NovelToon NovelToon
Iblis Penyerap Darah S2

Iblis Penyerap Darah S2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Misteri / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agen one

Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.

​Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.

​Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.

​Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerita pendek episode 2

Hallo semuanya, kembali lagi di sesi cerita pendek bersama tiga pemeran utama kita hari ini

Cerita pendek seperti ini sih awalnya di buat karena gabut aja, dan ini bakal ada Hari Jumat atau sabtu, Kalo ada kata-kata yang menyinggung gua minta maaf guys😅 dan W harap kalian enjoy terus baca novel gua sampe tamat.

Untuk jadwal up:

5 bab perhari kalau gak terlalu sibuk

Jam upload gak nentu, tapi paling krusial sore atau malem.

​⚔️ Pengkhianatan Sang Adiwira: Kronik Si Hibernasi

​Hidup sebagai seorang Adiwira (Pahlawan) yang dipuja, namun pada akhirnya diburu karena kekuatan kepahlawanannya sendiri. Inilah sejarah kelam seorang Pahlawan terkuat yang di fitnah oleh para penguasa dan dipaksa menyandang gelar nista sebagai seorang Antagonis (Penjahat).

​Sebuah siluet kekar diselimuti zirah tempur kelabu baja yang berlumuran darah pekat berdiri tegak di puncak sebuah monolit batu hitam yang menjulang angkuh. Dialah Sang Adiwira yang dijuluki, Si Hibernasi. Di bawahnya, hamparan luas medan pertempuran telah berubah menjadi padang pembantaian sunyi, di mana ribuan raga tak bernyawa terbujur kaku, menjadi saksi bisu atas amukan dahsyat yang ia lepaskan.

​Bau anyir tembaga dari darah dan debu yang menguar membuat udara terasa berat dan menyesakkan. Di kejauhan, dua sosok lain berdiri terhuyung-huyung di atas reruntuhan zirah, senjata patah, dan jasad-jasad hangus.

​"Dasar Pengkhianat Laknat!" Suara yang menggema penuh amarah memecah keheningan mencekam. Pria berzirah emas yang retak-retak bagai porselen pecah itu, Herman Kledon, Adiwira terkuat kedua, menyalak tajam. Ia mengacungkan pedangnya yang sudah tumpul, sorot matanya liar. "Kau kira, setelah menumpahkan darah sebanyak ini, kau akan lolos dari hukuman setimpal, hah?!"

​Di sisi Herman, Pangeran Katak, Adiwira terkuat ketiga yang terkenal dengan ketangkasan dan sihir apinya, berdiri bersandar lemah padanya. Napas mereka memburu, terdengar seperti gesekan ampas besi. Seluruh permukaan zirah mereka, termasuk kulit yang terekspos, dilumuri luka menganga dan memar kebiruan-ungu yang mengerikan.

​Medan tempur yang porak-poranda itu kini hanya menyisakan tiga nyawa. Mereka, yang dulunya adalah aliansi tak terpisahkan dan saudara seperjuangan, kini terpaksa saling beradu pedang, terjebak dalam jerat keegoisan dan ketakutan para petinggi kerajaan yang gentar terhadap potensi tak terbatas dari kekuatan Sang Adiwira terkuat.

​Bukan sekadar takut pada kekuatan itu sendiri; melainkan ketakutan yang mengakar dalam bahwa kekuatan tersebut kelak akan merebut paksa dominasi, kemewahan, dan tumpukan harta yang selama ini mereka nikmati, dari persembahan darah rakyat yang tertindas.

​"Apakah akal sehat kalian telah tumpul dan berkarat?! Kita ini sedang diadu domba oleh pihak yang berkuasa! Pihak yang kita lindungi mati-matian!" Si Hibernasi berseru keras, nada suaranya dipenuhi frustrasi mendalam dan kekecewaan yang menusuk jantung. Ia kesal karena dua rekannya tak mampu membaca kebohongan politik busuk di balik situasi ini, buta oleh kesetiaan semu.

​"Kau pikir kami sebodoh itu?! Tidak mungkin Paduka Raja yang bijaksana akan melakukan tindakan keji nan picik semacam itu," balas Pangeran Katak, matanya menyala-nyala menahan amarah yang tulus, menganggap Si Hibernasi sedang berakting dalam sandiwara murahan untuk membela diri.

