NovelToon NovelToon
Suara Dari Balik Sajadah

Suara Dari Balik Sajadah

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Terlarang / Trauma masa lalu / Cintapertama / Balas Dendam
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Caeli20

Maheswara merasakan sesuatu yang berdiri di bagian bawah tubuhnya ketika bersentuhan dengan wanita berhijab itu. Setelah delapan tahun dia tidak merasakan sensasi kelaki-laki-annya itu bangun. Maheswara pun mencari tahu sosok wanita berhijab pemilik senyum meneduhkan itu. Dan kenyataan yang Maheswara temukan ternyata di luar dugaannya. Membongkar sebuah masa lalu yang kalem. Menyembuhkan sekaligus membangkitkan luka baru yang lebih menganga.
Sebuah sajadah akan menjadi saksi pergulatan batin seorang dengan masa lalu kelam, melawan suara-suara dari kepalanya sendiri, melawan penghakiman sesama, dan memenangkan pertandingan batin itu dengan mendengar suara merdu dari Bali sajadahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caeli20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 : Buku Tamu Delapan Tahun Lalu

Hana sedang berjalan melewati deretan kelas sunyi. Itu jam terakhir. Beberapa siswa yang minta konseling dengan Hana. Hana meladeni para siswa itu hingga Hana guru yang terakhir keluar kelas hari itu. Rata-rata kelas sudah kosong.

Langkah Hana terhenti. Zahra berdiri tepat di depannya,

"Ada apa Zahra?," tanya Hana dengan tenang.

"Fadlan tidak berhenti untuk mengejarmu," ucap Zahra dingin.

"Ayolah Zahra. Itu urusan Fadlan. Kalau harus marah, marah lah padanya. Aku tidak pernah mengejar Fadlan. Kamu lihat sendiri, aku bahkan sudah punya calon suami,"

"Heh, baru calon kan, belum suami. Artinya, Fadlan masih punya peluang mengejarmu,"

Zahra sudah mau maju ingin menyiram sesuatu pada Hana,

"Ra.. Zahra, sini," seru Aulia dari koridor seberang membuat tangan Zahra terhenti.

Zahra mendengus. Dia maju melewati Zahra sambil menyenggol Hana dengan bahunya. Hana refleks menghindar. Zahra hampir oleng.

"Isssh," Zahra menghentakan kaki dengan wajah gusar sambil berlalu.

Hana mengalihkan matanya pada Aulia.

Aulia tersenyum seraya mengedipkan matanya.

**

Hana duduk di kursi riasnya, bertopang dagu menatap cermin kecil di depannya. Dia punya kaca yang lebih besar tapi kaca itu dipecahkannya hanya karena dia melihat bayangan bundanya dalam dirinya.

Hp nya berdering. Ada senyum tak terlihat di sudut bibirnya ketika menatap si penelpon.

"Assalamualaikum," sapanya lembut.

"Waalaikumsalam, ukhti cantik," suara Maheswara terdengar sumringah.

Hana tersenyum malu.

"Sudah di kost?,"

"Iya,"

"Aku masih di kantor,"

Dia tidak bertanya Mahes. Iya tahu hanya basa-basi daripada Krik. (Maheswara).

"Aku kangen. Sangat kangen,"

Hana hening.

"Bisa video call?,"

Hana gelagapan karena dia baru saja melepas hijabnya.

"Sebentar, aku pakai hijab dulu," ujar Hana seraya mencari hijabnya.

Astaga..aku yang Casanova ini pada akhirnya menyerah di tangan gadis berhijab. Lucu. (Maheswara).

"Sudah," ujar Hana sambil menatap kaca memastikan hijabnya sudah dipakai dengan benar.

Maheswara mengalihkan panggilan ke video call.

Hana menerima pengalihan. Tapi dia hanya menunjukan wajahnya separuh. Itu pun bagian mata dan dahi saja.

"Astaga Hana. Aku di sini sudah mau mati karena kangen. Dan kamu hanya menunjukan separuh wajahmu. Eh bukan, 3/4 wajahmu. Kamu tega," Maheswara pura-pura merengek.

Hana tersipu. Perlahan dia menurunkan hp nya agar wajahnya bisa terlihat penuh di layar. Maheswara tersenyum lebar.

