#Kenakalan Remaja.
Bayu, seorang remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Emosinya yang masih labil, membuat ia mudah tersulut emosi dan juga mudah terhasut.
Suatu malam, Bayu pulang dalam keadaan mabuk. Sang ayah yang kecewa dan marah, tanpa sadar memukulinya.
Termakan hasutan tetangga, Bayu tega melaporkan ayahnya dengan tuduhan kekerasan anak. Hubungan ayah dan anak yang sebelumnya sudah goyah, menjadi semakin buruk. Namun, pertemuannya dengan seorang gadis sedikit membuka mata hatinya.
Sebuah rahasia besar terungkap ketika ibunya pulang kembali ke kampung halaman setelah dua tahun menjadi TKW di luar negeri.
Apa rahasia besar itu?
Mampukah rahasia itu menyatukan kembali hubungan ayah dan anak yang terlanjur renggang?
Ikuti kisah selengkapnya dalam 👇👇👇
MAAFKAN AKU, AYAH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Terungkap nya sebuah rahasia besar
.
Setelah pelukan itu, Aisyah mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. Ia menyusuri setiap sudutnya. Ada yang berbeda. Rumah itu kini jauh lebih bagus dari saat ia meninggalkannya untuk bekerja di luar negeri. Bukan lagi rumah sederhana dengan dinding papan yang lapuk dan bahkan hampir roboh.
Dindingnya sudah diganti dengan bata berbalut swmen, perabotannya pun terlihat lebih baru dan tertata rapi. Bahkan, ada beberapa perabotan baru yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Hatinya tersentuh.
"Rumah ini... sudah banyak berubah ya, Mas," ucap Aisyah dengan suara lembut, ada nada haru di sana.
Pak Ahmad tersenyum dan menggenggam tangannya. "Iya, Dek," jawab Pak Ahmad. "Mas menggunakan sebagian uang yang kamu kirim untuk memperbaiki rumah kita. Mas ingin, saat kamu pulang, kamu bisa merasakan sebagian hasil kerja kerasmu dan merasa nyaman serta bangga.
Aisyah tersenyum haru mendengar penjelasan Pak Ahmad. Ia merasa sangat beruntung memiliki suami yang begitu perhatian dan penyayang. Air mata bahagia mulai menggenang di pelupuk matanya. Tak jarang ia mendengar cerita dari beberapa temannya, yang katanya suaminya malah senang berfoya-foya saat sang istri bekerja di luar negri. Bahkan ada juga temannya yang pulang dari luar malah mendapati suaminya punya selingkuhan. Aisyah bersyukur Ahmad bukan pria seperti itu.
"Terima kasih banyak, Mas,” ucapnya.
Pak Ahmad mengusap air mata Aisyah dengan lembut. "Aku yang seharusnya berterima kasih, Dek," ucap Pak Ahmad. "Aku juga minta maaf, karena ketidakberdayaan ku, jadi kamu yang harus banting tulang menghidupi kami.
“Kita ini suami istri, Mas. Sudah sewajarnya jika kita saling dukung."
Ahmad mengangguk. Ingin kembali menarik istrinya ke dalam pelukan, tapi di sana masih ada Bayu dan Riana. Tak mungkin dia memperlihatkan kemesraan di depan anak-anak itu.
Riana yang melihat suasana itu merasa cukup mengganggu, jadi ia berusaha mencari cara untuk pulang. "Eng… Yah, Bu, Bayu, kalau begitu saya pulang dulu ya. Sudah cukup lama disini," ucapnya sambil berdiri.
"Tunggu, Riana. Kenapa cepet banget? Makan dulu aja, Nak," kata Aisyah dengan ramah. Aisyah sudah tahu dari pak Ahmad kalau Riana adalah seorang yatim piatu. Ia tak keberatan menganggap Riana sebagai saudara Bayu.
Bayu mengangguk, dan memandangnya dengan tatapan memohon, sehingga Riana akhirnya setuju. Pak Ahmad segera bergegas ke dapur untuk menghangatkan makanan yang tadi sudah ia masak. Gulai ikan patin yang bumbunya kental dan harum. Ia ingat betul cara Aisyah suka memakannya, dengan nasi hangat dan sambal hijau.
Sambil makan, mereka berbincang.
"Bayu bilang, kamu yang sering bantu dia belajar ya? Kamu juga yang selalu ada saat Bayu sendirian. Terima kasih banyak, Riana," ucap Aisyah tulus.
Riana malu dan mengangguk. "Tidak apa-apa, Bu. Kita memang teman, jadi harus saling bantu."
.
Setelah makan, Riana benar-benar harus pulang. Bayu mengantarkannya sampai ke depan rumahnya, dan di sana mereka berdiri sebentar.
"Terima kasih ya, Ri. Makasih buat semuanya," ucap Bayu.
"Sama-sama lah, Bay," jawab Riana. "Semoga keluarga kamu selalu bahagia ya. Apalagi Ibumu sudah pulang." Riana berbicara dengan suara yang bergetar.
Bayu mengangguk dan tersenyum. “Sekarang ibuku, ibumu juga. Kan ibu sudah bilang tadi.” Bayu tahu mungkin Riana sedang merindukan almarhum ibunya.
.
Keesokan harinya, Pak Ahmad bangun lebih cepat dari biasanya. Ia melihat Aisyah masih tidur nyenyak di sampingnya. Wanita itu pasti masih kelelahan usai penyatuan mereka semalam. Pak Ahmad menatap wajahnya dengan penuh cinta. Setelah beberapa tahun berpisah, akhirnya mereka bisa bersama lagi setiap hari.
