Anastasya yang sering di sapa Ana selalu mendapatkan siksaan dari ibu kandungnya akibat kecemburuan saudara tirinya. Elen selalu merasa tersaingi dengan kecerdasan dan kecantikan Ana hingga di sekolah laki-laki yang Elen sukai ternyata menyukai Ana.
Hingga suatu hari Ana di paksa menikah dengan laki-laki yang Ana tidak kenal yang tak lain adalah kekasih Elen, Elen sengaja menyuruh kekasihnya menikahi adik tirinya untuk memajukan perusahaan sang kekasih karena dengan kecerdasan Ana perusahaan kekasih Elen akan maju dan melambung tinggi.
Namun penderitaan Ana bermula saat dirinya menikah dengan Kevin kekasih Elen, selama menikah Kevin selalu bersikap dingin ke Ana dan Kevin tidak segan untuk menunjukkan keromantisan nya terhadap Elen bahkan Kevin sampai berhubungan badan di depan Ana.
Ana yang sakit hati dan tidak terima dia langsung menampar Elen dan itu membuat Kevin murka dan dari situlah Ana di sekap hingga akhirnya meninggal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xaviera Valcon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merias diri
"Tidak usah sok peduli!" Ucap Ana dingin.
"Maaf soal kelakuan Elen." Jawab Kevin.
Ana hanya tersenyum miring kemudian melihat tangannya yang terbungkus kain kasa.
"Lebih baik kamu segera menikah dengan Elen! Jangan sampai dia semakin gila dan nekat membunuh orang." Ucap Ana.
"Elen memang sedikit impulsif hari ini. Tapi bukan berarti hal itu bisa membuatnya menjadi membunuh seseorang." Jawab Kevin.
Pembelaan yang di berikan Kevin untuk Elen sontak membuat Ana tersenyum meremehkan ke arah Kevin membuat kening Kevin berkerut.
"Ya, ya, ya terserah kamu saja! Memang susah kalau bicara dengan budak cinta seperti kamu." Ucap Ana sinis.
"Aku bukan budak cinta." Sergah Kevin.
"Oh, ya?" Tanya Ana.
"Buktinya tadi aku membelamu." Jawab Kevin malu.
"Kamu membelaku karena menginginkan sesuatu dari ku, Tuan Kevin." Ucap Ana dengan sorot mata tajam penuh misteri.
"Jangan kalian pikir aku tidak tahu apa-apa." Lanjut Ana.
"Apa maksud kamu?" Tanya Kevin dengan alis mengernyit heran.
Ana memilih diam dan tidak menjawab pertanyaan Kevin dan dia lebih memilih berbaring di tempat tidur.
"Kamu ingin istirahat?" Tanya Kevin.
"Ya, keluarlah." Usir Ana.
"Aku akan menemani kamu di sini." Ucap Kevin.
"Tidak perlu! Lebih baik kamu temani saja pacarmu, dia pasti sedang sedih dan terbakar cemburu." Jawab Ana.
"Kau cemburu dengan Elen?" Tanya Kevin dengan percaya diri.
Pertanyaan itu sontak membuat Ana ingin muntah. Apa Kevin tidak salah tanya seperti itu? Dia cemburu dengan Elen? Yang benar saja.
"Untuk apa aku cemburu dengan Elen? Kurang kerjaan saja." Jawab Ana.
Namun hal itu justru di salah pahami oleh Kevin. Kevin menyimpulkan kalau Ana sedang benar-benar cemburu terhadap Elen.
"Baiklah kalau kamu tidak cemburu." Ucap Kevin.
Kemudian Kevin meninggalkan kamar Ana dan membiarkan Ana istirahat di dalam kamar. Namun sebelum Kevin sampai ke pintu langkahnya terhenti karena ucapan Ana.
"Kenapa kamu senyum seperti itu? Kamu berharap aku akan cemburu begitu? Kamu salah besar Kevin! Secuil pun aku tidak ada rasa sama kamu apalagi sampai cemburu dengan hubungan kamu sama Elen. Yang kamu harus ingat adalah pernikahan ini tidak akan pernah terjadi sampai kapan pun, karena aku sangat jijik dengan laki-laki murahan seperti kamu. Apa kamu kira aku tidak tahu orang tua mu memaksa menikah dengan ku karena ada timbal balik yang kalian dapatkan, jangan kira aku tidak tahu itu, Tuan Kevin." Jelas Ana penuh penekanan.
Seketika senyum Kevin hilang sirna ketika mendengar ucapan Ana yang menohok menyentuh ulu hatinya. Kevin kira Ana benar-benar cemburu dengan Elen, tapi ternyata Kevin terlalu jauh berpikir.
Kevin keluar dari kamar Ana sambil mengepalkan tangannya dan menahan amarah karena sudah di rendahkan oleh Ana. Tidak aka yang berani merendahkan Kevin di depan matanya sampai Kevin rasa tidak ada harga dirinya sama sekali di hadapan Ana.
