NovelToon NovelToon
Bukan Karena Tak Cinta

Bukan Karena Tak Cinta

Status: tamat
Genre:Berondong / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Tamat
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Novia Anwar adalah seorang guru honorer di sebuah SMA negeri di kota kecil. Gajinya tak seberapa dan selalu menjadi bahan gunjingan mertuanya yang julid. Novia berusaha bersabar dengan semua derita hidup yang ia lalui sampai akhirnya ia pun tahu bahwa suaminya, Januar Hadi sudah menikah lagi dengan seorang wanita! Hati Novia hancur dan ia pun menggugat cerai Januar, saat patah hati, ia bertemu seorang pria yang usianya lebih muda darinya, Kenzi Aryawinata seorang pebisnis sukses. Bagaimana akhir kisah Novia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dipanggil Kepala Sekolah

Pagi ini, Novia memasuki kelas dengan senyum cerah. Ia siap memulai pelajaran Bahasa Inggris. Meskipun badai kehidupan terus menerpa, Novia berusaha untuk selalu profesional dan memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya. Ia tahu, kelas adalah tempatnya untuk fokus dan melupakan sejenak segala masalah pribadi.

"Good morning, everyone!" sapa Novia dengan semangat.

"Good morning, Miss Novia!" jawab para siswa serempak, suara mereka penuh antusiasme.

Novia memulai pelajaran dengan topik yang menarik, diselingi permainan interaktif dan diskusi kelompok. Ia melihat para siswa nampak aktif dan semangat dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris. Mereka bertanya, menjawab, dan berpartisipasi dengan penuh minat. Novia merasa bahagia melihat kemajuan murid-muridnya. Ini adalah salah satu hal yang memberinya kekuatan untuk terus maju.

Waktu berlalu begitu cepat. Bel istirahat berbunyi, menandakan jam pelajaran Bahasa Inggris telah usai. Novia menutup pelajaran dengan memberikan tugas dan motivasi.

"Baiklah, anak-anak. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya! Jangan lupa kerjakan tugasnya, ya!"

"Siap, Miss!" jawab para siswa sambil membereskan buku-buku mereka.

Novia tersenyum. Ia membereskan alat mengajarnya dan berjalan keluar kelas.

Setelah jam mengajar selesai, Novia kembali ke ruang guru. Ia hendak duduk di mejanya ketika salah satu staf administrasi menghampirinya.

"Miss Novia, Anda dipanggil Bu Kepala Sekolah. Katanya sekarang juga," kata staf itu.

Novia sedikit terkejut. Ia tidak tahu mengapa Bu Mariam memanggilnya secara mendadak. Apakah ada masalah baru? Atau ada hal penting yang ingin dibicarakan? Hatinya sedikit berdebar, namun ia berusaha tetap tenang.

"Baik, terima kasih," jawab Novia. Ia meletakkan tasnya di meja dan segera melangkah menuju ruangan kepala sekolah.

Sesampainya di depan pintu ruangan Bu Mariam, Novia mengetuk pelan. "Permisi, Bu. Saya Novia. Ada yang bisa saya bantu?"

"Masuk, Novia," sahut suara Bu Mariam dari dalam.

Novia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Bu Mariam duduk di balik meja kerjanya, wajahnya terlihat serius. Novia merasa sedikit cemas. Ia bertanya-tanya, ada apa gerangan?

****

Meskipun sudah melalui proses hukum dan mediasi, dendam Diana pada Novia tidak pernah padam. Justru semakin membara setelah ia bebas dari tahanan polisi. Hatinya dipenuhi kebencian yang mendalam, ia tak bisa menerima Novia hidup bahagia sementara dirinya harus menanggung malu. Kali ini, Diana memutuskan untuk melancarkan serangan yang lebih kejam dan menghancurkan.

Secara rahasia, Diana menyuruh seseorang untuk membakar rumah kontrakan keluarga Novia. Ia membayar orang suruhan itu dengan sejumlah besar uang, memastikan misi jahatnya berjalan lancar tanpa meninggalkan jejak. Diana menginginkan kehancuran total bagi Novia dan keluarganya.

Orang suruhan Diana, seorang pria bertato dengan wajah garang, melakukan pengintaian selama beberapa hari. Ia mempelajari rutinitas keluarga Novia, menunggu saat yang paling tepat untuk melancarkan aksinya. Ia tahu bahwa Novia pergi mengajar di pagi hari, dan pada siang hari, lingkungan sekitar kontrakan seringkali sepi karena para tetangga juga bekerja atau beristirahat di dalam rumah.

Pada siang itu, ketika kondisi di sekitar rumah kontrakan sepi, orang suruhan Diana melancarkan aksinya. Ia mengendarai sepeda motor bututnya, berhenti tak jauh dari rumah Novia. Di bawah jaketnya, ia menyembunyikan sebuah jeriken berisi bensin.

Dengan langkah cepat dan hati-hati, ia mendekati rumah kontrakan. Ia memastikan tidak ada CCTV atau mata yang mengawasi. Setelah merasa aman, nampak orang suruhan Diana menyiram bensin ke dinding bagian depan rumah, mengarah ke jendela dan pintu utama. Bau bensin langsung menyengat udara.

Ia mengeluarkan korek api dari sakunya. Dengan senyum sinis di wajahnya, ia menyulut api. Percikan api kecil itu dengan cepat menyambar bensin, dan dalam hitungan detik, api mulai berkobar, menjalar dengan cepat ke seluruh dinding depan rumah. Asap hitam tebal segera membumbung tinggi ke udara.

