NovelToon NovelToon
Cinta Atau Dendam, Suamiku?

Cinta Atau Dendam, Suamiku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Pelakor jahat
Popularitas:52.4k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Thalia Puspita Hakim, perempuan berusia 26 tahun itu tahu bahwa hidupnya tidak akan tenang saat memutuskan untuk menerima lamaran Bhumi Satya Dirgantara. Thalia bersedia menikah dengan Bhumi untuk melunaskan utang keluarganya. Ia pun tahu, Bhumi menginginkannya hanya karena ingin menuntaskan dendam atas kesalahannya lima tahun yang lalu.

Thalia pun tahu, statusnya sebagai istri Bhumi tak lantas membuat Bhumi menjadikannya satu-satu perempuan di hidup pria itu.

Hubungan mereka nyatanya tak sesederhana tentang dendam. Sebab ada satu rahasia besar yang Thalia sembunyikan rapat-rapat di belakang Bhumi.

Akankah keduanya bisa hidup bahagia bersama? Atau, justru akhirnya memilih bahagia dengan jalan hidup masing-masing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ANAK ITU NAMANYA JEMIA

Thalia gugup. Apalagi mata Bhumi menelisiknya seakan mengetahui isi kepalanya. Thalia berdehem. Kemudian, senyum terbit perlahan di wajah cantiknya. Seiring dengan matanya yang membentuk bulat sabit dengan sempurna.

"Sepeduli itu padaku sekarang?"

Bhumi tertawa remeh. "Percaya diri sekali kamu sekarang? Saya tidak sebaik itu."

Thalia mengangkat bahunya. "Hati manusia siapa yang tahu. Kamu bisa aja suatu saat nanti malah balik menyukaiku."

Wajah Bhumi mengeras. Kalimat terakhir Thalia membuatnya bungkam. Jantungnya berdebar cepat. Debaran yang menyenangkan untuknya rasa. Hanya saat ada Thalia.

Setelah lima tahun perasaannya terasa kosong. Ekspresi datarnya bisa sewaktu-waktu berubah begitu ada Thalia dalam hidupnya.

"Atau jangan-jangan kamu memang sudah mencintaiku?" Thalia mendekatkan wajahnya ke wajah Bhumi.

Netra hazelnya menatap lurus netra obsidian milik Bhumi, berusaha mencari jawaban atas pertanyaan konyolnya.

Bhumi masih diam. Tiba-tiba ia membaringkan tubuh Thalia.

"Kalau iya bagaimana?" Sudut bibir Bhumi melengkung samar. Menikmati wajah sumringah Thalia yang berubah pucat.

Thalia menelan salivanya dengan sulit. Wajah pria yang sangat ia benci itu berada dekat dengannya. Bahkan aroma musk yang menguar dari pria itu begitu menusuk hidungnya.

Bhumi mengamati detail wajah cantik Thalia. Sorot teduh yang selalu memancarkan kebencian padanya, hidungnya tidak terlalu mancung, tetapi begitu lancip di ujungnya, bibirnya? Bagian favorit Bhumi itu begitu menggoda dengan warna sedikit merah dan berisi itu.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari arah luar kamar. Thalia dan Bhumi kompak menoleh. Saat melihat Bhumi lengah, Thalia segera mendorong pria itu hingga ia bisa terlepas dari kungkungan Bhumi.

Sedangkan Bhumi terbaring di tempat tidur. Melihat Thalia bisa lepas dari dirinya, Bhumi berdecak kesal.

"SIAPA?" Suara Bhumi yang meninggi membuat Thalia terkejut. Pria itu lekas duduk di sisi ranjang.

"Ma...af Tuan, ini saya Ningrum. Tadi Mas Aji mengatakan Tuan ingin air rebusan jahe." Terdengar suara gugup Bi Ningrum dari luar.

Thalia merapikan dressnya sembari menggerutu pelan, "Galak banget, sih!"

Bhumi yang mendengar itu berdehem, mengontrol suaranya. "Masuk, Bi!"

Pintu kamar pun terbuka. Bi Ningrum masuk dengan dua gelas air rebusan jahe. Kemudian, meletakkannya di meja tak jauh dari ranjang.

"Silakan diminum, Tuan, Nyonya."

"Saya juga, Bi? Kayaknya tadi saya nggak minta deh." Thalia menatap Bi Ningrum heran.

Pelayan senior itu mengangguk diringi dengan senyum sopan. "Kondisi Nyonya kan juga belum terlalu sehat. Semoga bisa lebih segar badannya. Saya juga tambahkan beberapa rempah di minuman Nyonya."

"Hmmmh... Tapi saya nggak terlalu suka minum rimpang sih, Bi." Thalia menautkan kedua telunjuknya sembari menunduk malu. "Atau, saya boleh minta tolong dibikinkan kopi hitam saja?"

