Afnaya Danuarta mengalami suatu musibah kecelakaan hebat, hingga membuat salah satu pada kakinya harus mendapati sakit yang cukup serius. Disaat hari pernikahannya tinggal beberapa waktu lagi, dan calon suaminya membatalkan pernikahannya. Mau tidak mau, sang adik dari calon suami Afnaya harus menggantikan sang kakak.
Zayen Arganta, adalah lelaki yang akan menggantikan sang kakak yang bernama Seynan. Karena ketidak sempurnaan calon istrinya akibat kecelakaan, membuat Seyn untuk membatalkan pernikahannya.
Seynan dan juga sang ayahnya pun mengancam Zayen dan akan memenjarakannya jika tidak mau memenuhi permintaannya, yang tidak lain harus menikah dengan calon istrinya.
Akankah Zayen mau menerima permintaan sang Ayah dan kakaknya?
penasaran? ikutin kelanjutan ceritanya yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan tamu
Tidak lama kemudian, Afna dan Zayen telah sampai di depan rumahnya yang cukup sederhana. Keduanya langsung melepas sabuk pengamannya, sedangkan Zayen segera turun dari mobilnya dan membantu sang istri untuk turun dari mobil. Karena sudah tidak sabar, Zayen langsung menggendong sang istri. Afna sendiri tanpa ada penolakan terhadap sang suami, seperti biasa Afna melingkarkan kedua tangannya pada leher suaminya.
"Ketuk pintunya, bila perlu gedor gedor pintunya." Perintahnya sambil menggendong istrinya, Viko yang berada di dalam segera bergegas keruang tamu dan membuka pintunya.
Ceklek, pintu pun terbuka dari dalam.
"Bos Zayen. Sudah pulang, Bos."
"Memang yang kamu lihat siapa, hah? bawa masuk barang belanjaan istriku. Oh iya, pesanan makanan untuk kamu ada di dekat setir mobil. Cepat, ambil barang barang yang ada di mobil dan masukkan kedalam kulkas." Perintahnya yang masih dengan posisinya menggendong sang istri.
"Baik, Bos. Sebelumnya terimakasih, sudah membelikanku makanan." Jawabnya kemudian segera keluar dan mengambil barang barang belanjaan milik istri Zayen.
Sedangkan Zayen dan Afna kini sudah berada di dalam kamar, dengan pelan Zayen menurunkan sang istri duduk di atas tempat tidur.
"Jika kamu capek, istirahatlah. Kamu tidak perlu memasak untuk makan siang, biar aku pesan makan siang lewat online. Aku tidak ingin kamu kecapekan, kamu bisa memasaknya nanti sore."
"Baik, terimakasih atas perhatiannya." Zayen hanya mengangguk, kemudian dirinya segera keluar dari kamar. Meninggalkan Afna sendirian di dalam kamar, karena tidak mungkin jika Zayen terus terusan didalam kamar. Ditambah lagi ada Viko, tidak mungkin Zayen membiarkan Viko sendirian.
Afna yang merasa lelah, langsung merebahkan tubuhnya dengan merentangkan kedua tangannya sambil menatap langit langit.
Afna berkali kali berpikir, dirinya benar benar tidak menyangka bahwa statusnya kini sudah bersuami. Tetapi suami dadakan, yang digantikan oleh adik dari mantan kekasihnya.
Berkali kali Afna hanya tersenyum tidak jelas, bahkan menjadi sulit untuk memejamkan kedua matanya. Alhasil, Afna menyambar ponsel buntutnya yang berada diatas meja untuk menghubungi ibunya yang sudah dirindukan oleh Afna.
Berkali kali Afna mencoba menghubungi ibunya, tetapi tidak ada respon ataupun jawaban.
'Kemana lagi sih, mama dan papa. Sudah beberapa kali aku mencoba menelfon mereka Sedaberdua, tetapi tetap saja tidak ada jawaban. Apa iya, mama dan papa lagi sibuk. Padahal aku sudah merindukannya lagi.' Gumamnya sedikit lesu.
Karena merasa kesepian, Afna memutuskan untuk segera beristirahat. Sedangkan Zayen berada di ruang tamu, menemani Viko yang sedang menikmati makanannya.
"Bos, makanannya tumben enak. Biasanya beli pecel sama gorengan, nih ada ikan emas sama paha ayam. Lagi menang lotre ya, Bos." Ledek Viko sambil meninggikan satu alisnya dan mengunyah makanan.
"Jangan senang dulu, aku sengaja membelikanmu makanan enak ada syaratnya."
"Pake syarat segala sih, Bos. Memangnya apa syaratnya. Jangan bilang kalau aku suruh beroperasi sendiri." Sambil menelan makanan.
"Bukan."
"Terus apa syaratnya."
"Kamu cari tukang urut yang mahir, jangan yang abal abalan. Aku merasa kaki istriku butuh tukang urut, itu saja."
"Tapi, Bos. Kenapa tidak ke rumah sakit saja, kan dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih akurat."
"Kamu bilang akurat, bagiku tidak akurat." Jawabnya ketus, kemudian langsung menyambar paha ayam yang ada dipiring Viko.
Viko yang melihatnya hanya menelan salivanya, dan hanya melototinya.
