AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Mobil berjalan dengan santai, slow rock milik Bob Marley membuat suasana di dalam mobil semakin hingar bingar dengan olok-olok Ray kepada John.
*
'Cause, 'cause, 'cause I remember when we used to sit In the government yard in Trench town
Oba, observing the hypocrites, yeah
Mingle with the good people we meet, yeah
Good friends we have, oh, good friends we've lost
Along the way, yeah
In this great future, you can't forget your past
So dry your tears, I say, yeah
No, woman, no cry
No, woman, no cry, eh, yeah
Little darlin', don't shed no tears
No, woman, no cry
*
"Ha..ha..ha.., ini nihh yang membuatmu hidup menjomblo dengan berakhir di kamar mandi. Apa yang membuatmu bertahan hingga sampai sekarang, hmm?" Ray masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabat baiknya yang selama ini teguh pada pendiriannya.
"Aku ingin Beldiq bahagia dengan cinta pertamanya, dan inilah yang membawaku hingga sampai di sini. Kau tahu Ray, Beldiq satu-satunya kakak laki-lakiku. Dia pengganti ayah kami yang telah tiada. Saat ini dia sedang bahagia. Jarang kutemukan laki-laki yang begitu setia dengan cinta pertamanya. Dia memilih hidup melajang hingga akhirnya bertemu lagi dengan wanita pujaannya."
'Astaga, jangan sampai Ray berhasil mengendus isi hatiku. Sikap anggun yang mulai muncul dalam diri Gulizar telah menggoyahkan perasaanku.' Monoloog John yang bemain rasa dalam hatinya. John tak ingin Ray menangkap perubahan gelagatnya yang terkadang mencurigakan karena sikap lembut yang diperlihatkan John kepada Palupi.
John terjengit dan kembali ke alam sadarnya saat mendengar sanggahan Ray atas sikap penolakannya.
"Ya, aku tahu, dan ini sudah aku dengar dari dirimu sendiri. Tapi tentu Beldiq juga tidak menginginkan kau hidup sendiri seperti ini bukan, cinta bisa memulai kisahnya dengan berjalannya waktu, dan cinta tidak pernah mengenal siapa dan apa bentuk serta selisih tahun yang kalian miliki."
Pandangan mata tetap mengarah pada lurusnya jalan bebas hambatan, namun ucapan yang terlontar dari mulut Ray seakan tidak pernah bosan, dengan nasehat untuk sahabatnya rasa saudara.
Deru mobil berhenti tepat di depan villa bercat putih bersih, dengan masih terdengar gelak tawa mereka saling mengejek dan mengelak. Bahagia memang relatif dan tanpa nominal harga.
Ray langsung tancap gas, dan kembali pada keluarga kecilnya yang sudah menantinya. Senyum Ray terkembang saat kepulangannya disambut celoteh kedua anak-anaknya yang sudah menanti.
Perlahan John berjalan masuk ke dalam ruangan, dan menjumpai ruangan dalam keadaaan sepi. Hanya Merry saya yang terlihat sedang menyiapkan masakan untuk makan malam.
"Merry, kemana mereka. Kok sepi?"
"Mereka berada di belakang tuan, nona Liana sedang memberikan pembelajaran kepada nona Gulizar." Terang Merry.
Mendengar kata belajar, John segera melepaskan jasnya dan mengulurkan tas kerjanya kepada Merry untuk diletakkankan di ruang kerjanya. John berlalu ke belakang dengan perlahan. Telinganya menangkap segala ucapan Liana dan Palupi.
"Ohhh no, tidak...! Dia bukan pria idolaku. Bagiku dia laki-laki mesum yang pernah aku temui selama hidupku. Lagi pula dia seperti Oom-Oom yang sudah tua. Mana mungkin aku akan menyintai dia."
"Liana, aku ogah sama pria tua itu! Aku hanya ingin bersuamikan cowok yang sepadan denganku. Bukan Oom-Oom seperti tuan John, titik."
Deg...! Alis John mengkerut seketika.
'Semakin ke sini kamu semakin menggoda dan menggoyahkan pertahananku Gulizar.' Desis gemas John dalam batinnya serasa tersulut Ingin segera menuntaskan semua tugas dan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang detektif.
Namun ulat tanpa bulu itu merusak suasana hatinya, yang sedang merangkai rasa tentang Palupi.
Suara ledekan dan tawa Palupi semakin membuat John, melupakan tentang siapa dan bagaimana keadaan Liana yang cewek jadi-jadian. John tidak pernah menduga kalau dia bakal mendapat pelukan darinya.
