NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Pergi

Ketika Suamiku Pergi

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:16.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ni R

Ditinggal saat sedang hamil, Elma terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya seorang diri. Yang lebih menyakitkan daripada sekedar ditinggal, ternyata suami Elma yang bernama Dion secara diam-diam menceraikan Elma. Dan dibalik pernikahan tersebut, ada kebenaran yang jauh lebih menyakitkan lagi bagi Elma. Penasaran? Yuk baca ceritanya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua Hancur

Pagi itu langit tampak mendung, seolah ikut menyelimuti suasana hati dua bersaudara yang duduk di kursi tunggu rumah sakit jiwa. Dion dan Diana sama-sama menatap kosong ke arah koridor panjang yang berbau obat dan disinfektan itu. Wajah keduanya terlihat tegang, mata lelah, dan suara napas berat seakan dipenuhi beban yang menumpuk terlalu lama.

“Kita tidak bisa terus membiarkan Mama berada di tempat seperti ini” ucap Dion pelan sambil menatap adiknya. “Aku tidak tega melihatnya terus menerus dalam ruangan itu. Mama tidak gila, dia hanya butuh istirahat.”

Diana menatap kakaknya ragu. “Aku tahu, tapi dokter bilang kondisinya belum stabil. Mama masih sering berteriak di malam hari, mama bahkan tidak mau makan kalau bukan perawat yang menyuapi. Tapi, aku juga tidak sanggup melihat mama di sini.”

Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk berbicara langsung dengan dokter yang menangani Ratna, yaitu dr. Yulinda, dokter yang sabar namun tegas. Saat keduanya memasuki ruangannya, dokter itu langsung berdiri menyambut mereka.

“Selamat pagi, Tuan Dion, Nyonya Diana. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sopan.

Dion segera menyampaikan maksud kedatangannya. “Dok, kami ingin membawa Mama pulang. Kami akan mengurusnya di rumah, kami juga sudah menyiapkan perawat pribadi untuk berjaga dua puluh empat jam. Tolong beri izin perawatan jalan saja.”

Dr. Yulinda tampak berpikir sejenak, kemudian menatap mereka dengan ekspresi serius. “Saya mengerti niat baik kalian, tapi untuk saat ini, saya tidak bisa memberikan izin itu. Ibu Ratna masih belum stabil secara mental. Beliau masih sering berteriak, menolak makan, bahkan mencoba melukai dirinya sendiri. Jika dipaksakan pulang sekarang, justru bisa memperparah kondisinya.”

“Tapi, Dok, kami keluarga kandungnya! Kami tahu apa yang terbaik untuk Mama!” seru Diana dengan suara meninggi, matanya mulai berkaca-kaca.

Namun sebelum dokter sempat menjawab, pintu ruangan tiba-tiba terbuka keras. Seorang pria berjas hitam melangkah masuk tanpa permisi, wajahnya penuh ketenangan namun senyum di bibirnya menebar ancaman.

“Tampaknya keluarga Ratna masih belum mengerti arti kata ‘pertanggungjawaban’, ya,” ujar Amar dengan nada sinis sambil menatap Dion dan Diana bergantian.

Dion langsung berdiri. “Kau lagi? Apa maumu datang ke sini, Amar?! Ini urusan keluarga kami, bukan urusanmu!”

Amar justru tertawa kecil, suaranya tenang tapi tajam menusuk. “Oh, aku justru bagian dari masalah besar keluarga kalian. Dan aku datang bukan tanpa alasan. Aku hanya ingin memastikan, jika Ratna sampai dibawa keluar dari tempat ini sebelum waktunya, aku akan melaporkan seluruh kejahatannya pada pihak berwajib. Lengkap dengan bukti-bukti yang kupunya.”

Wajah Dion memucat, sementara Diana menatap Amar dengan marah namun takut. “Kejahatan apa yang kau maksud?! Jangan asal bicara!” Dion pura-pura tidak tahu karena ia merasa malu pada dokter Yulinda.

Amar melangkah mendekat. “Oh, jadi kalian benar-benar tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu? Mama kalian adalah pembunuh berencana. Dia yang menyebabkan kematian kedua orang tuaku, paman, bibi, bahkan saudara kembarku sendiri. Dan aku memiliki semua bukti kecelakaan yang kalian pikir sudah ditutup rapi.”

