Apa jadinya jika Guru yang menyebalkan itu men*embak mu untuk menjadi kekasihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Sanjaya sudah menyelesaikan rutinitas nya sepulang mengajar. Dia mandi dan berganti pakaian. Ada hal penting yang ingin dibicarakannya pada Papa dan Mama nya. Ini soal kekhawatirannya akan Dirinya yang tidak dapat menahan diri dari Ganes.
"Pa.. Ma.. Sanjaya mau ngomong sesuatu ! ". Sanjaya memulai. Mereka bertiga sedang duduk di ruang keluarga. Mama menghidangkan kue kering pemberian Ibu Ganes untuk menemani Mereka mengobrol.
"Ngomong apa? Minta Kami melamar pacarmu? ". Ucap Papa asal.
"Loh Kok Papa tau sih? ". Heran Sanjaya.
"Lah emang bener begitu? Padahal Papa ngasal loh jawabnya ! Hahaha ". Papa terkekeh, karena jawaban asal nya, malah benar.
"Kenapa kayak buru - buru begitu, San? ". Tanya Mama.
Sanjaya tersenyum canggung. Dia tidak bisa berbohong kepada Mama dan Papa nya.
"Ada muridku yang sepertinya suka ke Ganes, Ma.. dan... ". Sanjaya meringis, apa yang akan dikatakannya sepertinya akan membuat Mama nya mengamuk.
"Dan??? ". Mama malah penasaran. Insting seorang Ibu sedang bekerja. Apakah anaknya ini melakukan sesuatu pada Ganes?
"Kok Mama pegang bantal sih? ". Sanjaya jadi takut mau mengatakan kebenaran. Karena Mama nya terlihat meremas bantal.
"Kamu apain Ganes hm? ". Tanya Mama dengan nada kesal. Tangannya sudah meremas bantal, siap digunakan untuk memukul anak nya. Andai jawaban anaknya sesuai dengan bayangannya.
Papa hanya menonton Isteri dan anak nya itu. Pak Wisnu juga menebak hal yang sama seperti isterinya. Tidak mungkin juga Anak nya itu meminta dilamar kan dengan cepat, sedangkan sebelum ini, Sanjaya tidak menunjukkan sinyal apapun.
"Dan karena Aku cemburu, Aku nyium bibir Ganes Ma ! Hehehe ".
Dan bugh bugh bugh !!!
Bantal yang sejak tadi di remas Mama, akhirnya mendarat di kepala Sanjaya bertubi - tubi. Sanjaya tertawa kencang, menerima pukulan bantal sang Mama. Wanita yang melahirkannya itu tidak menyakitinya sama sekali. Justru Dia yang sudah dewasa merasa lucu, karena dipukul menggunakan bantal, seperti anak kecil saja.
"Sudah Maa, sudah.. Ini maka Sanjaya minta dilamar kan hehehe ".
Akhirnya Mama berhenti memukuli anaknya itu. Ayah terkekeh, melihat kelakuan keduanya.
"Cemburu itu cuman alasan Kamu saja sepertinya. Asli nya Kamu penasaran dengan Ganes kan?. Papa pikir Kamu pacaran sama anak dibawah umur, biar tidak penasaran. Ternyata sama saja ! ". Ucap Papa, membuat Sanjaya tersenyum malu.
"Ya nggak gitu Pa.. Spontan aja tadi. Nggak ada niat ". Protes Sanjaya. Yah Dia tadi refleks , karena saking cemburunya. Ditambah Ganes mencoba menjauhkan dirinya.
"Harusnya malah Kamu nikahin Dia, Sanjaya ! Bukan cuman dilamar ! ". Omel Mama nya. Wanita itu tidak habis pikir. Cemburu kok malah nyosor.
"Jangan nyesal kalau setelah ini Ganes takut ke Kamu yaa !!! ". Ucap Mama lagi.
"Nanti Papa akan hubungi Sosro dulu, bagaimana pendapatnya soal lamaran ini. Kita tidak bisa memaksa, jika memang keluarga Ganes belum mengizinkan ". Ucap Papa pada akhirnya. Perkataan anaknya yang ingin melamar Ganes, tidak bisa dianggap sepele. Harus ada pembicaraan antara dua keluarga terlebih dahulu, sebelum berangkat melamar.
Dia memang ingin berbesan dengan Keluarga Sosro secepatnya, namun tahapannya harus sesuai dengan budaya mereka. Tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak. Mengingat juga, saat ini, Anak yang ingin dijadikannya menantu, masih bersekolah, dan usianya bahkan beberapa bulan lagi baru genap tujuh belas tahun.
"Terimakasih Paa ". Sanjaya bersyukur, karena Papa nya memberikan jawaban yang membuat lega.