Semalam saat makan malam, Bayu mengatakan agar ibunya tidak lagi pergi kerja jauh. Beberapa bulan lagi ia akan lulus SMA. Dan ia akan mencari pekerjaan di pabrik yang tak jauh dari desa mereka.
Aisyah tersenyum bangga mendengar kata-kata putranya. Ia pun kemudian mengutarakan rencananya untuk membuka usaha kecil di desa. Mungkin membuka toko sembako yang juga menjual makanan ringan.
.
Hari-hari berlalu dengan penuh kebahagiaan. Rumah Pak Ahmad selalu dipenuhi tawa dan kehangatan. Aisyah yang menyewa sebuah ruko di pasar, usahanya berkembang begitu pesat. Pak Ahmad tak lagi berjualan nasi goreng keliling kampung. Kini ia bekerja bersama Aisyah mengembangkan toko sembako mereka.
Bayu sudah benar-benar berubah menjadi anak yang baik, bahkan mereka sering membantu di toko Aisyah saat ada waktu.
*
Malam itu, ketika mereka baru saja selesai makan malam bersama, Aisyah ingin berbicara dengan Bayu. Aisyah mendengar cerita dari seorang tetangga bahwa Bayu pernah terhasut oleh seseorang hingga tega memenjarakan ayahnya. Aisyah juga mendengar bagaimana sikap Bayu yang dulu begitu memusuhi ayahnya. Aisyah merasa ada sesuatu yang harus diketahui oleh Bayu.
"Bay, ada sesuatu yang ingin ibu ceritakan sama kamu," ucap Aisyah.
“Dek…” pak Ahmad menatap Aisyah dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Mas. Bayu harus tahu. Agar dia tidak selamanya salah paham." Aisyah tidak mau menuruti keinginan suaminya untuk diam.
“Apa sih, Yah, Bu?" tanya Bayu penasaran.
"Ibu akan bicara,” ucap Aisyah. "Nak, ketahuilah, segala sesuatu yang kamu pikirkan tentang ayahmu... itu salah," ucap Aisyah dengan suara lembut tapi tegas. Dia menatap Bayu dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
“Iya, Bu. Aku tahu aku salah. Aku sudah mendengar dengan telingaku sendiri bahwa sebenarnya Pak Hasan hanya ingin mengadu domba Antara Aku dan ayah," ucap Bayu.
"Bukan hanya itu. Ada satu hal lagi yang harus Kamu tahu. Kamu ingat tidak, ketika kamu masih kecil, dan kamu harus dirawat di rumah sakit, sebenarnya saat itu kamu menderita penyakit ginjal parah? Dokter bilang kamu butuh donor ginjal secepatnya, kalau tidak... kamu tidak akan bertahan lama," mulainya.
Bayu mengangguk pelan. Dia ingat sedikit tentang masa itu, dan dia juga tahu kalau dia pernah terkena gagal ginjal, tapi tidak tahu detailnya.
"Kita mencari donor di semua keluarga, tapi tidak ada yang cocok. Ayahmu pun mencoba, dan ternyata tipe darah dan ginjalnya pas banget denganmu," lanjut Aisyah, melihat Pak Ahmad yang sudah menangis diam-diam
Bayu terkejut, mulutnya terbuka lebar. Ia tidak pernah mendengar ini sebelumnya. Seketika itu juga air mata menggenang di pelupuknya.
“Jadi, pendonor yang oleh dokter hanya disebut dengan nama orang baik itu adalah ayahku sendiri?”
Aisyah mengangguk sambil menggenggam erat tangan Bayu.
"Dokter juga sudah mengatakan, bahwa jika Ayah hanya memiliki satu ginjal, maka Ayah tidak akan bisa bekerja berat seperti sebelumnya. Ayahmu tidak peduli. Karena bagi Ayah, kesehatanmu adalah yang terpenting di atas segalanya," ucap Aisyah, air matanya mulai menetes.
“Jadi, tidak benar jika ada yang mengatakan bahwa ayahmu pemalas. Dan juga, ibu bekerja di luar negeri bukan karena Ibu ayahmu terlilit banyak hutang akibat judi. Tapi karena biaya operasi yang kami pinjam dari rentenir tapi kami tidak bisa mengembalikannya." Aisyah tak lagi bisa menahan air matanya. Wanita itu pun menangis tergugu.
Bayu menatap ke arah Pak Ahmad. Ayahnya sedang menutupi wajah dengan kedua tangan, menangis dengan suara tersedu-sedu.
"Kenapa... kenapa Ayah tidak memberitahuku ini, Yah?" bisik Bayu dengan suara bergetar.
Pak Ahmad mengangkat kepala, matanya merah dan bengkak. "Karena Ayah tidak mau kamu merasa bersalah, Nak. Ayah juga tidak ingin kamu merasa berhutang Budi. Ayah melakukan semuanya dengan ikhlas, karena Ayah mencintaimu. Itu adalah tugas Ayah, walaupun mengorbankan diri Ayah sendiri.”
"MAAFKAN AKU, AYAH," bisik Bayu, menangis deras. Ia berdiri dan menghambur ke pelukan ayahnya. "Maaf aku tidak tahu. Maaf aku selalu membuatmu kecewa."
Pak Ahmad memeluknya erat, menangis bersama. "Tidak apa-apa, Nak. Ayah sudah memaafkan mu. Ayah juga bersalah karena sudah memukulmu. Maafkan ayah juga ya?”
“Ayah tidak bersalah." Baju menggelengkan kepala. “Bayu yang bersalah, Bayu yang nakal.”
Aisyah juga bergabung dalam pelukan. Suara tangisan mereka bercampur dengan rasa lega dan cinta yang tulus.
ga kayak yg onoh...🤭🤭🤭