Di dalam rumah, Suryani dan Tarman sedang beristirahat. Tiba-tiba, mereka mencium bau asap yang sangat menyengat. Tarman yang pertama menyadarinya.

"Bu! Ada bau asap!" seru Tarman panik.

Suryani ikut mencium bau itu. "Astaga, Mas! Ada apa ini?!"

Mereka berdua bergegas keluar dari kamar dan langsung terkejut melihat kobaran api yang sudah melalap bagian depan rumah. Jendela-jendela kaca mulai pecah akibat panas yang ekstrem. Suryani dan Tarman panik!

"Api! Api!" teriak Suryani histeris. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetar ketakutan.

"Ayo, Bu! Kita keluar sekarang!" seru Tarman, menarik tangan Suryani. Ia berusaha mencari jalan keluar, namun api sudah semakin membesar dan menghalangi pintu depan. Asap tebal mulai memenuhi ruangan, membuat mereka sulit bernapas.

"Barang-barang kita, Mas! Semua akan habis!" tangis Suryani, tak peduli lagi dengan barang-barang mereka, yang penting adalah nyawa.

****

Diana duduk santai di sofa ruang tamunya, menanti kabar dari orang suruhannya. Senyum licik tersungging di bibirnya. Tak lama kemudian, ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk. Ia segera membukanya. Sebuah video pendek mulai diputar.

Video itu menunjukkan kobaran api yang melalap sebuah rumah, asap hitam tebal membumbung tinggi ke langit. Dengan latar belakang suara sirine pemadam kebakaran yang samar, terlihat jelas bahwa rumah itu sedang dilalap si jago merah. Diana melihatnya dengan sorot mata penuh kepuasan. Ia mengenali rumah itu, kontrakan baru yang Kenzi berikan pada Novia.

Diana tertawa membahana. Suara tawanya memenuhi ruangan, penuh kemenangan dan kejahatan. Ia menyumpah serapah Novia setelah menerima video dari orang suruhannya bahwa rumah itu sudah terbakar.

"Mampus kamu, Novia! Rasakan itu! Itu balasan karena kamu sudah membuatku menderita!" teriak Diana, suaranya dipenuhi kegembiraan. "Api itu akan menghanguskan semua yang kamu punya! Termasuk semua kebahagiaanmu!"

Ia berteriak-teriak, menyebut Novia wanita sialan, pembawa bencana, dan tidak pantas hidup tenang. Dendamnya kini terbalaskan, setidaknya di matanya. Api yang melahap rumah itu seolah membakar habis semua kemarahan dan rasa malunya.

Tiba-tiba, Januar keluar dari kamarnya. Ia mendengar suara tawa dan teriakan histeris ibunya. Januar yang saat itu masih di rumah melihat Diana dengan mata berbinar-binar penuh kegembiraan. Ia penasaran dan mendekati ibunya, lalu melirik ke layar ponsel Diana. Matanya membelalak kaget melihat video kebakaran itu. Ia langsung mengenali rumah kontrakan baru Novia.

Wajah Januar langsung memucat. Ia tidak menyangka ibunya akan melakukan tindakan sekeji ini.

"Ibu! Apa yang Ibu lakukan?!" seru Januar, suaranya dipenuhi amarah. Ia menarik ponsel dari tangan Diana. "Ini rumah Novia! Ibu membakarnya?!"

Diana menatap putranya dengan sinis. "Iya! Kenapa?! Dia pantas mendapatkannya! Dia sudah membuat kita menderita!"

Januar menggelengkan kepala, tak percaya. "Ibu sudah keterlaluan! Ini kejahatan, Bu! Ibu bisa dipenjara lagi! Ini bukan hanya tabrak lari, ini pembakaran! Ini jauh lebih serius!"

Amarah Januar memuncak. Ia tidak bisa memahami bagaimana ibunya bisa sejahat itu. Ia sudah berjanji pada Novia bahwa ibunya tidak akan berbuat onar lagi.

"Diam kamu, Jan!" bentak Diana, mencoba merebut kembali ponselnya. "Kamu jangan ikut campur! Ini urusan Ibu dengan wanita sialan itu! Dendamku pada Novia harus dibalas! Dia tidak boleh bahagia!"

Namun Diana tak peduli dengan peringatan Januar. Matanya masih memancarkan kepuasan atas kehancuran yang ia saksikan di video. Ancaman penjara tidak lagi membuatnya takut, atau setidaknya, rasa dendamnya jauh lebih besar daripada ketakutannya.

1
Grenny
🔥👍🏻
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
Indah Rindayani
masa gak hbs2 masalh n cercaannya buat novo, bikin yg baca gedek sm yg buat cerita terlalu d dramatisir tao gak?!
Serena Muna: NGGAK TAHU!
total 1 replies
Dewi Dama
malas baca nya lagi novel nya beratam dan taurann terus....
Serena Muna: Terserah
total 1 replies
Dewi Dama
GK.enak
...baca nya cerita nya penuh dgn caci maki
Muhammad Rafli321
Thor Thor klo buat cerita jgn jg pemeran utamanya trllu goblok ga ada pembelaan diri,pantesan ga ada yg bc crtanya garing LG jengkelin
Serena Muna: kalo begitu terima kasih banyak ya😊
Muhammad Rafli321: lahhh gue cm mampir doang,dr judulnya bagus ternyata crtanya ampunn byk kata2 yg diulang2,byk umpatan tp koq heran crta beginian bs lolos review..mau d KSH rate bintang 1 tp gue msh pny rasa kasihan krg baik apa coba
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!