"Kamu harus bisa menahan diri mu, San ! Ingat Kamu seorang Guru. Kalau di budaya kita, berarti digugu lan ditiru. Tindak tandukmu di tiru oleh anak didik mu. Jangan sampai Kamu memberi contoh yang tidak baik. Apalagi Perbuatanmu tadi masih di lingkungan sekolah. Bagaimana jika ada yang melihat? Kamu juga harus memikirkan bagaimana Ganes jika hubungan kalian diketahui banyak orang.. ". Pak Wisnu memberi nasehat pada anaknya. Dia tidak ingin Sanjaya salah langkah.
"Iya Pa.. Tadi Sanjaya benar - benar tidak bisa menahan diri.. ". Sesal Sanjaya. Yah, seharusnya Dia berpikir sampai sejauh itu. Bagaimana jika tadi ada yang melihatnya menarik Ganes ke Ruang Praktikum?
Wisnu ingat waktu itu, Pilihan hidup Anaknya menjadi seorang Guru, awalnya tidak Dia dukung, karena Dirinya ingin Sang Anak meneruskan bisnisnya. Namun lambat laun, Sanjaya yang justru bahagia dengan profesinya, bahkan masih sempat membantu bisnis keluarga, membuat Dirinya akhirnya luluh pada pilihan hidup anaknya itu.
Sebagai bukti bahwa dirinya sudah luluh, Wisnu selalu menasehati anaknya yang seorang Guru, agar berhati - hati dalam setiap tindakan dan ucapan. Dia juga selalu mengingatkan Sanjaya untuk selalu mengabdi dengan sepenuh hati. Mendidik anak dengan baik berarti mempersiapkan masa depan bangsa yang lebih baik pula.
"Memangnya Kamu sudah ngomong ke Ganes? Kamu cemburu kenapa, atau ke siapa kamu cemburu? ". Tanya Mama penasaran.
"Nah itu Ma.. Aku cuman ngomong cemburu hehe ! " . Sanjaya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mama hanya bisa menggeleng mendengar jawaban anaknya.
"Jelaskan ke Ganes, Kamu cemburu karena apa. Sebutkan juga siapa yang bikin kamu cemburu. Ngomong baik - baik. Apalagi Dia masih belum matang pikirannya, beda sama kamu yang sudah Dewasa, San..". Nasehat Mama.
"Iya Maa.. Besok Sanjaya akan berbicara ke Ganes.. ".
Pembicaraan orang tua dan anak itu akhirnya berlanjut, dengan pembahasan lain. Waktu mengobrol bersama keluarga sangat penting, untuk menjaga keharmonisan.
***
Ganes sudah bersiap untuk tidur. Tadi Dia sudah menyiapkan naskah untuk storytelling nya. Dia terinspirasi dari kisah yang pernah dibaca beberapa tahun lalu.
Ponsel di nakas berbunyi, membuat Ganes membuka kembali mata nya.
Tertulis di layar kontak dengan nama Pak Wis. Ganes mendengus sebal. Kenapa baru bertelpon sekarang? Sudah wayah nya orang tidur. (Wayah : waktu ).
"Hmm? ". Begitu panggilan dibuka, Ganes langsung ber- dehem. Seraut wajah sudah memenuhi layar hape Ganes.
"Sudah mau tidur ya? ". Tanya Sanjaya di seberang.
"Iya lah. Tau jam segini ! ". Jawab Ganes dengan kesal. Matanya mendelik ke Sanjaya.
"Maaf yaa.. Tadi ngobrol sama Papa dan Mama ". Sanjaya berbicara dengan nada lembut.
"Ohh ". Ganes jadi merasa bersalah. Lagi pula, tidak ada kewajiban bagi Sanjaya untuk menghubunginya tiap malam kan? Di sekolah pun Mereka sudah bertemu.
"Apa bibir nya sakit? ". Pandangan mata Sanjaya tertuju pada bibir Ganes. Jika lewat hape, bibir itu tidak terlihat bengkak.
"Bahas yang lain aja sih Pak ! Malu tau ! ". Ganes merasa tidak nyaman jika harus membahas hal itu.
"Saya minta maaf atas hal itu Ganes. Saya hanya cemburu.. Sam mengatakan apa ke kamu? ".
"Tidak ngomong yang penting sih ! Cuman ngomong besok kalo Dia main basket, Aku suruh nonton.. ". Jawab Ganes. Jadi ini yang membuat Sanjaya cemburu? Sanjaya cemburu ke Sam? Lucu nyaa !
"Terus kamu jawab apa?". Tanya Sanjaya penasaran.
.
.
.
Bersambung