Ruangan itu langsung hening. Dr. Yulinda menatap bingung, sementara Diana menahan napas dan Dion mengepalkan tangan dengan rahang menegang.

“Kau berbohong!” teriak Dion, nadanya bergetar. “Mama tidak mungkin melakukan hal sekeji itu!”

Amar tersenyum tipis, lalu menatapnya dengan dingin. “Kau pikir aku datang tanpa bukti? Tanyakan saja padanya nanti, kalau dia sudah sedikit tenang. Dia pasti akan menyebut namaku, dan semua nama keluargaku yang dia habisi karena ketamakan. Tapi, hei, aku tidak datang hanya untuk mengingatkan itu. Aku datang untuk memperingatkan kalian berdua. Kalau kalian berani mencoba membawa Ratna keluar, aku pastikan seluruh media tahu kalau keluarga kalian keturunan pembunuh. Kalian akan dikucilkan, dijauhi, bahkan nama keluarga kalian akan hancur.”

Dion yang sudah tak mampu menahan amarahnya melangkah maju hendak memukul Amar, tapi sebelum tangannya sempat melayang, sebuah suara wanita terdengar di belakang pintu.

“Berhenti, Dion. Kau tidak perlu melakukannya.”

Semua kepala menoleh. Elma berdiri di ambang pintu, mengenakan gaun sederhana berwarna abu muda, wajahnya tenang namun sorot matanya menusuk. Ia melangkah masuk perlahan, berdiri di sisi Amar.

“Elma, kau juga di sini?” tanya Dion dengan nada getir.

Elma menatapnya tajam. “Tentu saja aku di sini. Aku harus melihat bagaimana keluarga sejahat kalian menghadapi hasil dari perbuatannya sendiri. Sekarang aku malah merasa bersyukur, Dion... bersyukur karena sudah lepas dari keluarga kriminal seperti kalian.”

Diana mengepalkan tangan, suaranya bergetar marah. “Jaga ucapanmu, Elma! Kau tidak tahu apa-apa tentang keluarga kami!”

Elma tersenyum tipis. “Oh, aku tahu banyak, Diana. Bahkan lebih banyak dari yang kau kira. Aku tahu siapa yang menyuruh dua preman untuk menghajar aku sampai keguguran. Aku tahu siapa dalang dari semua penderitaan yang kualami. Dan sekarang aku punya buktinya.”

Dion memucat, tatapannya goyah. “Kau bohong. Tidak ada bukti apa pun!”

“Oh, ada, Dion, dan kau akan segera melihatnya,” jawab Elma dengan tenang, matanya berkilat tajam. “Kau dan Diana sama saja. Kalian lahir dari darah pembunuh, dan kalian tumbuh menjadi manusia yang mewarisi dosa. Tapi jangan khawatir, karma sudah mulai bekerja.”

Diana ingin membalas kata-kata itu, tapi lidahnya terasa kelu. Amar menatap Elma dengan senyum puas, lalu berkata pelan, “Aku sudah memperingatkan kalian. Jangan pernah menantang orang yang tidak memiliki apa-apa untuk kehilangan. Karena yang tersisa hanyalah balas dendam.”

Ruangan itu berubah dingin. Diana menggigit bibirnya, Dion berdiri terpaku di tempat, dan dokter Yulinda hanya bisa menatap mereka dengan pandangan iba.

Amar melangkah keluar lebih dulu, disusul Elma yang menatap sekilas ke arah Dion dengan tatapan dingin tanpa belas kasihan.

“Kau pikir kau sudah membuatku hancur, Dion? Tidak. Sekarang giliranku yang akan menghancurkan kalian, satu per satu, dengan cara yang paling menyakitkan.”

Kata-kata itu bergema di benak Dion bahkan setelah mereka pergi, meninggalkan ruangan yang penuh ketegangan, dan menyisakan kenyataan bahwa hidup keluarganya tidak akan pernah sama lagi.

***

Menjelang sore, Diana baru saja pulang, ia menutup pintu perlahan, belum sempat menaruh tas di meja, tamparan keras dari Yardan mendarat di pipinya. “Kamu memang tidak tahu diri, Diana!” bentaknya lantang, membuat tubuh Diana terhuyung ke belakang. “Aku udah bilang jangan pergi ke rumah sakit jiwa itu lagi! Mau sampai kapan kau membuat malu keluarga ini?”