​Sang Pahlawan terkuat itu menghela napas yang amat berat, seperti dentuman beton yang jatuh. Kelelahan fisik dan mental tampak jelas di wajahnya yang tertutup helm. Ia menyadari, sekeras apa pun ia berusaha meyakinkan, kata-katanya kini hanya berlalu lalang tak berarti, seumpama embusan angin di telinga tuli para rekannya.

​"Baiklah, jika kalian berkeras hati ingin menjadikanku si penjahat, maka keinginan tolol itu akan kuterima!"

​Sorot matanya yang tajam berubah menjadi dingin membeku, sedingin es abadi. Si Hibernasi menarik pedang besarnya yang masif, bernama 'Ironi', memancarkan aura kegelapan yang mencekam. Ia memasang kuda-kuda kokoh, lalu dalam sekejap, meliuk dan melesat secepat kilat, meninggalkan jejak retakan di monolit batu, menerjang ke arah kedua mantan rekannya.

​DENTANG! CING! Gemuruh tabrakan logam berdaya sihir.

​Herman Kledon, dengan kekuatan yang tersisa, menahan hantaman pedang raksasa itu dengan kedua tangannya yang gemetar. Otot-otot lengannya menegang hingga nyaris robek. Kesenjangan kekuatan di antara mereka terlihat sangat mencolok; Herman tampak terdesak hingga lututnya menjejak tanah dan batu di bawahnya hancur menjadi bubuk.

​Melihat rekannya terpojok tanpa daya, Pangeran Katak segera bertindak. Ia melakukan gerakan berputar cepat, membentuk pola geometris rumit di udara. Energi mistis berwarna jingga kemerahan, beraroma belerang, mulai berputar dan menggumpal, hingga akhirnya bertransformasi menjadi naga api ganas yang meraung melesat menuju Si Hibernasi dengan amukan tak terkendali.

​"Mundur, cepat!" Pangeran Katak berteriak, memperingatkan Herman Kledon.

​Tepat saat naga api itu menganga siap melahap, Herman Kledon mengerahkan sisa tenaganya dan mendorong paksa pedang Si Hibernasi. Dorongan tiba-tiba ini membuat Si Hibernasi terlempar mundur beberapa meter dan tepat mengenai jalur serangan fatal tersebut.

​Naga api itu menerkam Si Hibernasi, melilitnya dalam pusaran api yang membakar hingga ke tulang, mengubahnya menjadi siluet kayu bakar yang menyala hebat.

​Herman Kledon dan Pangeran Katak berdiri kaku, napas terengah-engah, mata mereka menyipit penuh keraguan menatap kobaran api. "Apa... kita berhasil? Apa secepat itu?"

​Ketika cahaya menyilaukan dari energi naga itu meredup dan menghilang, sosok Sang Adiwira terkuat tampak berdiri di antara kepulan asap tipis berbau hangus. Sebagian besar zirah dan tubuhnya telah hangus menghitam dan berasap, rambutnya terbakar setengah, dan wajahnya terpahat bekas luka bakar mengerikan.

​Ia berdiri sempoyongan, goyah seolah tak bertulang, dan tatapan matanya tampak kosong, memancarkan kehampaan seolah jiwa hidupnya telah direnggut paksa oleh kesakitan yang tak tertahankan.

​Melihat musuhnya masih tegak, Herman Kledon mengumpulkan setiap tetes kekuatan ke dalam pedangnya. "Kau memang terlalu kuat untuk hidup!" Sebuah aura keemasan yang mengerikan mulai memancar hebat dari bilah pedangnya, menciptakan kilatan cahaya yang menembus malam, melambangkan teknik pedang tertinggi yang telah ia kuasai.

​Pangeran Katak pun tidak mau kalah dalam pertarungan penghabisan ini. Ia juga mengerahkan teknik pamungkasnya. Energi biru kristalin yang berkilauan mulai mengelilingi dan membalut seluruh tubuhnya. Air, sumber kekuatannya, berkumpul membentuk pusaran yang siap meledak.

​Si Hibernasi tersenyum getir di tengah rasa sakitnya. "Hahaha! Betapa menyedihkan nasib kalian! Termakan kebohongan dan tertipu daya oleh raja-raja yang korup itu. Aku lebih baik jadi iblis daripada jadi boneka!"

​Ia lalu memegang erat gagang pedangnya, yang kemudian terbelah menjadi dua bilah pedang pendek nan ramping, sepasang belati pembunuh. Pedang hitam itu diukir dengan lambang kerajaan, menyiratkan ironi bahwa ia adalah seorang Pahlawan yang sangat mencintai tanah kelahirannya. Namun, ironisnya, tempat kelahirannya itu justru menolak kekuatannya dan membuangnya tanpa belas kasihan, seperti sampah yang tak berguna.