Sedangkan di dalam kamar Ana tersenyum sinis telah memainkan perannya dengan baik. Ana telah berhasil mempermainkan Elen dan juga Kevin. Ana sengaja mengusir Kevin dengan menggunakan nama Elen dan ternyata itu berhasil, malah Kevin beranggapan kalau Ana sedang cemburu.
"Ternyata pura-pura polos dan bersilat lidah sangat menyenangkan, pantesan Elen sering seperti itu demi menarik perhatian semua orang dan orang-orang beranggapan kalau Elen ada perempuan yang baik dan polos ternyata itu hanya topeng semata. Sekarang aku akan pakai trik murahanmu kakakku tersayang dan aku akan memutar balikan fakta dan membuat kamu merasa terpojok seperti tadi. Aku akan buat orang-orang di sekitar kamu membenci dan mencemooh kamu seperti yang kamu lakukan terhadap di di masa lalu dan sekarang aku bukan Ana yang dulu lagi. Ana yang dulu kamu tindas dan kamu manfaatkan telah mati dan sekarang Ana yang ada di hadapan kamu adalah Ana versi baru dan tidak mudah di tindas. Batin Ana menyeringai.
Sekalipun di kehidupan ini Kevin menjadi lebih baik, Ana tak pernah mencintai pria itu. Apa yang Ana telah lalui di kehidupan sebelumnya akibat ulah Kevin yang tak akan pernah Ana lupakan sampai kapanpun.
***
Pagi harinya Ana terbangun dengan tubuh yang jauh lebih segar, dengan bantuan seorang pelayan muda di kediaman Atmaja yang tak lain adalah suruhan Revan. Ana membersihkan diri lalu memakai pakaian terbaik yang sudah pelayan itu siapkan dan Ana melepaskan arm sling nya tanpa takut. Karena Ana yakin dia akan patuh pada ucapan Revan untuk tutup mulut dan melayani Ana.
"Ririn, apa kau punya Make up?" Tanya Ana pada pelayan yang seumuran dengannya.
"Ada Nona!" Jawan Ririn.
"Bisa kamu ambilkan untuk ku? Dan jangan lupa bawa alat yang sudah Revan titipkan sama kamu." Ucap Ana tegas.
"Baik Nona! Saya akan ambilkan, bisa tunggu sebentar Nona." Jawab Ririn.
Ririn pamit sebentar untuk mengambil alat make up nya di kamarnya sendiri. Tak lama Ririn kembali dengan sebuah tas yang berisi alat make up nya.
"Ini alat Nona yang di titipkan oleh Tuan Muda." Ucap Ririn.
"Baik, terimakasih!" Jawab Ana.
"Bisa tolong kamu make up kan aku?" Tanya Ana.
"Bisa Nona! Nona mau make up seperti apa?" Tanya Ririn balik.
"Buat yang sederhana saja dan tidak terlalu mencolok." Jawab Ana santai.
"Apa Nona tidak bisa memakai make up?" Tanya Ririn sambil memulai mendandani Ana.
"Tidak! Aku bahkan dari kecil tidak pernah memakai make up dan aku yakin kamu pasti sudah tahu alasannya." Jawab Ana.
"Maaf kalau pertanyaan saya menyinggung Nona!" Ucap Ririn merasa bersalah.
"Tidak apa-apa ini bukan masalah lagian aku jiga sudah terbiasa seperti itu." Jawab Ana.
"Apa tadi semua pelayan melihat saat aku jatuh?" Tanya Ana penasaran.
"Benar Nona dan meraka semua merasa simpati dengan keadaan Nona. Mereka juga bilang kalau Nona Elen terlalu kejam." Jawab Ririn.
"Bagus, kalau bisa kamu juga sebar rumor setelah ini tentang keadaan ku setelah terjatuh tadi. Buat seolah-olah cedera ku tambah parah." Ucap Ana.
"Nona tenang saja! Itu bisa saya atur." Jawab Ririn.
"Dan satu lagi, aku mau kamu yang menyiapkan semua keperluan ku baik itu makanan! Aku masih belum percaya seratus persen dengan pelayan yang ada di sini. Sedangkan kamu, aku percaya karena kamu orangnya Revan dan tidak mungkin kamu membelot dari Tuan mu kan."Jelas Ana.
"Saya setia dengan Tuan Muda Nona! Jadi Nona tidak perlu khawatir." Jawab Ririn.
"Bagus! Apa sudah siap?" Tanya Ana.
"Sudah selesai Nona! Anda bisa membuka mata Anda sekarang." Jawab Ririn.
Lamunan Ana terhenti, dia pun membuka matanya dan memperhatikan wajahnya di cermin dengan seksama. Seketika Ana tersenyum misterius membuat Ririn merinding.
crazy uup dong thoor 😢