"Ehemm...!" Bhumi bersuara.

Thalia dan Bi Ningrum pun terkejut. Kemudian, sama-sama menoleh pada Bhumi.

"Keluar, Bi. Kopinya tidak usah dibuatkan," ujar Bhumi, membiarkan Thalia yang melotot tidak terima.

"Baik, Tuan." Bi Ningrum yang sudah hafal dengan setiap perintah majikannya tidak membantah sama sekali.

Saat Bi Ningrum keluar dan pintu tertutup rapat, Bhumi segera beranjak menuju sofa putih di sudut kamar. Begitu Bhumi duduk, ia segera meraih gelas berisikan air rebusan jahe tadi.

"Duduk di sini Thalia. Kamu ngapain berdiri di sana?"

Thalia menggeleng. Sejak awal menikah dengan Bhumi, Thalia jarang ke kamar ini. Ruangan yang didominasi warna putih ini sangat mengintimidasi dirinya, sama dengan sang pemilik.

"Kamu sudah lebih sehat, kan? Aku mau ke kamar saja."

"Kamu tidur di sini malam ini." Nada tegas itu bagaikan sebuah perintah yang tidak boleh Thalia tolak.

"Tapi aku nggak nyaman di sini." Bisa-bisa Thalia tidak tidur karena Bhumi seringkali bertindak lebih dari sekedar tidur saat dengannya.

Bhumi menyesap minumannya. Tidak peduli dengan penolakan Thalia.

Suasana hening kembali tercipta. Thalia sangat membenci suasana mencekam seperti ini. Ia dan Bhumi memang tidak cocok sejak dulu. Seharusnya Thalia tidak pernah melibatkan Bhumi dalam dendamnya pada Adelia dan Widya.

Kenyataannya, kesenangan melihat Adelia hancur itu hanya sesaat. Dan sekarang, ia justru menjadi sandera pria brengsek di depannya dengan kedok istri sah.

Dalam diam Bhumi menatap Thalia yang kini sudah duduk di sisi ranjang. Wanita itu diam, tampak berpikir sesuatu. Wajahnya terlihat serius dengan mulut bergerak tanpa suara.

Bhumi yakin, ada banyak sumpah serapah yang ingin Thalia keluarkan untuknya.

"Ganti bajumu dengan gaun tidur di lemari." Bhumi berdiri.

"Kamu mau ke mana?" Thalia ikut berdiri. Rautnya menunjukkan bahwa ia juga ingin pergi dari kamar ini.

"Ke kamar mandi. Mau ikut?" Satu alis Bhumi terangkat, menatap sinis Thalia.

Thalia menghela napas gusar. Ia kira Bhumi akan keluar kamar. Tapi, tunggu-tunggu!

"Kalau kamu di kamar mandi, aku harus ganti baju di mana?" tanya Thalia. Ia yakin, pintu kamar itu pasti segera Bhumi kunci.

"Di sini." Bhumi menjawab santai. Kemudian, melenggang menuju kamar mandi.

Wajah Thalia langsung berubah shock. Ekspresi cemas itu membuatnya terlihat...lucu.

Tangan Bhumi menyentuh handle pintu. Namun, sebelum ia benar-benar mendorong pintu dan masuk, Bhumi kembali menoleh pada Thalia yang masih berdiri mematung.

"Cepat ganti baju. Kecuali kalau kamu memang ingin saya melihat kamu melakukannya."

"Kamu!" Thalia spontan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Jangan macam-macam, ya!"

"Kamu harus melakukannya dengan cepat." Bhumi lekas masuk ke kamar mandi.

Thalia menggeram kesal. Namun, ia tidak punya banyak waktu. Thalia segera menuju lemari yang Bhumi maksud.

Begitu ia buka, matanya melotot sempurna. Di lemari yang tak kalah besar dengan lemari milik Bhumi, terdapat banyak gaun tidur dan baju perempuan.

"Ini baju siapa? Adelia?" Thalia memperhatikan setiap baju yang digantung itu.

Ah, tidak mungkin. Adelia itu lebih tinggi dan kurus dari dirinya. Sedangkan ukuran beberapa baju ini seperti ukurannya sendiri.

Thalia mengambil satu gaun tidur di bawah lutut berwarna baby blue dengan lengan bertali kecil yang dipadukan dengan outer berlengan sesiku yang berenda kecil.

Suara gemercik air masih terdengar di kamar mandi. Thalia pun lekas memanfaatkan waktu untuk ganti baju.

Beberapa menit berlalu, Thalia sudah berhasil memakai gaun tidur tersebut. Namun, saat ia ingin mengikat tali outer gaunnya, tangan kekar seseorang menahannya.