Air mata langsung mengalir di pipi Diana. Ia mencoba menjelaskan, “Aku hanya ingin melihat mama. Aku tidak bisa meninggalkan mama sendirian di tempat itu—”

Namun, sebelum kata-katanya selesai, Yardan menendang kursi hingga jatuh. “Cukup! Aku menyesal nikah denganmu! Gara-gara kau, semua orang membicarakan keluarga ini!”

Diana menggigit bibirnya, menahan isak. Dari ruang tengah, Nyonya Heni keluar sambil melipat tangan di dada. “Sudah kubilang dari awal, perempuan ini memang pembawa sial,” ujarnya sinis. “Sejak dia masuk ke keluarga kita, semuanya hancur.”

Ucapan itu menembus hati Diana seperti pisau. Ia terdiam, tak sanggup menjawab. Dalam kepalanya, terlintas bayangan wajah mamanya yang dulu juga melontarkan kata serupa kepada Elma, menuduhnya sebagai menantu pembawa sial.

Kini, roda nasib berputar. Ia merasakan pahitnya berada di posisi Elma. Dunia seakan menelannya bulat-bulat. Dengan wajah lebam dan hati remuk, Diana hanya bisa berbisik lirih, “Mungkin, ini balasan atas semua kesalahan mama dulu.”

Yardan menatapnya dingin sebelum meninggalkan ruangan, sementara Nyonya Heni masih menggerutu, menyebut Diana aib keluarga. Di ruang tamu yang sepi, Diana terduduk, menangis tanpa suara, menyadari bahwa ia kini benar-benar sendirian.

1
Arin
/Heart/
Nie_Ayu
👏
Nie_Ayu
👏👏👏
Dewi Ajah
biar mengalir aja el
Dewi Ajah
keren lah elma.. bisa berkata tegas sama dion n mak nya.. biar makin gila mereka🤭
Sunaryati
Lanjuut
Arin
Biar mereka yang jahat mendapatkan apa yang mereka lakukan Elma.
Sekarang tinggal dirimu menyongsong bahagia tanpa ada bayang masa lalu yang menyakitkan
Lisa Yacoub
ceritanya bagus, thor.
Lisa Yacoub
tadi Amar naik motor, kok sekarang naik mobil, thor?
Sunaryati
Kok yang pergi Yardan, apa mereka tinggal di rumah Diana? Kehancuran kamu perlahan namu pasti sudah berjalan Diana, Dion dan Fira juga sudah , nikmati saja
Sunaryati
Karma itu datang pada orang yang mengabaikan pepatah yang kita tanam nanti kita tuai jugs
Sunaryati
Mana sikap percaya diri dan kesombongan kamu Diana?
Dwi Agustina
Karma dibayar satu persatu👍
Sunaryati
Itulah jika hidup bergantung pada orang-lain walaupun itu suami atau istri, apalagi perangai kalian sebelumnya buruk, maka tidak ada yang percaya. Nikmatilah buah perilakumu pada Elma dan orang- orang yang pernah kau kecewakan Ratna Dion, dan Diana
Sunaryati
Mantaaap lanjutkan Amar hentian Dion melalui istrinya Fera dan jangan lupa Diana yang menyiksa Elma sampai keguguran, yo tak tunggu aksimu
Sunaryati
Dion dan Disna tidak akan mendapatkan apapun dari Elma
R Ni: mereka akan mendapatkan kehancuran
total 1 replies
Sunaryati
Aku juga menantikan momen itu Amar. Mertua kejam dan angkuh ternyata melakukan pembunuhan di mass lalu. Setelah itu bisnis ilegal Fera dibongkar. Makin seru.
R Ni: setelah ini akan ketahuan
total 1 replies
Sunaryati
Amat pinter membuat lawan ketakutan, bener makin lama Ratna aka depresi berat dan gila. Membuat Repot anak- anaknya.
R Ni: dan anaknya akan penasaran 👍🏻
total 1 replies
Dwi Agustina
Amar mmg lawan yg sepadan biar g berasa aling diatas sj👍
R Ni: iya kakak🤭🤭
total 1 replies
Sunaryati
Semakin seru lanjut
R Ni: iya kakak🌹🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!