John blank seketika, mau marah juga tidak ada gunanya. Sedangkan Palupi semakin lepas dia tertawa.
"Ya ampuunn Ciynn, ehh Boss, saya itu tadi refleks loh... Maaf, saya phobia ulat tanpa bulu. Rasanya geli-geli gimana gitu loh ciiynn.... Ish itu salah Boss juga. Kenapa datang saat ulat keket tanpa bulu pun hadir juga. Ha..ha..ha..." Tawa Liana menggelegar sambil berjalan berlalu meninggalkan Palupi yang masih tertawa demi melihat ulahnya. Tubuh John masih bergidik kegelian karena mendapat pelukan mendadak dari Liana.
"Liana, alangkah baiknya kita makan malam bersama. Bolehkan Tu..., eh Jo.. John." Suara Palupi terbata ketika menyebut nama John tanpa embel-embel tuan lagi.
"Okeh, dinner..." Tanpa persetujuan John lagi, Liana sudah main selonong saja ikut membantu Merry menata hidangan di meja.
"Silahkan, tapi tunggu dulu! Aku perlu mandi dan ganti baju, untuk menghilangkan jejak Liana dan ulat tidak berbulu tadi." John berlalu ke kamar atas dan mandi tentunya.
Begitu pula sama halnya dengan Palupi. Dia juga perlu membersihkan badannya dan tampil segar di meja makan.
Tidak berselang lama Palupi dan John, hampir bersamaan turun dari kamar masing-masing.
Aroma harum lavender yang menguar dari tubuh Palupi membawa rasa pada John yang selalu refleks ingin mendekat, menatap dan membelainya.
Makan malam pun telah usai, tanpa adanya adegan konyol lagi yang berasal dari Liana maupun Palupi. Mereka berpindah tempat untuk membicarakan sedikit pesan John untuk Liana.
"Liana, ada tugas baru lagi untukmu. Aku ingin kamu tetap mendampingi Gulizar. Sebab dalam waktu dekat ini, setelah selesai melengkapi laporan hasil investigasi yang terangkum dalam dokumen resmi, dan setelah mendapat persetujuan dari Polda setempat serta pengesahan dari Konsulat Jenderal dari Kedutaan Inggris di kota S, aku akan segera terbang kembali ke England untuk melanjutkan pencocokan data fisik dengan nyonya Anne."
Palupi mengangkat kepalanya, dan kembali dilanda keraguan. Dengan memberanikan diri dia bertanya pada Jhon, "jadi, apakah benar aku ini Palupi Tan Gulizar? Atau hanya kebetulan ibu Julaeha memberiku nama yang hampir mirip dengan nama keluarga tuan Anthony Gulizar dan nyonya Anne."
Rasa tidak nyaman kembali memberikan kebekuan dalam hatinya yang selama ini sudah sedikit tercairkan oleh rasa kebahagian yang ia dapatkan dari lingkungan barunya.
"Gulizar, ciri dan semua cerita yang aku dapatkan tentang dirimu, sekian persen sudah ada kesamaannya. Jadi, tidak akan menutup kemungkinan kau adalah ahli waris tunggal tuan Anthony."
"Aku akan tetap berusaha semaksimal mungkin, untuk menemuka identitasmu yang sebenarnya. Walau sekalipun kau bukan anak dari nyonya Anne." Mata John menatap lekat ke arah Palupi, tangannya tanpa sadar membelai, dan menggeser lebih dekat ke arah Palupi.
Bagaikan ada magnet, tanpa sadar Palupi membalasnya. Ia pasrah dengan apa yang akan dilakukan John. Aura kerinduan itu terpancar di antara mereka. Mulut memang saling menolak, namun hati siapa yang mampu mengukur seberapa dalamnya rasa hati.
Kecupan manis itu, itu tidak hanya berawal pada ujung kepala, namun turun menjalar hingga pada sisi yang sedikit jauh.
"Etdah... Ciiiiynn, kodok, kucing, ayam... Nyosor saja nih Boss. Masih bocil isshhh.... Schedule asmara tentang berciuman belum ada jadwalnya, sudah...sudah..."
Spontan Liana menarik tangan Palupi untuk menjauh dari John yang salah tingkah kepergok oleh Liana.
...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...
Liana😡😡 menganggu ajah 🤣, Mak... coba tebak apa yang terjadi, kemudian. bentar lagi Liana harus pulang loh 🤣🤣
Salam sayang selalu by RR😘
TBC...
oh ya Mak.... sambil nunggu up baca karya kawan baik Rhuji yuk..

klo palupi dia terlalu baik