"Nah gitu dong. Kamu itu tidak boleh malu, Han. Kamu harusnya petantang petenteng, wajahmu cantik. Bahkan tanpa polesan pun kamu tetap cantik," puji Maheswara.

Hana tersenyum.

Astaga. Sebentar lagi pasti ada yang bangkit. (Maheswara).

"Kamu sendirian di kamar?,"

"Iya, masa dengan orang lain,"

"Memastikan saja kan," Maheswara memperbaiki posisi duduknya," Aku ingin kamu ajari aku sholat,"

Hana mengernyitkan keningnya,

"Kamu muslim kan?,"

"Iya,"

"Dari lahir?,"

"Iya. Mau lihat KTP ku?,"

"Bukan, maksudku, apa kamu tidak pernah sholat? Kamu kan Islam sejak lahir, kecuali kamu mualaf,"

Maheswara tertawa kecil,

"Han, tahu kan sekarang kenapa aku mengejarmu. Kamu bisa membuatku ingat Pencipta. Dulu, aku pikir semua bisa dibeli dengan uang. Hingga aku sakit dan uangku tidak bisa menyembuhkan ku. Akhirnya mau tidak mau aku harus menyadari bahwa di atas semuanya ada Pencipta dan keinginan kembali mengingat Pencipta semakin kuat saat aku bertemu denganmu,"

Hana tersentuh.

"Baiklah. Kita mulai dari mana? Dari cara wudhu dulu mau?,"

"Wudhu itu apa?,"

"Ya ampun Mahessss,"

Percakapan mereka pun berlangsung berjam-jam. Hingga Hana tidak menyadari dr. Farid sudah berkali-kali menelponnya.

**

"Di mana anak ini?," gumam dr. Farid, "Kalau perjalanan nya hanya 3-4 jam, aku sudah ke sana malam ini juga,"

"Belum dijawab ayah," tanya Ratna Dewi begitu masuk di kamar sambil merapikan masker wajahnya.

Dokter Farid menggeleng sambil berkacak pinggang,

"Apa dia baik-baik saja?,"

"Yakin saja dia baik-baik saja. Akhir-akhir ini kan memang dia jarang menjawab panggilan kita. Apa jangan-jangan di sana dia sudah punya pacar?,"

Dokter Farid menatap istrinya,

"Jangan-jangan pria bernama Maheswara itu ada di sana. Sejak pertemuan pertama, hati ayah tidak sreg sama dia,"

"Tidak mungkin, Ayah,"

"Bagaimana bunda yakin?,"

"Karena Maheswara sedang ada di sini. Besok mau ketemu dengan Bunda,"

"Untuk?,"

FLASHBACK ON

Ratna dan dr. Farid tiba di depan pesantren. Dokter Farid meringis memegang dada kirinya.

"Ayah kenapa?,"

"Hati ayah sakit melihat pesantren ini. Ayah ingin memberontak. Di tempat ini putriku dihancurkan mental dan masa depannya," suara dr. Farid bergetar.

Ratna mengusap lengan suaminya.

"Kita harus kuat Ayah. Ini keinginan kita bukan untuk mencari tahu identitas di pemerkosa,"

Dokter Farid mengangguk. Dia mengusap pelupuk matanya yang basah.

Sesakit itu hati seorang ayah ketika putri yang sangat dijaganya dirudapaksa. Sakitnya tidak akan sembuh.

Dokter Farid menghirup udara banyak-banyak.

"Ayo bunda, ayah sudah siap,"

Mereka berdua pun turun dari mobil. Langsung menuju kantor Bu Nyai.

Bu Nyai menyerahkan buku besar warna kuning yang sudah mulai usang itu ke tangan Ratna.

Ratna perlahan membuka buku itu. Halaman demi halaman dibuka, satu per satu. Dia berhenti di tanggal peristiwa. Jarinya menelisik nama tamu satu per satu. Ternyata hari itu banyak tamu yang datang untuk membawa sumbangan ke pesantren. Kalau sebanyak ini pasti mencari tahunya akan butuh waktu yang cukup lama. Dokter Farid di sebelahnya sama-sama menatap lembar demi lembar yang dibuka.