"Itu, masih ada ikan emas. Jangan protes, ini upah untuk yang membeli." Ucapnya dan tersenyum lebar. Sedangkan Viko hanya garuk garuk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
Tok tok tok tok suara ketukan pintu mengagetkan Zayen maupun Viko yang masih menikmati makanannya.
"Di buka tidak, Bos."
"Biar aku saja, kamu selesaikan makannya."
"Baik, Bos."
Zayen langsung bangkit dari tempat duduknya, kemudian membuka pintunya.
Ceklek, Zayen membuka pintunya. Dilihatnya lelaki paruh baya berdiri tegak dihadapannya, lelaki tersebut masih terlihat gagah dengan penampilannya.
"Papa, silahkan masuk." Ucap Zayen dengan muka masamnya.
"Papa tidak bisa lama lama, papa datang kemari hanya ingin menyampaikan pesan untuk kamu. Datanglah ke rumah bersama istri kamu, papa mengadakan makan malam bersama kakak kamu Seyn." Jawabnya.
"Aku tidak janji, karena aku masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan." Jawabnya masih dengan muka masamnya.
"Kenapa kamu bod*oh sekali, mertua kamu orang terkaya nomor kedua setelah keluarga Wilyam. Seharusnya kamu manfaatkan mertua kamu, setelah itu kamu bisa menguasainya."
Ucapnya, sedangkan Zayen masih saja diam dan tidak ingin membuat suasana menjadi ricuh.
"Papa tunggu kedatangan kamu nanti malam, ajak istrimu." Ucapnya lagi tanpa ada respon dari Zayen, kemudian langsung pergi meninggalkan Zayen yang masih berdiri di ambang pintu.
"Orang tua macam apa dia, hanya mementingkan kejayaannya. Bodohnya aku, yang dikambing hitamkan. Cuih!!" gerutu Zayen dan meludah.
"Siapa, Bos." Viko yang tiba tiba sudah berdiri dibelakang Zayen. Dengan cepat, Zayen segera menoleh kebelakang.
"Bukan siapa siapa, ayo masuk." Jawabnya yang masih kesal.
"Aku mau pergi mencari tukang urut, Bos."
"Pergilah, aku mau istirahat."
"Baik, Bos. Kalau begitu, aku pamit." Viko yang sudah berpamitan segera pergi meninggalkan Zayen yang masih berdiri didekatnya.
Setelah bayangan mobil yang di kendarai Viko menghilang, Zayen segera mengunci pintunya dari dalam. Zayen melemparkan kuncinya sembarang tempat, dan memilih untuk tiduran di sofa, agar tidak mengganggu istirahatnya sang istri. Sambil rebahan, Zayen menatap langit langit kamar sambil melamun. a
'Sungguh melelahkan, drama apa lagi yang akan mereka berikan untukku.' Gumamnya sambil tiduran disofa.
Karena merasa sudah capek tiduran di atas sofa, Zayen memutuskan untuk pergi ke dapur.
Setelah berada di dapur, dirinya mencoba mencari ide untuk menyiapkan makan siang. Tiba tiba teringat akan sesuatu, bahwa dirinya sudah memesan makanan via online.
"Aku bikin sup saja apa, ya. Sepertinya cocok untuk temani siang ini sambil menonton televisi." Gerutunya.
Dengan telaten, Zayen menyiapkan bahan bahan untuk membuat sup daging sapi. Zayen begitu mahir dalam segi apapun, tidak hanya mencari uang saja. Seorang Zayen bisa melakukan pekerjaan rumah tanpa merasa terbebani. Sejak kecil, Zayen sudah banyak belajar dari pengalaman.
Sedangkan Afna masih tertidur pulas karena kelelahan akibat berbelanja di pasar tradisional. Tiba tiba indra penciumannya seperti ada yang menggugah perut keroncongannya.
Dengan pelan, Afna mencoba membuka kedua matanya. Afna segera bangkit dari tempat tidurnya, kemudian meraih alat bantu tongkat penyangganya.
Meski berat untuk berdiri, Afna berusaha untuk bisa bangkit. Dengan langkahnya yang pelan, Afna mencari sumber aroma wangi pada masakan.
Dan benar saja, sesampainya di dapur Afna mendapati suaminya yang sedang sibuk dengan alat masaknya.
"Katanya beli online, kenapa kamu memasaknya. Takut masakan aku tidak enak, ya." Ucap Afna mengagetkan sang suami yang masih mengaduk aduk sup nya.
Zayen segera menoleh kebelakang, dan ditatapnya ekspresi Afna yang memasang muka masamnya.
"Aku hanya masak sup saja, dan aku sudah memesan makanan lewat online. Kamu tidak perlu cemberut begitu, aku hanya tidak ingin mengganggu istirahat kamu. Sekarang, cucilah tangan kamu. Sebentar lagi sup nya matang, dan makanan yang sudah aku pesan sebentar lagi sampai."
"Terimakasih, ya. Kamu begitu baik dan perhatian denganku, maafkan aku yang belum bisa menjadi istrimu yang sempurna."
"Jangan ngelantur, sekarang cucilah tangan kamu." Perintah Zayen yang tidak ingin terbawa suasana, Zayen berusaha untuk tidak terpancing dari sebuah kata kata.
semoga tidak ada pembullyan lagi di berbagai sekolah yg berefek tidak baik