​Gelombang energi kegelapan yang pekat mulai memancar hebat dari tubuhnya. Ketiga sosok itu melompat maju secara simultan, menerjang dengan teknik pedang terkuat mereka masing-masing dalam serangan terakhir.

​"Mati Kau!" Teriakan penuh amarah, dendam, dan tekad membunuh menyatu dari ketiga Pahlawan yang kini saling berhadapan sebagai musuh bebuyutan.

​Adu pedang mereka menciptakan hantaman yang luar biasa dahsyat, melepaskan gelombang kejut seismik yang membelah tanah dan menghasilkan ledakan yang setara dengan daya hancur dua puluh bom nuklir yang meledak serentak.

​BUMMM! SUARA LEDAKAN ITU MEMEKAKKAN TELINGA SELURUH IBU KOTA!

​Kekuatan ledakan maha dahsyat itu mengempaskan tubuh mereka bertiga jauh ke udara, hingga akhirnya menghantam tiga monolit batu besar yang seketika hancur berkeping-keping dan luluh menjadi kerikil. Mereka terkulai lemah di tanah, tubuh yang remuk itu tak mampu digerakkan sedikit pun, bahkan untuk sekadar berkedip.

​Saat mereka sudah terkapar tak berdaya, tiba-tiba sesosok pria paruh baya yang gemuk dan berminyak muncul dari balik kepulan debu. Pakaiannya berhiaskan emas dan berlian yang berkilauan, dan ia mengenakan mahkota megah yang terlihat kebesaran, menandakan bahwa dialah Raja yang berkuasa.

​Raja itu tersenyum sinis dan meremehkan kepada ketiga Adiwira yang sekarat. "Cuih, pada akhirnya, kalian binasa hanya karena siasat adu domba picikku!" Ia meludah hina ke tanah, cairan ludahnya mengenai wajah Herman Kledon.

​Mendengar kenyataan pahit yang menusuk itu, Herman Kledon dan Pangeran Katak terkejut luar biasa. Dunia seakan runtuh di depan mata mereka yang berlumuran darah. Mata mereka membelalak, dipenuhi kemarahan yang membara dan dendam yang mendalam, namun mereka tak mampu bergerak karena seluruh raga mereka telah hancur luluh lantak.

​Raja itu kemudian menghampiri mereka dan mengeksekusi kedua Adiwira malang itu dengan cara yang sangat kejam: menusuk jantung mereka dengan belati kerajaan berhias permata.

​Si Hibernasi, dengan sisa napas terakhirnya, sebuah senyum pahit terukir di wajahnya yang hangus, berbisik lirih:

​"S-sudah kuutarakan... pada akhirnya, yang lemah – entah itu kekuatan fisik atau kekuatan politik – hanya akan terinjak-injak oleh orang-orang yang mendambakan kekuasaan! Dan aku, akan kembali untuk menghukum kalian!"

​TAMAT

1
Jack
Ummm, mengerikan😱
Si Hibernasi: /Toasted/
total 1 replies
Pembaca Setia
Semangat teruzzzz💪
Si Hibernasi: /Drowsy/
total 1 replies
Kala Kala
Hmmm/Doubt/
Hana cantik
💣/Toasted/
Kalo Balo
Bunga meluncur Thor👍
Si Hibernasi: bunga matahari
total 1 replies
Bahlil
👍
Roy Roy: 🗣️🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕
total 4 replies
Slime Hijau
💪💪💪💪💪
Slime Hijau
Jozzzzz/Determined/
Budi arie
semangat Thor💪
Si Hibernasi: Zzzzz
total 1 replies
Maul Ana
/Skull/
Nauli Rahman
/NosePick/
Nauli Rahman
/Determined/
Nauli Rahman
Menyesal kemudian/Facepalm/
Kala Kala: /Applaud//Applaud//Applaud//Whimper//Scowl/
total 2 replies
Kereta
Oke siap Thor/Sly/
Si Hibernasi: 👍👍👍👍👍👍
total 2 replies
Kereta
/NosePick/
Kereta
/Hunger/
Kereta
/Applaud/
Kereta
🤨
Si Hibernasi: /Tongue/
total 1 replies
Si Hibernasi
damai dulu
Si Hibernasi
Naik jabatan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!