Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Reuni SMA
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, tibalah waktunya acara reunian SMA. "Kamu yakin gak mau kakak antar?" seru Una.
"Gak usah Kak, aku sendiri saja," sahut Moza.
"Kakak khawatir loh, takut kamu kenapa-napa soalnya mendengar cerita kamu, mereka itu jahat-jahat," ucap Una.
"Tenang saja Kak, aku bisa jaga diri. Lagi pula sekarang Moza sudah berubah bukan Moza yang lemah lagi seperti dulu," sahut Moza dengan senyumannya.
"Yakin, kamu bisa jaga diri?" tanya Una meyakinkan.
"Yakin Kak, aku bisa jaga diri jadi kakak jangan khawatir," sahut Moza.
"Ya, sudah pokoknya kalau ada apa-apa kamu cepat hubungi kakak," seru Una.
"Siap kakakku yang cantik," sahut Moza dengan senyumannya.
"Mau kakak anterin ke tempat acara gak?" tawar Una.
"Gak usah, tadi katanya Dimas mau nganter aku," sahut Moza.
"Ya, sudah kamu hati-hati. Ingat, kalau ada apa-apa cepat hubungi kakak," nasihat Una.
Moza mengacungkan jempolnya. Tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil. "Nah, itu Dimas sudah datang. Aku berangkat dulu ya, Kak."
Moza pun segera keluar. Malam ini dia menggunakan dress warna putih dengan panjang di atas paha dan tanpa lengan memperlihatkan paha dan pundak yang putih mulus. Rambutnya dia gerai begitu saja dipadupadankan dengan makeup yang tipis.
"Ayo berangkat!" ajak Moza sembari masuk ke dalam mobil Dimas.
Dimas memperhatikan penampilan Moza dari atas. "Kenapa? ada yang aneh dengan penampilan aku?" tanya Moza bingung.
"Kenapa kamu pakai baju seksi sekali," protes Dimas.
"Lah, setiap hari juga penampilan aku seperti ini tapi kamu gak pernah protes, kenapa sekarang protes?" tanya Moza.
"Ya, karena beda cerita. Kalau di bar, meskipun kamu telanjang gak bakalan ada yang berani deketin kamu, beda dengan sekarang karena kamu akan menghadiri acara umum takutnya ada yang jahat soalnya aku gak bisa nemenin kamu," ucap Dimas khawatir.
"Gak bakalan ada, tenang saja. Jika ada yang ingin berniat jahat sama aku, 'kan aku bisa langsung hubungi kamu," sahut Moza.
"Ok, pokoknya kamu harus selalu hati-hati. Aku tahu mereka bukan teman kamu, pokoknya ada yang ngasih minum jangan diminum takutnya itu jebakan atau apa?" nasihat Dimas.
"Iya-iya. Lama-lama kamu itu mirip sama Kak Una, buruan ah jalan aku sudah telat ini," seru Moza.
Akhirnya Dimas pun mulai melajukan mobilnya menuju tempat reuni. Dimas tidak bisa menemani Moza karena malam ini dia ada perform sebagai pengganti Moza. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Dimas pun menghentikan mobilnya di depan sebuah hotel bintang lima.
"Aku masuk dulu ya, Dim," pamit Moza.
"Ok, pokoknya kalau ada apa-apa hubungi aku segera," ucap Dimas.
"Siap!"
Moza pun keluar dari dalam mobil Dimas, lalu perlahan masuk ke dalam hotel itu dengan percaya diri yang penuh. Jujur, perasaan gugup dan deg-degan itu ada tapi Moza berusaha bersikap tenang karena dia tidak mau sampai mantan teman-temannya itu kembali meledek dirinya.
Moza terlihat buru-buru karena dia sudah terlambat setengah jam. Sementara itu, di dalam tempat acara semuanya sudah memulai acara. Bagas tampak tidak semangat, entah kenapa dia sangat mengharapkan Moza bisa datang ke acara reuni itu.
"Hai!" Bagas menoleh ke belakang saat mendengar ada yang menyapanya.
"Hai, Lula!" jawab Delon.
"Hai, Delon!" mereka pun cipika-cipiki.
Bagas hanya diam saja, dia masih marah kepada Lula bahkan salah satu alasan dia tidak mau datang ke acara reuni karena tidak mau bertemu dengan Lula. Padahal pada waktu SMA, Bagas sangat mencintai Lula tapi Lula memilih untuk memutuskan Bagas karena Bagas lebih memilih jadi Polisi dibandingkan jadi pengusaha. "Hai, Bagas!" sapa Lula dengan senyuman kakunya.