Tak hanya itu, tubuh Thalia langsung tegang saat merasakan kehadiran Bhumi di belakangnya. Bhumi menggeser rambut panjang Thalia ke sisi sebelah kiri. Tak lama kemudian, jemari dingin Bhumi menurunkan sedikit outer gaun Thalia.

Satu kecupan Bhumi daratkan di bahu Thalia. Setelah itu, Bhumi memeluk Thalia dari belakang dengan hangat.

"Saya melihat seorang anak perempuan tadi pagi. Entah mengapa, saya seperti melihat bagian diri kamu dan diri saya di dirinya."

Jantung Thalia berdebar kencang. Kedua tangannya mengepal di sisi gaun tidur.

"Rasanya, saya seperti melihat anak kita pada anak itu."

Wajah Thalia sama tegangnya dengan tubuhnya. Mulutnya masih terkatup rapat. Betapa rasa cemas dan ketakutan itu mulai merayapi dirinya.

"Namanya Jemia, Thalia. Dan saya langsung jatuh cinta pada anak itu."

'Tuhan, apalagi ini?' batin Thalia berteriak.

*

*

*

Uhuy! Bhumi mengungkit masalah Jemia pada Thalia. Sabar, ya, Gaes. Karma Tuan Bhumi yang terhormat belum datang 🤣

1
Uthie
Hampir lupa di awal . namun.. setelah baca dan coba-coba mengingatnya , akhirnya bisa tau lagi alur dr tokoh2 disini 😍😁🙏🙏🙏

Tetap kuat selalu yaa Thor 😘🤗
Adinda
Semoga balikan lagi bumi Dan Thalia kasihan anaknya
Bunda
Kaka author.....sdh baik" sajakah ??
Bunda: Alhamdulillah..semangat ya kk author💪
total 2 replies
Bunda Idza
semangat Thor....
Bunda Idza: sama2 ☺️
total 2 replies
Yani Cuhayanih
Bhumi sedang tidak baik2 saja..mungkin karena pengaruh hidrometeoroligi jadi hatinya remuk redam ketiban pohon tumbang,nangis sedih hingga banjir bandang karena patah hati..oh satu lagi harapan tuk rujuk tipis bagaikan hutan yg gundul karena pembalakan liar..jika sudah seperti ini ,aji harus buat drama viral ,cerita sediih sama thalia..kalo tdk mo jenguk ke rumah sakit bisa2 Bhumi koma karena hatinya luluh lantah ,🤭
Edelweis Namira: Astagaa Kak, baca komen kamu mood banget🤣
total 1 replies
Teti Hayati
Semangat ka... 🤗
Edelweis Namira: Makasii ya kak😍
total 1 replies
ChikoRamadani
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ Sangat menarik
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...

terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
Edelweis Namira: Terima kasih yaaa🙏
total 1 replies
Rahayu Ayu
Karya ter the best
Edelweis Namira: Terima kasih, Kakak😊
total 1 replies
Rahayu Ayu
Sehat selalu dan tetap semangat kak Author 💪
Edelweis Namira: Akak, makasih yaaa
total 1 replies
Rahayu Ayu
waalaikum salam
Innalilahi wa innailaihi roojiun....
Semoga Almarhum Ayahnya kak Author, di ampuni segala kesalahannya dan di tempatkan di JannahNya Aamiin 🤲 🤲
Sehat" kak Author & keluarga
🙏🙏
Paon Nini
udah tau begitu masih aja ada Adelia disekitar km, temen, mantan tunangan atau apalah penyebutannya lebih baik hentikan. km aja emosi trus saat Julian ada disekitar thalia jd berlaku hal yg sama juga bagi istrimu
Paon Nini
mampus
Paon Nini
komunikasi kalian buruk, kenapa g dari awal dijelaskan. kenapa ego aja yg digedein, dan lagi Adelia itu bebas aja melenggang setelah menghancurkan hidup kalian
Paon Nini
jangan omdo deh, lihat anakmu jelas2 mati gara2 dia. dan semua udah diungkap sama dia, jangan lembek lagi lah
Paon Nini
kalian sama aja, sama2 gila
Suhainah Haris
inalillahi wainnailaihi raji'un,semoga keluarga yang di tinggalkan tabah dan sabar
Bunda
innalilahi wa inna lillahirojiun...
yg sabar dan tabah ya thorr...
semoga diampuni segala dosa"nya..dan diterima semua amal ibadahnya..

aamiin
IceQueen
innalillahi wa inna ilahi rojiun, turut berduka cita thor. semoga segala amal ibadah ayahnya diterima dan diampuni segala dosa2 nya. dan untuk keluarga yg ditinggalkan di berikan ketabah. aamiin yra🙏
Edelweis Namira
terima kasih untuk doa-doa baiknya kalian yaaa🙏
Santi Seminar
innalilahi wa Inna ilaihi rojiun...turut be duka cita kak,semoga bapak Husnul khotimah keluarga diberikan ketabahan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!