Hingga Ratna tiba di sebuah nama. Di keterangan orang itu adalah musafir bukan untuk membawa bantuan.

"Bu Nyai,"

"Ya, Bu?,"

"Siapa pria musafir ini?,"

Bu Nyai memajukan tubuhnya melihat nama yang ditunjuk,

"Oh itu.. dia salah satu butuh lepas yang bekerja di proyek di samping ini, Bu. Dia hanya dua hari katanya di sini. Karena malam itu dia lagi sakit, dia minta izin menginap di sini. Tapi dua hari setelahnya, proyeknya katanya pindah pemilik jadi semua pekerja diganti dan yah seperti yang Ibu lihat, proyek itu mangkrak. Katanya pemilik keduanya bangkrut,"

Ratna dan dr. Farid saling lirik.

"Siapa pemilik proyek waktu itu, Bu Nyai?,"

"Pemilik kedua atau pertama, Bu?,"

"Yang pertama,"

"Duh, saya ingat-ingat dulu Bu sudah lama soalnya, Bu Nyai berpikir sejenak, "Dapan.. Dasnan..eh Dastan Cooporate kalau tidak salah Bu. Tapi kayaknya salah sebut. Saya tanya penjaga dulu manatahu masih ingat,"

Nama itu seperti tidak asing Aku pernah membaca nama itu (Ratna).

Dastan? Aku seperti pernah mendengar nama itu (dr. Farid).

"Iya Bu benar, kata penjaga nama perusahaanya Dastan Cooporate. Mereka yang pegang proyek pertama saat itu," ujar Bu Nyai setelah menghilang sejenak bertanya pada penjaga.

Karena panggilan darurat dari rumah sakit, membuat Ratna dan dr. Farid harus cepat-cepat kembali.

Kali ini dr. Farid memutuskan dia yang mengemudi dan istrinya duduk di sampingnya.

Dalam perjalanan pulang, pikiran Ratna bekerja keras mengingat nama Dastan. Hingga akhirnya, dia mengingat sebuah kartu nama. Dia mengaduk-aduk tas di atas pangkuannya mencari kertas kecil itu. Dan, itu dia. Ratna menemukan kartu nama yang dicari.

"Maheswara Dastan..CEO Dastan Cooporate," gumamnya pelan.

Ratna mengangkat wajahnya dengan ekspresi kaget.

1
Fitra Sari
lanjuttt thorrr
Fitra Sari
lanjutt thorrr
Caeli
iya.. bikin greget nih Mahes ya kak🤭🤗
puji hastuti
mau tidak mau...bukan dari hati nurani
puji hastuti
bikin mahes taubatab nashuka dulu...tersiksa dulu,rajin ibadah dulu...baru bisa dekatkan dengan hana
Caeli: Menarik komennya kakak 😍ikuti terus ya hingga akhir biar kita sama-sama tahu endingnya🤗 makasih supportnya kak🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto: ok, mantap👍
total 2 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Caeli: Sudah ada up nya ya kak😍 makasih support nya🙏 Ikuti hingga akhir ya🤗
total 1 replies
Wiwi Mulkay
up lagi dong
Caeli: Sudah ada up nya ya kak😍 makasih support nya🙏 Ikuti hingga akhir ya🤗
total 1 replies
Dewi Widiawati
karya yang sangat bagus🙏🙏🙏
Caeli: makasih supportnya kak Dewi😍🙏
ikuti hingga akhir ya🙏
total 1 replies
Dewi Widiawati
sepetinya ayra ini anak nya Hana hasil dari rudapaksa🤔🤔
Caeli: Hmmm, menarik komennya kakak😍 ikuti terus yah biar bisa membuka semua rahasia ttg Hana😍🙏
total 1 replies
ANDERSON AGUDELO SALAZAR
Jujur aja, cerita ini salah satu yang paling seru yang pernah gue baca!
Caeli: terima kasih dukungannya kak🙏 Ikuti hingga akhir ya😍🙏
total 1 replies
Kevin Wowor
Buatku melek sepanjang malam.
Caeli: terimakasih atas dukungan nya kak🙏 Ikuti hingga akhir ya😍🙏
total 1 replies
charista
ide ceritanya keren kak😍
psikologi mix religi💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!