"semua orang memiliki hak untuk memiliki cita-cita,semua orang berhak memiliki mimpi, dan semua orang berhak untuk berusaha menggapainnya."
Arina, memiliki cita-cita dan mimpi tapi tidak untuk usaha menggapainya.
Tidak ada dukungan,tidak ada kepedulian,terlebih tidak ada kepercayaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Salah Paham
Pagi ini Arina sudah di mobil Evan.
"Evan aku dengar kakek mu meninggal ya kemarin? Aku turut berbela sungkawa ya"
"Kakek nya Papaku Arina,kalau Kakekku sudah lama meninggal dari saat Papa SMA".
"Oh...jadi yang meninggal kakek buyut mu"
"Iya,Papaku itu yatim piatu,sejak SMA.Jadi yang membesarkan Papa ya Kakeknya."
Arina manggut-manggut,mendengar cerita Evan.
Cowok di sebelahnya ini,terlihat lebih kalem dan juga lebih berhati-hati jika bicara.Membuat hati Arina tidak sadar membandingkan 'Evan berbeda banget sama Arkan.Nada bicaranya selalu tenang dan hati-hati, seperti di fikirkan dulu baru bicara.Kalau Arkan,dia lebih terang-teranga dan apa adanya.Tapi, akhir-akhir ini sikapnya aneh sekali.'
"Arina,hari ini lomba paduan suara ya?"
"Iya,aku nggak sabar lihat penampilan Vivian. Dia dari kemarin semangat sekali latihan".
"Syukurlah dia sekarang lebih semangat ya.Aku suka lihat dia semangat begitu".
"Ehm...iya,aku juga"
Mendengar Evan menyukai semangat Vivian membuat sesuatu yang aneh di hati Arina.'Evan,dia bilang suka.Jadi sebenarnya dia menyukai Vivian?,tapi Vivian bilang dia menyukaiku.Kenapa hati ku merasa sakit saat dia bilang begitu'.
Karna hatinya bicara begitu,sontak membuat perubahan di raut wajah Arina.Dia berubah sedikit murung.Apa karena dia cemburu?,entahlah dia juga tidak tahu.
Evan menyadari perubahan itu,ia membenarkan duduknya sambil memikirkan kalimat apa yang harus ia katakan pada Arina.Dia tahu,karna ucapannya tadi yang bilang bahwa ia suka lihat semangat Vivian membuat perubahan itu,ingin ia jelaskan bahwa maksud suka tadi bukan suka yang seperti ia rasakan saat dengan Arina.Tapi itu sekedar suka melihat sahabatnya berubah lebih baik,tidak lebih.Yang akhirnya keluar dari bibirnya adalah,...
Evan menegakkan duduknya, jemarinya mengetuk lututnya pelan. “Aku tadi nggak bermaksud suka yang... ya, bukan suka yang gimana-gimana,” katanya cepat, tanpa menatap Arina.
Arina mengerutkan dahi. “Maksudnya?”
Evan menatapnya sekilas, lalu buru-buru mengalihkan pandangan. “Maksudku, aku memang suka lihat orang berubah,seperti Vivian. Maksudnya bukan karena dia cewek, tapi...ya, siapa pun juga aku bisa suka, kalau dia berubah.Eh...bukan suka yang itu, Arina.”
Arina menatapnya makin bingung. “Jadi,kamu suka semua orang?”
Evan menelan ludah,kerongkongannya naik turun, makin salah tingkah. “Nggak juga. Ya... suka yang nggak suka.Ah, susah jelasinnya.”
Hening.
Arina memalingkan wajah, menahan senyum kecil yang tidak bisa ia sembunyikan.Sementara Evan memijit pelipis, merasa kalimatnya barusan baru saja menjerumuskannya ke dalam jurang kesalahpahaman paling tidak elegan dalam hidupnya."Kenapa aku bisa sepayah ini,ayolah Evan kamu cuma harus bilang 'aku sukanya kamu,bukan Vivian',begitu saja kamu tidak bisa!".Bahkan dirinya sendiri tidak bisa lepas dari omelannya.
***
Suasana sekolah masih sama dengan kemarin,penuh dengan suara riuh dari para suporter yang menjagokan wakilnya untuk mengikuti lomba
Sebuah panggung kecil di tengah lapangan,masih berdiri tegak.Di kelilingi oleh seluruh siswa dan siswi,bahkan juga para wali murid yang ikut menonton.
Sesuai jadwal pertandingan dari panitia,hari ini adalah lomba paduan suara dari masing-masing kelas.Vivian dan tim maju setelah nama grup mereka di panggil.
Di barisan depan Vivian dan empat teman perempuan sudah bersiap,di ikuti oleh Kenzo juga keempat teman laki-laki di barisan belakang.Formasinya di susun,sehingga tampilannya rapi juga enak di pandang.
Arina,Dita dan Evan duduk di barisan bangku penonton. Dari tempat mereka, panggung terlihat jelas.
“Wah, Vivian kelihatan tegang ya,” bisik Arina pelan.
Evan tersenyum kecil. “Iya,tapi awal-awal saja itu.Nanti juga nggak lagi".
Sorak penonton pecah.Vivian menelan ludah, menggenggam mikrofon dengan tangan gemetar.
“Vivian,oke kamu pasti bisa... tenang saja.Cukup lakukan yang terbaik”Hatinya bicara menguatkan dari dalam.Ia menarik napas dalam, lalu mengangguk. “Oke. Let’s make this beautiful.”
Musik mulai mengalun lembut di awal, lalu perlahan mengisi udara.Vivian membuka suara pertama.
Nada suaranya bergetar di detik pertama, tapi kemudian mengalir jernih seperti air.
Sorak penonton perlahan mereda, semua mata tertuju ke panggung.Bahkan Miss Aida yang awalnya hanya menonton setengah hati, kini terdiam, matanya memandangi Vivian dengan kagum.
Evan menatap ke depan tanpa berkata apa-apa, senyum samar muncul di ujung bibirnya.
Angin sepoi menembus tirai panggung,membawa suara Vivian dan teman yang lain terdengar semakin bulat, penuh perasaan.Saat lagu mencapai nada terakhir, seluruh lapangan pecah oleh tepuk tangan dan sorakan.
Vivian tersenyum lega, menunduk pelan, air matanya nyaris jatuh karena bahagia.
Arina memperhatikan senyum Evan,yang biasanya terasa tulus untuknya kini justru terasa jauh, seperti dialihkan ke arah lain.
Ia menarik napas pelan, mencoba menepis sesuatu yang tiba-tiba menggigit di dadanya. 'Sebegitu sukanya dia sama Vivian…'
Evan menoleh seolah menyadari tatapannya, tapi Arina buru-buru berpaling.Ia meraih tasnya dan berdiri, pura-pura sibuk.
*
*
*
~salah paham aja terus😖 gemes sama dua orang ini!
~Salam hangat dari Penulis 🤍
Tak ada kata lagi terucap👍🙏