om Theo menggosokkan kedua tangannya sebelum bicara serius pada Liam.
"Kau tahu siapa dirimu, kan, Liam?"
Apa ini sebuah pertanyaan?
"Tentu saja, Om! Liam tidak sedang amnesia!" Liam terkekeh geli dengan pertanyaan dari Om Theo.
"Pekerjaan dan kariermu sebagai model atau artis atau apapun itu. Itu semua hanya sebagai sampingan dan tempatmu menyalurkan hobi. Bukan begitu?" Tanya Om Theo lagi yang raut wajahnya sudah serius kali ini.
"Ya," Liam menggaruk tengkuknya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal.
"Kau satu-satunya putra di keluarga Halley, Liam! Dan kau tahu jelas kalau Mom Belle menggantungkan masa depan Halley Development di tanganmu," ucap Om Theo lagi yang benar-benar sudah serius sekarang.
"Liam juga sedang belajar menjalankan sebuah perusahaan, Om!" Liam mencari pembenaran.
"Iya! Tapi kau terlalu sibuk dengan karier modellingmu dan kau lupa dengan perusahaan ini beberapa bulan terakhir!" Sergah Om Theo telak yang sontak membuat Liam terdiam.
Om Theo benar!
Liam terlalu sibuk berpose di depan kamera dan jarang datang ke kantor belakangan ini. Liam pikir, karena Om Theo tak menegurnya jadi itu juga bukan sebuah masalah besar. Namun nyatanya tak begitu.
"Om tidak bisa terus-terusan mengurus perusahaan ini, Liam! Om masih harus mengurus Rainer's Resto. Dan Om juga sudah semakin tua."
"Liam paham, Om!" Potong Liam cepat yang sepertinya sudah paham arah pembicara Om Theo.
"Liam akan mengatur ulang jadwal Liam di dunia modelling."
"Dan Liam akan lebih sering datang ke kantor mulai besok!" Sambung Liam lagi berjanji pada sang Om.
"Om percaya padamu, Liam!" Om Theo sudah beranjak dari duduknya dan kini menepuk punggung Liam.
"Sudah ada kabar tentang keberadaan Anne?" Tanya Om Theo yang akhirnya bertanya hal lain.
Liam menepuk keningnya sendiri karena lupa dengan rencananya untuk pergi ke rumah Abi. Pria itu segera memeriksa ponselnya dan mencoba menghubungi Abi kembali.
Dan kali ini tersambung!
"Anne disini, Bang! Memang tadi tidak pamit mau kesini?"
Laporan Abi tentang keberadaan Anne langsung membuat Liam menarik nafas lega.
Ternyata benar, Anne memang pulang ke rumah Abi.
"Oh, syukurlah kalau begitu. Yaudah! Kamu jaga baik-baik istri dan anak kamu! Nanti biar aku yang kasih tahu Mom dan Dad!" Pungkas Liam sebelum menutup teleponnya pada Abi.
Liam kembali menarik nafas lega serelah menyimpan ponselnya ke dalam saku.
"Anne di rumah Abi, Om!" Lapor Liam pada Om Theo yang kini menipiskan bibirnya.
"Mungkin sudah rindu berat pada Abi," kekeh Om Theo sedikit berkelakar.
"Liam akan pulang dan memberitahu kabar baik ini pada Mom dan Dad!" Putus Liam seraya bangkit berdiri.
"Sebaiknya memang begitu! Agar Mom dan Dad-mu tak cemas lagi!" Om Theo ikut keluar dari ruangannya dan berjalan beriringan bersama Liam menuju ke tempat parkir.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
meskipun orang yang berada,tapi tidak memandang rendah yang kurang mampu
apalagi seorang YUMI yang punya badan berisi.
pada umumnya pasti jadi bahan Bullying.
Tapi seorang Liam tidak seperti itu🖤
saking sukanya🖤🖤
tetaangganya gx pd julidddd
terimakasih author 👍👍👍😍😍😍😍