Bagas lagi-lagi hanya diam saja. "Bagas, aku tahu kamu masih marah sama aku atas kejadian masa lalu. Aku ingin meminta maaf sama kamu karena sudah menyakiti hati kamu," ucap Lula.
"Sudah terlambat," sahut Bagas dingin.
Lula duduk di samping Bagas dan memperhatikan Bagas dengan seksama. "Lama tidak bertemu, kamu semakin tampan saja. Aku jadi menyesal sudah memutuskan mu waktu itu," ucap Lula.
Bagas hanya tersenyum sinis menanggapi ocehan Lula. "Aku dengar kamu belum punya pasangan ya, sepertinya aku ada kesempatan dong buat ngisi hati kamu lagi," ucap Lula tidak tahu malu.
Tiba-tiba lampu menyorot ke arah Bagas dan Lula. Semua orang berteriak karena keduanya muncul di layar besar yang ada di sana. Banyak yang desas-desus kalau mereka sangat menyukai pasangan idola sejak SMA itu.
"Mereka cocok banget ya, cantik dan tampan."
"Apa saat ini mereka masih menjalin hubungan?"
"Semoga saja mereka sampai ke pelaminan, gak kebayang kalau nikah nanti anak-anaknya pasti lucu."
Begitulah kasak-kusuk yang terdengar membuat Lula tersenyum. "Kamu masih suka sama Bagas?" tanya Delon.
"Kalau boleh jujur, iya," sahut Lula malu-malu.
"Terus kenapa dulu kamu ninggalin Bagas?" tanya Delon.
"Iya karena dia tidak mau mendengarkan aku untuk jadi pengusaha malah milih jadi polisi. 'Kan polisi uangnya sedikit," sahut Lula.
"Terus kenapa sekarang kamu mau balik lagi sama aku? 'kan gaji aku sedikit?" sindir Bagas.
"Kalau sekarang beda lagi, karena aku sudah berpikir panjang dan ternyata tidak semua banyak uang itu bahagia. Hidup dengan orang yang kita cintai jauh akan sangat bahagia," sahut Lula dengan senyumannya.
Lula berbohong, padahal pada kenyataannya dia sempat melihat artikel di sebuah majalah jika Bagas polisi tampan dan berprestasi itu akan menjadi pewaris dari sebuah perusahaan terkenal di kota itu. Jadi Lula akan berusaha mendekati Bagas kembali bagaimana pun caranya. Tidak lama kemudian, pintu ruangan terbuka lagi-lagi lampu menyorot ke arah pintu dan semua orang melihat ke arah pintu itu.
Moza muncul membuat semua orang membelalakkan matanya. Banyak juga yang belum tahu dengan Moza karena mereka sudah tinggal di kota yang berbeda. Bagas langsung bangkit dari duduknya dan tersenyum kala melihat Moza akhirnya datang.
"Moza!" gumam Delon.
"Hah, Moza? itu si Moza?" tanya Lula.
Lula memang baru saja kembali dari luar negeri karena dia melanjutkan kuliah di luar negeri jadi dia tidak tahu mengenai Moza. "Iya, cantik 'kan?" sahut Delon.
Moza terdiam, dia merasa gugup di liatin oleh semua orang. "Gila, itu Moza yang dulu culun itu ya?"
"Sekarang itik buruk rupa sudah berubah menjadi angsa."
"Dia sudah jadi DJ terkenal loh sekarang."
Semua orang mulai membicarakan Moza tapi Moza sama sekali tidak mau memperdulikan mereka. Hingga suara MC menyadarkan semuanya dan mempersilakan Moza untuk masuk. Moza berjalan dengan anggunnya melewati semua teman-teman yang dulu membullynya.
"Sebuah kehormatan dan kebanggaan karena angkatan kita ada yang sudah menjadi artis terkenal bahkan semua kalangan mengenal Moza. Selamat datang Moza, kami sangat bahagia kamu bisa datang ke acara reuni ini kami pikir kamu tidak akan datang karena sekarang jadwal kamu sangat padat," ucap MC.
Moza hanya mengangguk dan menyunggingkan sedikit senyumannya. "Cih, jadi DJ? pasti pergaulan dia bebas, terlihat sekali dari pakaiannya yang sangat seksi itu," batin Lula dengan sinisnya.
